Frames, Green, Rustle and Sweet Tea

Kalimantan

TLPC : Pameran Foto Perdana

Ini tulisan dadakan!

Hi pembaca setia blog ini, hahaha… maaf ya sudah lama tidak menulis, alasannya akan saya ceritakan nanti di postingan selanjutnya, yang pasti saya menulis kali ini sifatnya dadakan tapi harus, karena ini bentuk apresiasi saya terhadap keberhasilan sesuatu, bentuk rasa bahagia dan juga rasa haru…

Hari ini TLPC (Tanah Laut Photo Club), komunitas fotografi di kabupaten tempat saya tinggal yang sempat saya ceritakan disini dan disini melaksanakan pameran foto perdananya! Bertajuk “Wajah Tanah Laut” mengangkat hal tentang sumber daya alam, wisata dan sosial budaya di kabupaten tersebut. Pameran foto ini tentu tidak hanya menguras tenaga dan pikiran, tetapi cukup menguras biaya dan juga perasaan tentunya. Ada sebuah perjuangan yang tidak mudah di balik kesuksesan acara ini, ada sebuah cerita dan ada sebuah lika-liku panjang sebuah organisasi baru yang mengawali langkahnya dengan bermodal sebuah tekad… “Kita harus tunjukkan bahwa ada TLPC di kabupaten Tanah Laut”

“Langkah pertama ini pasti akan sangat sulit, tetapi setelah ini langkah-langkah selanjutnya pasti akan lebih mudah” begitu saya pernah bilang ke teman-teman, dan untuk itu, kita butuh tangan dan kaki yang 100 kali lebih kuat untuk menjadikan acara ini terwujud. Dalam keterbatasan kekompakan, keterbatasan dana, dan keterbatasan waktu kami seperti para pemimpi kecil sederhana yang tak putus asa. Jatuh bangun dalam kegiatan ini dan masalah-masalah datang silih berganti memecut kami untuk berjuang lebih keras.

Kini semua berbuah manis, kegiatan pameran foto tersebut terbilang sukses.

Sebuah sms meluncur ke HP saya:

“Acara dibuka oleh Bupati dan unsur muspida, Kapolres mau ikut bergabung sebagai Pembina/ Penasihat, Ketua DPRD Tanah Laut akan jadi ketua kita, Bupati dan Wakil Bupati interest sekali sama hasil karya kita dan membeli salah satunya dengan harga fantastis, dan banyak orang yang datang untuk melihat..”

Bergetar hati saya membacanya, mengetahui perjuangan selama ini tidak sia-sia, ada genangan tipis di mata saya, “Selamat teman-teman atas kesuksesan kita”  dalam hati saya.

Hari ini saya hanya diam di kamar saya di Bogor, ribuan kilo dari tempat acara berlangsung. Hari ini saya menuliskan status di FB tentang suasana Bogor hari ini yang panas, kering dan barangin, mengingatkan saya tentang Pelaihari, tempat acara tersebut berlangsung, dan saya benar-benar ingin berada di sana hari ini.

Berbagai ucapan terimakasih, ungkapan syukur dan kebahagiaan datang silih berganti malam ini, seolah sudah cukup membuktikan kepada saya bahwa acara tersebut berjalan sukses meskipun saya tidak melihatnya dengan mata dan kepala sendiri. Hari pertama puasa ini seperti penuh dengan rahmat dan rasa syukur yang teramat, khususnya saya yang sedang jauh dari teman-teman seperjuangan. Hari ini hari pertama puasa ramadhan, hari ini hari ulang tahun anggota kami, Bagus, dan hari ini pula hari pameran perdana kami yang sukses. Tuhan sungguh perencana yang ulung. Alhamdulillah.

Sedikit flashback tentang saya dan TLPC…

Saya adalah “anak baru” di lingkungan Pelaihari, Kab. Tanah Laut, saya dipertemukan oleh anak-anak TLPC melalui sebuah grup di FB sekitar Januari 2011. TLPC berkembang pesat sampai akhirnya terbentuk organisasi dan rencana kegiatan, yaitu pameran pertama ini.

Saya yang seorang pengangguran tentu saja seperti menemukan tempat pelarian untuk mengamalkan kapasitas saya, semampu yang saya bisa. Berbekal sedikit ilmu dari bangku perkuliahan saya ikut aktif dalam persiapan kegiatan, mulai dari nol sampai sekarang, itulah mengapa saya tau persis betapa beratnya perjuangan kami.

Saya tahu bahwa saya tidak akan lama berdiam di tempat ini, maka saya pernah menolak saat ditunjuk untuk menjadi pengurus, saya tidak bisa menjamin sampai kapan saya masih ada di Pelaihari, sedangkan cepat atau lambat waktu perpisahan itu akan tiba, dan saya sadar akan itu.

Teman-teman di TLPC adalah orang-orang yang optimis dan penuh semangat, dan saya percaya itu, saya bisa merasakannya, dan saya memutuskan untuk “bergembira” bersama mereka, karena saya tau, ada potensi di dalamnya, ada cahaya kesuksesan yang belum tampak, maka dari itu saya tidak main-main di dalamnya. Saya bergembira, tetapi tidak main-main dalam bergembira 🙂

Persiapan pameran seperti  menuntut kami untuk lebih kreatif dan kritis mencari objek foto. Kegiatan hunting bersama seperti tidak ada habis-habisnya menghiasi hari-hari saya dua bulan terakhir, belum lagi kegiatan menyebarkan proposal yang kejar-kejaran dengan ketatnya waktu yang tersisa. Awalnya acara ini akan dilaksanakan sebelum bulan puasa, tapi sempat tertunda sampai akhirnya terlaksana hari ini (1 Agustus 2011). Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa, sampai di hari-hari terakhir saya di sana…

Akhirnya kurang lebih satu minggu sebelum tanggal pelaksanaan acara pameran, saya harus meninggalkan Pelaihari, untuk kembali meniti karir saya kembali. Sebuah moment yang saya tunggu tetapi tidak saya inginkan.  Berat, tetapi harus. Ada rasa sedih dan “tanggung” karena harus meninggalkan acara yang hampir selesai ini. Saya terbang ke Jakarta dan stay di Bogor untuk sementara waktu. Maaf teman-teman, saya tidak bisa berpamitan ke setiap orang saat itu.

