Frames, Green, Rustle and Sweet Tea

Doa Nur

Sahabat, kali ini saya menulis cerita fiksi lagi, mohon maaf jika ada perbedaan paham, namanya juga fiksi :mrgreen:

 

Nur masih tertegun di bibir tangga masjid. Matanya kosong, seperti sedang menerawang entah kemana. Beberapa teman-teman seumurannya berlarian ke luar masjid, sesekali dibarengi gelak tawa dan senyuman. Orang-orang dewasa juga mulai meninggalkan masjid. Pengajian malam itu sudah selesai dan waktu telah menunjukkan pukul sembilan.

Gadis kecil berumur sebelas tahun itu menoleh ke arah seorang lelaki tua, dialah Ustad Lutfi yang mengisi materi pengajian hari ini. Matanya terus memandang orang tua itu sampai menghilang di kegelapan. Bibir Nur bergetar sesekali, seolah-seolah ingin menyampaikan sesuatu. Suatu pertanyaan yang mengganjal di hatinya sedari tadi.

Nur mengalihkan pandangannya. Dia urungkan niatnya untuk bertanya. Malam sudah makin larut. Nur kemudian meraih sandal jepit usangnya, memeluk sajadah dan mukena yang penuh jahitan, dan berjalan pelan.

Langkah kaki Nur sedikit pelan malam itu. Rumah Nur agak sedikit jauh dari masjid tetapi tidak pernah menghalanginya untuk pergi ke pengajian. Nur, gadis  kecil yang berani dan mandiri itu masih menerawang ke sebuah ucapan yang masih terngiang di telinganya. Ucapan yang membuat hatinya takut.

…Kemudian semua manusia akan di bangkitkan oleh Allah, dikumpulkan di suatu padang yang luas, bernama Masyar. Kita kan dibangkitkan sebagai manusia yang muda, kita tidak lagi saling mengenal, tidak lagi mengenal anak, istri, orang tua. Hanya diri kita sendiri yang akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita di dunia…

 

Secuil kalimat ustad malam itu seolah-oleh membuat Nur takut. Dia takut hari akhir itu tiba. Dia takut hari kebangkitan itu tiba. Dia takut akan sesuatu.

Nur meremas semakin kuat sajadahnya. Jalanan sudah sepi malam itu. Nur mempercepat langkah kakinya. Pikirannya melayang ke wajah Ibunya dan semua kenangan bersama ibunya.

Nur hidup sebagai anak yatim. Ibunya berjualan sayur setiap hari di pasar. Mereka hidup sederhana dan bahagia selama ini meskipun terkadang beratnya biaya hidup dan sekolah Nur terkadang membuat Ibu Nur harus bekerja lebih keras demi beberapa lembar rupiah. Rumah peninggalan ayahnya dari anyaman bambu itu menaungi mereka dari panas dan hujan. Meskipun begitu, Nur bahagia tinggal bersama Ibunya.

Nur, mengusap air mataya dengan kerudung putihnya. Air mata itu tiba-tiba mengalir pelan dari ujung matanya. Nur teringat akan kerja keras ibunya selama ini. Nur teringat dia pernah mengeluh karena harus menyicil biaya buku sekolah. Nur juga pernah mogok makan, hanya karena ibunya membatalkan janji menggorengkannya ayam hari itu. Nur pernah juga memaksa ibu untuk membelikannya majalah anak-anak, padahal Nur bisa saja meminjam pada temannya.

Ibu kini sudah sering sakit-sakitan. Batuk ibu tidak juga reda seminggu terakhir. Mantri puskesmas bilang kemungkinan ibu terkena TBC. Ibu, apa Ibu marah pada Nur? Apa ibu lelah bekerja? Apa ibu menahan sakit selama ini? apa Ibu tidak takut sendiri di rumah?

Air mata Nur semakin deras mengalir. Nur berlari menuju rumahnya yang sudah tampak dari jauh. Gadis kecil itu mengambil langkah tercepatnya. Sandal jepit itu menghantam batu jalanan dengan gesit, jilbab putih itu berkibar di tiup angin. Mata Nur sudah nanar. Bibirnya seperti ingin meneriakkan sesuatu. Ada sesuau yang ingin dia sampaikan kepada ibunya, sesuatu yang penting, sesuatu yang mungkin tidak bisa dia ubah.

 

Nur membuka pintu dapur dan menuju ke kamar. Ibunya sedang terbaring di sana. Bibir wanita tua itu jelas sedang tersenyum melihat anak semata wayangnya telah datang. Nur seketika memeluk wanita tua itu dan menangis tak terbendung. Badan kurus wanita itu tidak mengurangi hangatnya pelukan seorang ibu. Ibu Nur mengusap punggung anaknya lembut.

 

“Ada apa Nur? Kenapa nangis?”

 

Nur seperti tidak mampu membuka bibirnya. Air mata dan isakan itu masih menyelemuti wajahnya. Nur mendekatkan bibirnya pada telinga Ibunya. Bibirnya berbisik lirih.

 

“Bu, Nur takut. Nur nggak mau ninggalin Ibu, Nur gak mau melupakan Ibu…  selamanya…”

 

Wanita itu tersenyum, air matanya tak terbendung mendengar ucapan anaknya. Dia yakin sesuatu di pengajian malam ini menyentuh hati anaknya.

Gadis kecil yang masih begitu polos dan apa adanya itu masih memeluknya Ibunya, bibirnya bergetar dan berdoa malam itu. Sebuah doa yang mungkin tidak pernah diucapkan anak-anak lain. Doa yang mungkin tidak akan pernah terkabul.

 

Tuhan, jika hari akhir itu tiba. Kau boleh hapus semua ingatanku selama di dunia, tapi janganlah  Kau hapus ingatanku akan Ibuku karena aku tidak ingin dia sendiri dan kesepian.

***

 

Sahabat, hikmah cerita ini adalah:

  1. Jangan sia-siakan waktu bersama-sama orang tua kita, kita tidak tahu sampai kapan kita bisa bersama mereka dan sampai kapan kita bisa mengingatnya.
  2. Berbaktilah sebanyak-banyaknya kepada Ibu dan Ayah selagi mereka masih hidup.
  3. Ingatan kita dalah milik Tuhan. Tuhan bisa menghapus ingatan kita kapan saja.

Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di New BlogCamp.

*gambar dari sini

59 responses

  1. luar biasa sob,
    sangat setuju sekali dgn 3 point kesimpulan.
    thanks telah mengingatkan

    9 January 2011 at 2:25 PM

    • salam kenal mas…

      11 January 2011 at 12:16 AM

  2. Nur anak yang sholeh, setiap siraman rohani masuk begitu dalam disanubarinya dan terutama doanya untuk sang ibu… menyentuh membaca ceritanya, semoga sukses kontesnya ya

    9 January 2011 at 2:25 PM

    • makasih mbak…

      11 January 2011 at 12:16 AM

  3. yustika

    inspiring us to cherish every moment we spent with our fam, esp. mom… 🙂

    9 January 2011 at 2:55 PM

    • jiaaahhhh kata-katamu mbak yus… 🙂

      11 January 2011 at 12:17 AM

  4. Cumiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
    Ini keren bangettttt
    Sedih pulaaaaaaa
    Adohhhhhhh makin jiper aja gw
    Kalian semua kerennnn

    Gw sukkkaaaaaaa
    Kali ini gw yakin lo menangggg

    Baiklah prima sahabat ku yang baik hatinya,,
    Kalau lo menang,,lo gw kenakan pajak ya
    Ha ha ha ha (^o^)

    9 January 2011 at 3:36 PM

    • 🙂 ayo put, gw tunggu fiksi lu 😀

      11 January 2011 at 12:17 AM

  5. Hmm..saya ikut menyimak ya,,, ^^

    9 January 2011 at 4:56 PM

  6. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam K.U.C.B
    Artikel anda akan segera di catat
    Salam hangat dari Markas New BlogCamp di Surabaya