Sekarang,

Saya tahu ada senyum di setiap wajah teman-teman TLPC, hari ini, sebuah langkah pertama, sebuah langkah besar untuk keberlangsungan organisasi kita telah terlaksana. Doa dan air mata itu terjawab sudah. Harapan dan cita-cita semakin jelas terlihat.

Saya bangga pernah menjadi bagian dari kalian, dan saya jujur berat sekali harus meninggalkan TLPC, karena saya sudah merasa memiliki dan menemukan wadah yang membuat saya “berarti”. Kenangan dan persahabatan yang kita jalin selama ini tentu saja sangat terukir di ingatan saya, saya menghargainya dan tidak menyangkal bahwa semua sangat berarti bagi saya.

Sahabat dan rekan-rekan TLPC,

Saya mungkin akan berada jauh dan sangat jauh dari Pelaihari, tetapi saya tentu akan terus mendukung TLPC. Hehehhe, kan masih ada internet. Mohon jaga dan terus kembangkan komunitas ini menjadi komunitas yang baik, produktif dan berkualitas. Kekompakan, kerja keras, dan rasa memiliki adalah kunci keberhasilan langkah-langkah kita ke depan. Saya turut mendoakan dari sini.

Ah, sudah cukup menjadi sentimental! Mari bergembira atas kesuksesan ini! Saya terharu bahagia malam ini, karena kita berhasil! Well done! Terus semangat!

This slideshow requires JavaScript.

“Saya datang ke TLPC tanpa membawa apa-apa, tetapi saya pergi membawa ribuan kisah dan kenangan, terima kasih TLPC”

Salam Jepret!


Weekly Photo Challenge: Refreshing

Refreshing?

This…

or this…

or this one?

😀

Salam Jepret!


Weekly Photo Challenge: Worn

I found the wooden bench under a big tree on my way to a remote village nearby, no one sit on it anymore, since it’s worn and decayed…

A worn helm with my reflection on it. It’s fun! coz the reflection such a fish eye lens result! 😀


Next time

 

I’ll catch you next time…

 


Weekly Photo Challenge: Morning

Yiiaaayyy! Morning is easy theme of weekly photo challenge this week! Let’s see morning view in the places I had ever been…

 Morning in Bogor, West Java (Salak Mountain as background)

*

Morning in Bondowoso, East Java

*

Morning in Pelaihari, South Kalimantan

*

Morning in Tabanio/Takisung, South Kalimantan

*

Morning in Kepulauan Seribu, Jakarta

*

Morning in Bandar, Brunei

*

Morning in Apopka, Florida

*

Morning in Huntersville, North Carolina

*

Morning in New York City, NY

*

*

*

😀

That’s all!

This slideshow requires JavaScript.

PS: Ternyata sebelum kenal Om NH, aku juga bisa gaya sedakep! *ngeles padahal aslinya kedinginan 😛


I wish…

I wish I could go back in time…


Dalam Darma

Di gunung…

*

Di laut…

dalam darma…


Sedikit Kata…

Pembaca dan sahabat blogger,

Mungkin sahabat-sahabat blogger sedikit banyak bertanya mengapa saya sekarang sudah jarang menulis dan melakukan blogwalking. Ya, saya sibuk akhir-akhir ini di dunia offline, ada kesibukan yang menuntut waktu saya sedikit lebih banyak dari biasanya, sehingga draft-draft tulisan hanya tersimpan di otak saya.

Saya juga mohon maaf tidak bisa membalas komen-komen yang selalu setia mengisi halaman-halaman postingan saya. Saya ucapkan terimakasih. Saya tentu membaca semua komen dan membalasnya dalam hati, tetapi jika saya rasa sangat urgen, maka saya baru akan menuliskannya. Saya juga akan blogwalking satu dua kali di waktu-waktu senggang saya.

Untuk mengisi kekosongan postingan saya, dan sekaligus mengurangi kejenuhan menulis, saya sengaja memposting foto-foto hasil karya saya. Syukur-syukur bisa tetap dinikmati. Apakah saya ingin mengubah blog ini menjadi Photoblog? Saya rasa tidak, kelak saya akan menulis lagi, bagi saya rumah ini hanyalah tempat saya bercerita dan berbagi, satu waktu bisa dalam bentuk tulisan, lain waktu berupa gambar…

Photo by Ipunk DJ (mesinketik.com)

Pembaca,

Ya, hanya inilah yang saya punya. Semoga bisa bermanfaat 🙂

Salam,

Prima

*

PS: mau tau itu foto di mana? Nantikan laporan hunting foto bareng TLPC 🙂


Ibu Guru

Ibu Dewi, begitu kami memanggilnya. Guru muda pengajar Bahasa Inggris di sebuah sekolah di pedalaman Kecamatan Takisung, Tanah Laut. Pagi itu, Ibu Dewi bersantai menikmati indahnya dermaga dan muara sungai sebelum memulai pelajaran. Selamat mengajar bu!


Ambungan Siang Itu…

Edited with photomerge (PS), color by LR.

Ambungan, nama sebuah desa di pinggiran kota Pelaihari. Berlatar gunung keramaian, sawah luas membentang sejauh mata memandang. Dan siang itu, saya sedang menyantap makan siang, mari! 😀

PS: Anda tidak puas dengan ukuran gambar? klik gambarnya untuk melihat ukuran yang lebih besar 😉

 


Ayah Pulang

*

Ayah Pulang


Nothing

*

Nothing


Weekly Photo Challenge: Tiny

Almost forget that I participate this challenge since I have been so busy recently. But I won’t miss one of them, I promise, thus at least I will have a post in a week, 😆

TINY.. What tiny things have you ever seen? How could you say that one is tiny? This one is a bit tiny, that one is tinier, or tiniest… It’s just relative I think…

A little bright green moth landed on my paper that evening. You can compare its size with the text size. I believe that was considered as tiny, but wait, everything can be tiny if you compare with something more-more bigger that itself.

*

For example…

Can we say a human is a tiny one under the gigantic trees? I took this picture in Dramaga Forest, near from Situ Gede in Bogor. I found a lot of a big trees there, and I surely believe there are bigger ones out there, yeah somewhere I don’t know.

*

And something NOT tiny can be tiny, if they are made as mini version or toys…

An old plastic (tiny) car trapped on roof! A kid might throw that toy car to the roof and couldn’t take it back. The picture taken on a roof of abandoned house in a village. Quite scary I remember… 😀  OK, that’s all.

Salam Jepret!


Pengantin diarak Ontel

Ya, itulah Bagus, teman saya yang diarak oleh para ontelis, para pecinta sepeda ontel di kabupaten Tanah Laut yang tergabung dalam WASIAT TALA (Wadah Sapida Tuha Tanah Laut). Bagus sendiri adalah anggota WASIAT sekaligus anggota TLPC (Tanah Laut Photo Club), komunitas fotografi dimana saya bergabung.

Sebuah Kartu Ucapan

Minggu. 15 Mei 2011, pukul 9 pagi, arak-arakan dimulai dari rumah Bapak Ibnu, ketua komunitas ontel, dan berakhir di rumah mempelai tempat berlangsungnya acara resepsi pernikahan. Rutenya? Keliling kota Pelaihari! Hahahahahah… Arak-arakan ini mengikutsertakan anggota WASIAT sendiri, beberapa penggemar ontel Banjarbaru dan Banjarmasin, plus beberapa anggota komunitas fotografi. Sedangkan anggota TLPC yang lain menyebar di beberapa titik untuk mengabadikan gambar moment yang unik dan jarang terjadi tersebut, termasuk saya.

Mempelai diarak menggunakan becak yang dihias dan diikuti oleh peserta arak-arakan yang lengkap dengan baju-baju retro-vintage dan baju tradisional, aaahh… seru sekali, benar-benar seperti kembali jaman tempo dulu! Acara unik ini tentu saja menjadi perhatian masyarakat sekitar, selain karena jarang terjadi, kemacetan sempat terjadi di beberapa titik, belum lagi bunyi bel sepeda yang khas sekali 🙂 Menghibur sekali. Di tengah rute, arak-arakan berhenti sejenak di Taman Tugu di pusat kota untuk melakukan sesi foto-foto bersama. Sungguh suatu kejutan dan apresiasi tersendiri bagi Bagus dan Ifeh pada hari pernikahan mereka tersebut. Acara ini juga menjadi ajang pembuktian eksistensi penggemar ontel dan fotografi di wilayah kabupaten Tanah Laut.

Di akhir rute, arak-arakan sempat berteduh ditepi jalan, karena tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Tetapi acara berjalan dengan sukses, setelah acara arak-arakan selesai, acara resepsi diteruskan seperi biasa. Kami para peserta dan pendukung acara arak-arakan makan bersama di sana.

Berfoto dengan TLPC

*

Seperti biasa nih, saya kasih foto-foto acaranya…

This slideshow requires JavaScript.

Simply edited with Lightroom 3.3 as usual…

*

Buat Mas Bagus dan Ifeh, Selamat menempuh hidup baru, dan Semoga menjadi keluarga idaman dan rame rumahnya sama anak-anak, hahahaha…:mrgreen:

PS: Mas Isro, ini lho acara yang saya pernah singgung kapan hari itu… 😀

Salam Jepret!


Belajar Prewedding

Hmmm… kira-kira 3 atau 4 bulan yang lalu, teman saya, tepatnya kakak kelas SD saya sekaligus tetangga dekat sewaktu kecil meminta saya untuk membuat foto prewed sederhana. Saya dengan (sedikit) pede menyanggupinya. Itung-itung bantuin teman sekaligus bisa belajar moto prewed lagi (dulu udah pernah sekali).

Foto-foto berikut diambil di 3 lokasi yang berbeda, mengambil waktu 2 hari. Di sawah, di sawah dekat gunung, dan di pantai. Dilema saya selama pemotretan, saya belum bisa mengambil ekspresi yang “pas” dari mereka. Selain karena saya kurang cepat dan cekatan mengambil gambar, saya juga paling gak bisa mengarahkan gaya... 😦 *I am tired of this. Jadilah banyak ekspresi yang saya pikir seharusnya bisa lebih baik. That’s okey, I am learning anyway.. 🙂

Lagi-lagi saya bermain warna dengan Lightroom 3.3, jadi jangan heran kalau ada beda suasana/warna dengan foto yang sama. Maksud hati semoga yang melihat tidak bosan dengan bermcam-macam warna yang saya buat disini. I am happy with this project! 😀 rasanya semakin lama semakin cinta dengan Lightroom, hehehehe…

Watch out for more than 50 pictures coming! Enjoy!