    9 January 2011 at 4:59 PM

    • Makasih pakde… salam! 😀

      11 January 2011 at 12:18 AM

  7. mbrebes mili mas, inget mamaku di sana.

    salam

    mohon do’a jg atas berita duka di http://kakmila.wordpress.com/2011/01/04/semangat-sembuh-untuk-sausan/

    9 January 2011 at 6:17 PM

    • 🙂 salam mbak…

      11 January 2011 at 12:18 AM

  8. Cerita yang padat berisi, dan sangat menyentuh…
    Saya jadi minder untuk ikutan kontes karena berarti harus bersaing dengan cerita ini…
    Salam!

    9 January 2011 at 7:48 PM

    • om marsudi lebay…. wkakakakakakak…. Thanks

      11 January 2011 at 12:19 AM

  9. Jadilah mentari yang selalu menghangatkan senyuman ibunda, sehingga dia tidak tau rasanya lelah, dan tidak tahu rasanya kesepian, semua adalah karena kehangatan cinta seorang anak mampir menikmati cerita yang penuh dengan cinta dan doa

    9 January 2011 at 10:56 PM

  10. Deny Gnasher Setiyadi

    Lumayan menyentuh, sukses terus menulisnya 🙂

    9 January 2011 at 11:46 PM

    • thanks ya…

      11 January 2011 at 12:20 AM

  11. Selamat Pagi dan Salam Kenal !! Menarik artikelnya untuk dijadiin renungan kita.

    10 January 2011 at 2:50 AM

    • salam kenal…

      11 January 2011 at 12:20 AM

  12. wah jadi penulis fiksi nih sekarang? 😀
    tapi benar, waktu orang gak ada yang tau… jadi emang harus memanfaatkan waktu yang ada sebaik2nya bersama orang tua dan orang2 tercinta.

    10 January 2011 at 6:07 AM

    • Hahahha… berhubung ada lomba mas, jadinya ya ikut2an nge-fiksi deh…wkakakaka…

      11 January 2011 at 12:21 AM

  13. bagus mas….terus dan terus dan terus /////

    10 January 2011 at 6:08 AM

    • terus kemana nih? 😀

      11 January 2011 at 12:21 AM

  14. 1. Jangan sia-siakan waktu bersama-sama orang tua kita, kita tidak tahu sampai kapan kita bisa bersama mereka dan sampai kapan kita bisa mengingatnya.
    2. Berbaktilah sebanyak-banyaknya kepada Ibu dan Ayah selagi mereka masih hidup.
    3. Ingatan kita dalah milik Tuhan. Tuhan bisa menghapus ingatan kita kapan saja.
    ***

    Hisk…hiks….jadi keinget diri sendiri….masih banyak kesalahan ke ortu… doakan aku ya prim…

    Ya Allah….berikan aku kesempatan untuk itu…amin.

    10 January 2011 at 9:11 AM

    • Rupanya jagi- ngefiksi neeeehhh….multi talented 🙂

      10 January 2011 at 9:12 AM

      • 😛 kepaksa mbak, biar bisa ikut lomba, segenap hati mencurahkan untuk bikin fiksi… 😀

        11 January 2011 at 12:22 AM

  15. jempolku kurang kalo untuk nilai tulisan ini mas.. Kuereeeennn Geeelllaaaa deh… 🙂
    suksesssssssssssss,,,!!!