This slideshow requires JavaScript.

Buat Mbak Nurul dan Mas Harto, saya ucapkan selamat menempuh hidup baru, semoga langgeng terus ya sampai kakek-nenek dan aku segera dapet ponakan, hihihihhi…

Salam Jepret!


Weekly Photo Challenge: Wildlife

Wildlife? Again! I found the theme of this week is so difficult, yet really challenging! 😆 For me now, who’s living in Kalimantan, where’s jungle and wildlife surely exist. I was thinking to go somewhere like a jungle nearby and find such cute animals like deer, monkey, or beautiful bird, instead of boar, wild dog or even giant snake! Those last three I mentioned are an enough reason for me to keep apart from their nest 😛

Thus, I chose 4 pictures from my collection, hoping they would be good enough for “wildlife theme” Check them out!

I ever posted long time ago some of wildlife I saw in North Carolina Zoo here, but I have never posted this one. I took the picture from outside  a big paludarium where’s some of colorful and poisonous frogs living in.

**

She is Ingrid, my friend from Nicaragua, standing next to a safari car of NC Zoo. I think this is also typical wildlife style. The popular car I saw in every africa wildlife film! 😆 but, yeah without that cute color of course! 😀

**

Where do you think this place should be in? 😀 You can find it behind a rectorate of my university (IPB). If you walk down to rectorate building from the library, you’ll pass the LSI bridge, with Lake LSI on the left and this jungle view on the right. It was still early morning when I took the picture, that’s why you can see the fog made the view really picturesque!

**

I don’t know what bird it is. I got it on a tree behind my house. One of many kinds of bird sang and flew around everyday here. Lovely one! 🙂

Salam Jepret!

*All pictures edited with Lightroom 3.3 & Photoshop Cs5


Parade Ulang Tahun SMAN 1 Pelaihari (part 2)

Melanjutkan postingan Parade Ulang Tahun SMAN 1 Pelaihari (part 1) sebelumnya, berikut ini lanjutan foto-fotonya…

This slideshow requires JavaScript.

Photos are edited with Lightroom 3.3, preset: Color Creative-Color CP 2

Semoga bisa menghibur akhir pekan pembaca semua!

Salam Jepret! dan Happy Weekend!


Parade Ulang Tahun SMAN 1 Pelaihari (part 1)

Hari Selasa kemarin, komunitas fotografi Tanah Laut (TLPC) diundang oleh OSIS SMAN 1 Pelaihari untuk ikut berpartisipasi dalam dokumentasi acara parade atau pawai dalam rangka Ulang Tahun SMA mereka ke-29 yang akan mereka adakan start pukul 8 pagi. Saya dan beberapa teman (kurang lebih 7 orang) berangkat jam 8 lewat, tiba di sana, acara sudah dimulai. Seorang guru sedang memberikan sambutan dan disusul dengan pembukaan acara.

Acara bertajuk “The Innovation of Smanpel” ini mengusung tema-tema seputar lingkungan, pendidikan, seni, olahraga dan kesehatan yang tampak dari kostum-kostum yang mereka pakai saat pawai. Setiap kelas (dari kelas X sampai XII) mempunyai tema kostum tertentu yang berbeda-beda, lucu-lucu dan kreatif. Mereka juga punya yel-yel dan iringan lagu masing-masing.

Rute pawai ini sebenarnya tidak terlalu jauh, bahkan saya sempat kecewa karena mereka tidak mengambil rute pusat kota yang jelas-jelas akan lebih menarik perhatian masyarakat. Mungkin karena alasan keamanan dan ketertiban juga, heheheeh… acara segitu aja, polisi dah dimana-mana, karena barisan anak-anak SMA itu mengambil lebih dari 1/4 badan jalan. Macet pasti! 😀

Di akhir acara mereka kembali ke halaman SMA dan menunggu acara door-prize dan pemenang untuk kelas-kelas terheboh. Rangkaian acara ini akan terus berlanjut sampai akhir bulan Mei, akan ada banyak lomba-lomba dan semacamnya, semoga saya bisa meliput lagi acara-cara mereka selanjutnya. Jadi acara pawai ini baru pembukaan saja, hahahaha… dan jujur nih ya saya udah capek, betis utamanya, gara-gara satu acara ini, hahahaha…

Menarik sekali buat saya, karena pertama kalinya saya ikut acara jepret-jepret acara pawai anak sekolah. Kita menyebar di beberapa titik di rute yang mereka akan lalui. Kita juga sempat pindah tempat tiga kali, saya dibonceng oleh teman saya melaju dengan motor mengikuti iring-iringan tersebut, mirip-mirip wartawan dari koran, I felt that I was cool enough! *narsis, hahahaha…

Ok, langsung aja ini foto-foto yang berhasil saya ambil di tengah acara. Konsepnya candid aja. Saya bagi menjadi dua postingan karena fotonya sangat banyak. Ada total 84 foto, hahahahah… Mudahan bisa terlihat semua ya 😀

This slideshow requires JavaScript.

Photos are edited with Lightroom 3.3, preset: Color Creative-Color CP 2

Kok diedit sih prim? Iya iseng-iseng nih sekalin bereksperimen.. lagi suka-suka saya dong! *songong * GakGakgakKKK….

Jangan lupa lanjut ke Parade Ulang Tahun SMAN 1 Pelaihari (part 2)

Salam Jepret!


Story-Telling Contest

Selasa kemarin saya berkesempatan menghadiri Story-telling Contest tingkat kabupaten Tanah Laut, Kal-Sel yang diikuti kurang lebih 15 perwakilan dari SMP-SMP di seluruh kabupaten.

Apa itu story-telling? Jadi kontes bercerita sebuah cerita atau dongeng dalam Bahasa Inggris. Tidak hanya kelancaran bercerita dan cuap-cuap dalam bahasa Inggris, mereka juga dinilai dari penampilan, alat bantu bercerita, ekspresi dan komunikasi dengan pendengar. Seru juga lho! Selain karena tiap orang punya gaya masing-masing dalam bercerita, mereka juga saya nilai sangat baik berbicara dalam English, ya at least mereka cukup percaya diri di umur mereka yang masih muda.

Yuk liat-liat jalan acaranya…

Kata Sambutan

Doa

Sharing pengalaman pemenang 2 tahun yang lalu

Wait! Hhihiihihih… Tulisan WELCOME di spanduk itu salah cetak. 😛 Entah karena salah panitia atau salah percetakanya… 🙄

Dalam kontes ini setiap peserta membawakan dua cerita, meskipun ada peserta yang hanya menyiapkan satu cerita…

Ambil Nomor Urut

Niat, dengan kostum dan gambar bikinan sendiri

Gerak tubuh memukau!

Totalitas!

Full of expression

Beberapa peserta sangat berbakat, saya merasa sedang menonton acara mendongeng di TVRI..hihihihi… tetapi ada pula peserta yang nervous dan harus meninggalkan panggung acara karena tidak bisa meneruskan ceritanya… Semoga tahun depan lebih siap lagi ya!

Putri Raja?

bawang merah bawang putih

Kisah Seekor Buaya

Peserta ini suaranya mantap!

yang hadir...

Greedy Shark!

Pengumuman pemenang oleh Juri 1

Tegang semua!

Si Juara Pertama!

5 besar!

Pemenang dan guru-guru

Selamat bagi para pemenang!

Si Juara Pertama akan diikutsertakan dalam Story-Telling contest Tingkat Propinsi di Banjarmasin, dan jika menang akan lanjut ke Tingkat Nasional! Semangat semua! 😀

Ada suatu hikmah tersirat dalam setiap acara kontes-kontes seperti ini. Selalu ada kalah dan menang, itu wajar. Bahkan terkadang penilaian kita untuk seseorang bisa jadi terpengaruhi oleh penilaian subyektif, meskipun juri tentu berusaha untuk se-obyektif mungkin, semua akan kembali pada kriteria penilaian, bobot dan jumlah nilai yang terkumpul.

Sehingga terkadang ada omongan: “Lho saya pikir dia yang seharusnya juara kedua?!” Selalu ada pro-kontra, tetapi ada baiknya mengevaluasi diri sendiri dan mencoba untuk lebih baik di kemudian hari. *sok bijak mode: on

This slideshow requires JavaScript.

Happy Blogging!


Weekly Photo Challenge: Lines

As usual, I am taking challenge to post weekly photo today, themed LINES!

First Photo!

I was stopped by this view while I walk down on a sidewalk in NYC. I forgot the name of the street or avenue but surely it was around the Museum of Modern Art since I was on my way to go there.

It was a window’s display of a store. Kind of interesting artistic decoration for me. Colorful glowing pipes combined with colorful cotton behind (Do you think it’s cotton?) I bet it was such a fabric store or something. Unfortunately, I put my “zoom” lens on my camera, then I couldn’t make a wide angle picture (to get the whole display), since I was so hurry that time, I just took the picture quickly and left. Can you guess what store it was?

The second one…

A usual bridge made of steel and concrete that you can find easily in Kalimantan where I live now. This bridge goes over a river, hmmm or swamp? I am not sure 😆 and I don’t know the reason why government made a similar style of the bridge like above. I think coz it is cheaper! 😀

It was in afternoon, on the way home after attending a wedding in small village, I got down from my motorcycle, standing in the middle of the road, made a symmetrical view, and shot!  Don’t try this if the road is traffic I am telling you! 😆

Happy Blogging!


Pohon “Kitiran”

Masa kecil saya di Kalimantan, memang dekat dengan alam. Komplek Perumahan PG. Pelaihari memang berada di tengah rimba dan kebun tebu. Jadi wajar saja kalau saya dan teman-teman akrab sekali dengan kegiatan outdoor dan petualangan di alam bebas, kalau istilah jawanya: blasak-blasak!

Di belakang komplek saya dulu ada sebuah hutan, khas hutan hujan tropis kalimantan, yang ditumbuhi semak dan pohon besar. Beberapa titik tanah kosong di sekitar perumahan itu sudah mulai digarap oleh warga sebagai kebun, meskipun tidak banyak, dari ketela pohon, ubi jalar, jagung dan lain-lain. Sehingga saya dan teman-teman harus masuk lebih dalam ke hutan untuk bermain, soalnya kalau main di kebun orang bisa dimarahin, suka bikin rusuh dan porak poranda kebun, hahahaha…

Suatu hari saya mungkin masih duduk di kelas 2 atau 3 SD, teman-teman saya mengajak saya berpetualang ke dalam hutan. Iseng-iseng kami ingin mencari biji-bijian berwarna abu-abu kehitaman seperti manik-manik, yang bisa di bikin kalung dan gelang, uniknya biji-bijian itu punya lubang di tengahnya sehingga gampang untung dirangkai dengan benang…entah apa namanya. Ada yang tahu?