    10 January 2011 at 9:45 AM

    • mbak iyha lebih bagus… gak bisa dikalahkan pilihan kata2nya… 😀

      11 January 2011 at 12:22 AM

  16. Kereeen…
    dan penuh hikmah
    Mas prim berbakat juga nih ternyata… :mrgreen:

    10 January 2011 at 10:03 AM

    • mudahan gak cuma sekali berbakatnya, wkakaakkaka… 😛 makasih mas…

      11 January 2011 at 12:23 AM

  17. Tuh kan Prima
    saya jadi kangen ibu di kampung

    10 January 2011 at 11:37 AM

    • waduh… punten kang… 😀

      11 January 2011 at 12:23 AM

  18. akh…
    merasa sangat tersentuh dan terharu….hiks…

    hikmahnya pun sangat mengena Prima…

    dan ingatlah…hanya doa anak yang sholeh yang bisa menerangi mereka nantinya…
    Salam hangat untuk ibu nya Prima ya…
    dari postingan ini, keliatan sekali kalo Prima sangat sayang sama ibu nya 🙂

    Selamat mengikuti kontesnya Pakdeeeeee:)

    10 January 2011 at 11:39 AM

    • Makasih mbak erry… 😀

      11 January 2011 at 12:24 AM

  19. hiks…….jadi inget ibunya bunda 😥
    kisah yg membuatku merenung ………….

    semoga beruntung di acara KUCB ini ya Prima
    salam

    10 January 2011 at 11:50 AM

    • makasih bunda… 🙂 *please don’t be sad*

      11 January 2011 at 12:25 AM

  20. baguuuuuus bangettttt…
    dalam dan menyentuh…semoga ini jadi penyadaran untuk kita semua ya mas prima…^^
    selamat ikut kontes pakdhe,,sukses di kucb,,^^

    10 January 2011 at 12:14 PM

    • makasih mbak… 🙂

      11 January 2011 at 12:26 AM

  21. berikan dekapan terindah selalu untuk ibu, atas stempel komandan blogcamp, juri datang menilai. terima kasih atas partisipasi sahabat dan cermin hidup yang penuh hikmah. salam hangat

    10 January 2011 at 1:50 PM

    • silahkan ibu juri…

      11 January 2011 at 12:26 AM

  22. r10

    cerita yang menarik tentang rasa cinta seorang anak terhadap ibunya

    10 January 2011 at 2:06 PM

    • yup… thanks mas…

      11 January 2011 at 12:27 AM

  23. mari jaga ibu kita agar tidak mengeluarkan air mata kesedihan , melainkan air mata kebahagiaan 😀

    10 January 2011 at 11:28 PM

    • yup, mariiii….

      11 January 2011 at 12:27 AM

  24. berlinang Prim,, ingat sama orangtua yang milih dikampung dulu krn msh kangen padahal udah sepuh 😦
    sukses dan menang pokok e.. 🙂

    11 January 2011 at 9:31 AM

  25. Terharu bacanya,,
    Bagus banget..
    Sukses ya mas…

    11 January 2011 at 9:17 PM

  26. Cerita yang menarik, dan semoga menang di kontesnya Pakde.

    12 January 2011 at 9:58 AM

    • makasih mas…

      15 January 2011 at 9:03 AM

  27. Saya pasti akan kembali lagi untuk melahap cerita ini, hehe..

    14 January 2011 at 8:39 PM

    • I believe in you 🙂

      15 January 2011 at 8:53 AM

  28. bunda alf

    semoga sukses kontesnya.

    salam kenal

    17 January 2011 at 4:52 PM

  29. salam kenal, ceritanya sangat menyentuh…..smoga menang

    21 January 2011 at 12:41 PM

  30. nana

    bkin mewek Prim…q kangen mama… T_T

    Sukses selalu ya Prim 🙂

    22 January 2011 at 8:58 AM

  31. Primaaa….
    Makan-makaaaaan….
    Hahaha…selamat ya…. 😀

    16 February 2011 at 9:11 AM

  32. selamat atas prestasinya…..

    kalau mau, gabungan yuk di grup fb khusus blogger di http://www.facebook.com/home.php?sk=group_120411931351779&ap=1

    21 February 2011 at 8:28 AM

  33. Pingback: Courtesy Books + Slideshow « PrimeEdges

Leave a comment