Banyak cerita tentang seramnya hutan itu, banyak anak-anak yang lebih besar mengatakan agar kami tidak masuk hutan terlalu jauh, karena bisa tersesat. Meskipun ragu-ragu, dengan dalih mencari sumber biji-biji itu lebih banyak, toh akhirnya saya ikut acara masuk hutan itu dengan berpesan pada diri kami untuk mengingat setiap jalan yang kami lalui agar bisa kembali pulang. Saya lupa, mungkin kami berjumlah sekitar 4-5 anak.

Petualangan itu di mulai setelah pulang sekolah. Diawali dengan melalui kebun-kebun, pisang-pisang, sampai alang-alang, dan aliran sungai kecil yang masih jernih… Tapi sampai sejauh itu, kami belum menemukan tanaman manik-manik itu. Kami mulai kelelahan. Kami memutuskan untuk istirahat di bawah pohon. Beberapa orang mengeluh dan mengajak pulang. Kami mulai makan buah rambusa dan ciplukan yang kami temukan di sepanjang perjalanan. Ada yang tau tanaman ini? 😀

Rambusa (Passiflora foetida) masih satu keluarga dengan markisa, buahnya kecil seukuran duku, rasanya asem-asem manis, katanya sih itu makanan ular, hehehehe…

Sedangkan ciplukan (Physalis angulata), sekarang dikenal sebagai salah satu tanaman herbal yang kaya manfaat dan unsur obat. Rasanya manis jika sudah masak, plus ada rasa khas yang ciplukan yang tidak bisa saya gambarkan dengan kata-kata 😆

Tiba-tiba seorang teman saya mengambil sesuatu dari tanah. Sebuah benda seperti kelereng kecil dan bersayap.

“Woy ini kan… biji pohon…pohon… apa ya namanya? Tau nggak?” tanya dia ke anak-anak yang lain.

Kami menggeleng-geleng tidak tahu.

“Ini biji kitiran!” kata dia asal.

“Kitiran???” kami melihat benda asing itu.

Teman saya kemudian melempar biji bersayap itu ke udara, dan biji itu kembali ke bumi sambil berputar seperti baling baling bambu doraemon. Persis kitiran juga. Kami takjub!

“Wowwww… bagus!”

Teman saya mengajak kami untuk mencari pohon kitiran yang pasti ada di dekat sini. Kami bersemangat untuk menemukan pohon yang kami beri nama pohon “kitiran”. Agak susah juga karena kita harus melihat ke atas dan kebawah, mencari tahu pohon manakah yang pohon kitiran??

****************************************************************************************************************************

 Stop Press!

Hopea odorata

Famili: Dipterocarpaceae
Nama umum: Merawan (nama dagang untuk kayu dari beberapa jenis kayu keras ringan Hopea spp).

Penyebaran dan habitat
Asli Asia Tenggara, menyebar mulai India (Pulau Andaman), Myanmar, Thailand dan Indocina dan ke selatan sampai semenanjung Malaysia utara. Pada kebanyakan sebaran alaminya, jenis ini tumbuh di hutan tropis dataran rendah dengan tanah subur sampai ketinggian 300 m dpl, lokasi tumbuhnya tidak jauh dari sungai. Namun, populasi di India tumbuh di hutan basah selalu hijau pada ketinggian, jauh dari sungai. Pertumbuhan terbaik pada daerah bercurah hujan tahunan lebih 1.200 mm dan suhu rata-rata 25 – 27°C. Dapat tumbuh pada habitat yang beragam serta mudah dibudidayakan.

Pemanfaatan
Kayunya keras, ringan dan kuat, digunakan untuk konstruksi berat dan  ringan,  mebel, vinir  dan  banyak kegunaan lainnya. Kerapatan kayu 0,5 – 0,98g/cm3 pada kadar air 15%. Cocok ditanam pada tanah yang telah terdegradasi, juga banyak ditanam sebagai tanaman hias dan penaung. Kulitnya mengandung tannin tinggi, dapat digunakan untuk penyamak kulit, juga menghasilkan getah bermutu rendah (damar batu).

****************************************************************************************************************************

Akhirnya kami menemukan juga pohon kitiran itu, letaknya agak berjauhan dengan pohon-pohon yang lain, pohonnya tinggi dan lebat. di bawahnya kami banyak menemukan biji kitiran tersebut, mungkin ratusan jumlahnya, saya segera  mengantongi biji kitiran itu dengan kantong plastik yang kami persiapkan dari rumah untuk dibawa pulang.

Beberapa orang terlihat bersenang-senang dengan melempar-lempar biji kitiran itu ke udara, sangat menyenangkan bagi kami yang pertama kali menemukan biji bersayap aneh itu. Seorang anak malah naik ke atas pohon dan melempar banyak sekali biji kitiran yang sengaja diambil dari bawah, hahahaha… Kami girang dan tak henti bersorak.

Sampai pada suatu momen, tiba-tiba angin bertiup kencang beberapa kali, dan ratusan biji kitiran jatuh dari pohonnya. Itu adalah satu keindahan yang pernah saya lihat seumur hidup saya. Kami bersorak! Kami tertawa dan melompat. Biji-biji kitiran berputar, dan terbang jauh di tiup angin siang yang hangat, menyebar, berputar, berakrobat di angkasa, seolah-olah sedang menghibur kami yang kelelahan.

Biji-biji kitiran terbang jauh. Mereka kelak akan tiba pada suatu tempat yang jauh dari induknya, dan menjadi pohon kitiran muda dan akan menghasilkan lebih banyak biji kitiran. Tuhan sungguh Maha Indah…

Kami pulang. Meskipun tidak mendapat biji manik-manik, kami pulang dengan sekantong biji kitiran. Tidak henti-hentinya saya bercerita kepada teman yang lain, bahwa di dalam hutan ada sebuah pohon ajaib yang punya biji yang bisa terbang dan berputar. Itulah pohon kitiran. Saya memberikan biji kitiran ke teman-teman saya yang lain seolah-oleh ingin berbagi kebahagiaan tentang pengalaman indah tersebut.

***

Literatur dan gambar:

http://www.rimbundahan.org/environment/plant_lists/dipterocarpaceae/Hopea-odorata.jpg

http://lekowala.blogspot.com/2005/06/hopea-odorata-in-botanic-gardens_1156.html

http://bpthbalinusra.net/isbseedleaflet/99-merawan-hopea-odorata-roxb.html

http://kumpulanspasi.wordpress.com/2010/09/10/mengendarai-khayalan/

http://wikipedia.org


Dam Ranggang + Jamur!

Ini cerita jalan-jalan minggu lalu bersama seorang teman, namanya Dwi. Senin, 4/4/2011, saya dan mama pergi ke rumah teman mama, tetangga lama dulu, dan anaknya pun kenal dengan saya, ya Dwi itu. Rumahnya masih di perumahan Ex-Pabrik gula Pelaihari, tempat masa kecil saya dulu, sekarang sudah jadi pabrik sawit dan tidak seramai dulu.

Saya mengajak Dwi ke Dam Ranggang, sebuah bendungan yang mensupport kebutuhan air di pabrik tersebut. Tempatnya indah, dan bisa untuk mandi dan berenang. Untuk foto-foto dan cerita yang lebih lengkap saya sudah pernah posting di sini: Jalan-jalan ke Dam Ranggang

Kali ini bukan cuma melihat-lihat, saya juga sempat mandi-mandi di sana! Yihhhaaaa!

Jadi ada bagian yang bertujuan mengurangi kelebihan air yang keluar dari mata air bendungan tersebut, namanya tempat pembuangan. berbentuk lembah yang mengalirkan air ke sebuah sungai kecil. Daerah pembuangan ini aman, karena tentu saja tidak dihuni oleh tanaman air dan hewan aneh-aneh yang mungkin ada di bendungannya, contoh biawak, ikan emas raksasa atau buaya putih jadi-jadian, wuakakakakaka…

Dulu semasa kecil saya sering ke tempat ini dengan naik sepeda pedal bersama teman-teman, *kok kuat ya? dan pastinya kami mandi-mandi di tempat ini… sebuah tempat penuh kenangan… so sentimental for me…

Berikut slideshow dari foto-fotonya, slideshow ini dibuat dengan Picasa (hosting gratis buat nyimpen foto dari google itu lho) dan bantuan vodpod!  coba-coba eh ternyata bisa! 😀

Vodpod videos no longer available.

Sedikit cerita…

Air bendungan itu sekarang gak sejernih dulu, dan semilir-semilir ada bau ikan… mungkin karena bendungannya sendiri sudah banyak di bangun tambak ikan Nila. Jadi gak semankyus dulu, tapi masih layak kok.. hehehehee…

Sungai kecil di akhir pembuangan itu juga penuh dengan semak-semak, padahal dulu tidak sebanyak itu, dan banyak ikan kecil dan udang yang bisa ditangkap dengan mudah pake baki, seru lho!

Setelah berenang-berenang di sana, saya pulang, di perjalanan pulang, kami melihat Ibu-ibu yang sedang nungging-nungging di antara pohon kelapa sawit, mereka berburu jamur!

Jamur tumbuh di buah sawit yang tidak dipanen dan dikomposkan di antara barisan sawit. Menurut mereka jamur tersebut tumbuh banyak sebulan terakhir ini, dan bisa di buru setiap hari! Gratisan!

Jadi inget dulu, sewaktu kecil saya juga pernah berburu jamur, tetapi dari jamur dari pengomposan ampas tebu yang disebut belotong, ternyata di ampas kelapa sawit juga ada cuma ukurannya agak kecil. rasanya??? saya sempet makan hasil tumisannya, gak beracun dan enak! persis jamur gitu deh…*ya iya lha… hehehehe…

OK, sampai sini dulu laporan jalan-jalannya…

Happy Weekend!


Weekly Photo Challenge: Old

An old woman I met was sitting in the kitchen. She’s my friend’s grandma, visited my friend’s house for a wedding ceremony of her grand-daughter. I don’t know her name, neither her age. We just called her “Mbah” simply nickname means “grandma”.

 

Mbah came from a village in Central-Java, crossed the sea to our island in her age. I do believe it is such a strong effort, yet admirable. She spook Javanese with a gently thick accent, acted like an old lady, tend to be calm, groomed, poised but still humble, represent her age and ancient javanese background she preserved.

 

In the following days, I met her, she was wearing Kebaya again. Kebaya is a traditional javanese women dress. We actually have now, modern ones which are more colorful and stylist, but surely for ceremonial event only, not as daily clothes. But she is still wearing the old style ones every day, again, every single day. For me it looks so uncomfortable.

 

I asked her relatives, “Doesn’t she want to change her dress to more comfortable one, such a daster (maternity dress)?”

“She doesn’t want”

“But, why?”

“I don’t know… She just looks like other old lady in her village, kind of an inherited habit… ”

 

I’ve never got the exact reason from her until now. I am wondering how tough she preserves the culture while present women might start to be “take it easy”, and I am thinking whether other old javanese ladies out there do the same thing. and how many? How long? Do you have idea?

 

Hmmm… Interesting and rare.

 

PS: sorry for my poor english! 🙂


Hunting bareng Komunitas

Hmm, another report about photography…

 

Seperti judulnya, kali ini saya akan cerita tentang hunting pertama saya dengan komunitas fotografi di sini, Namanya: Mata Lensa Tanah Laut. Tanah Laut itu nama kabupaten tempat saya tinggal sekarang.

 

Pertama kali liat: Nice! Jujur saya baru tahu ada komunitas foto-foto di kota ini, dari “gerak-geriknya” komunitas ini termasuk masih baru terbentuk, saya mengenalnya dari FB teman. Langsung aja saya klik “Join”, gak lama saya di confirm! Yes! Saya mulai lihat-lihat isinya… 🙂 Lumayan lho.. jangan disangka komunitas ini cuma komunitas lokal dengan SDM yang pas-pasan, justru hasil-hasilnya lumayan bagus! Meskipun saya lihat interest mereka lebih kepada human, alias model-model bertebaran di mana-mana.. 😀

 

Anggotanya juga beragam dari pelajar, mahasiswa, hobiis, sampai pelaku bisnis photography. Nah, saya bisa belajar di sini nih, hihihihii.. lumayan kan daripada saya hunting sendiri gak jelas, mendingan ngikut komunitas ini, syukur-syukur dapat ilmu dan menambah teman, oh ya selain itu saya bisa ikut jalan-jalan kan, hahhahaah… *ini yang paling penting sebenernya 😉

 

OK, langsung aja. Jumat kemarin saya ikut komunitas ini hunting di tepi pantai Suarangan, salah satu pantai dekat sini yang ditempuh dengan 1-1,5 jam dengan motor. Acara hunting kali ini gak terlalu rame, saya dan 4 teman lain berangkat dari Pelaihari sekitar pukul 2. Naasnya, kita kejar-kejaran dengan hujan, alhasil baju dan celana basah semua, hiks-hiks. Di tengah jalan, kami menjemput anggota lain, 2 orang, dan 4 orang model! jadi lumayan rame lha.

 

Yang bikin seru sebenarnya bukan acara hunting di pantainya, tetapi justru perjalanan menuju ke sana yang penuh dengan jalan berlubang dan track berlumpur dan penuh genangan, plus hujan rintik-rintik! Ini outbond apa hunting ya..? (- -‘) what a perfect day for sleep! 😆

 

Ini juga merupakan hunting pertama saya dengan komunitas fotografi, karena sebelumnya saya gak pernah tuh ikut-ikut komunitas beginian, apalagi hunting bareng! Kalo hunting makanan sih iya sering,,, hihihihi…

Sampai di lokasi, Wow, sebenernya banyak tempat bagus buat di foto, cuma cuaca gak mendukung banget, mendung, angin kencang, dan rintik-rintik. Para model mulai ganti baju dan lenggok kesan-kemari udah kaya haus jepretan, saya cuma berdoa moga mereka gak masuk angin aja.. wkakakaka…

Nah berhubung saya amatir banget *baca: katrok), saya justru bingung how to handle human in capturing! Kalau yang lain seperti sudah biasa mengarahkan gaya para model, saya malah bengong memperhatikan tingkah para senior, wuakakakak… Saya kayanya gak bisa atau gak bakat ya? mengucapkan kata-kata : kepala agak nunduk, bahu miring, angkat paha, mata liat sini, liat sana, merem, melek, juling dan sebagainya… yang ada malah: foto bareng yuk! *Haiyah!

 

We don’t have much time pim! Saya pun akhirnya pede ikutan moto-moto di belakang para senior, karena gak berani manggil2 modelnya akhirnya jepretan saya kebanyakan ya candid gitu, artinya mata model melihat kamera tetangga, wkakakak… tetapi para model juga sempet bergaya sendiri, sadar kalau saya akan menjepret mereka, lumayan kan, untungnya mereka kreatif bisa gaya-gaya sendiri tanpa disuruh… hihihihi, meskipun beberapa kali saya lihat hasil jepretan saya: OMG, jelek! wkakakaka… gelap! Dan kenapa ya waktu pake flash bukannya bagus, malah jayus! (- -‘) I hate my flash.

 

Berhubung hujan makin lebat dan angin bikin suasana makin dingin parah, belum lagi kita bolak-balik ngelap lensa gara-gara basah, gak sampai 30 menit, kita memutuskan untuk berteduh dan acara pun udahan, kita balik. Sedikit mengecewakan, tapi emang cuaca kan susah diatur, artinya next time harus liat juga kondisi cuaca atau bawa pawang! Wakakaka…

 

Ini foto saat kita berteduh di bawah terpal yang lagi nganggur di tepi pantai itu 😀

Hehehehe… saya yang dibelakang pake kacamata silau sebelah, kerah kebelek…wkakakakka..

 

 

Dan berikut ini beberapa hasil jepretan saya di sana. Ini juga pertama kalinya saya ngedit pake Adobe Lightroom, Nice and simple software! bagus banget buat yang gak mau ribet sama Photoshop!

Memancing di Kala Hujan

Pantai dan Mendung

Dapat nggak ya?

 

Kenapa ada karung-karung berbaris?

 

Jejak apakah ini?

 

Terdampar...

 

Untuk pemandangan saya edit tetap dengan warna, tapi untuk model, karena saya gak pake flash dan hasilnya gelap, saya jadiin aja sekalian black and white…*ngeles 🙂

 

Untuk foto-foto dengan model saya coba pakai slideshow… *asli saya baru tau caranya, wkakakaka…

This slideshow requires JavaScript.

 

 

Nah, saya jujur jarang foto-foto orang/ model yang dengan sengaja meliuk-liuk di depan kamera, hehehehe… Mudahan lain kali lebih baik lagi… katanya sih saya harus lebih banyak belajar moto potrait! Sip deh! 😀

 

Salam Jepret!