Frames, Green, Rustle and Sweet Tea

Patut Dicontoh

Kebiasaan , atau tabiat, atau hal yang dijalankan dengan lumrah dan diulang-ulang, bisa jadi merupakan sesautu baik atau buruk. Tentu saja setiap bangsa dan negara punya kebiasaan baik dan buruk masing-masing. Pasti kita sudah seringkali membaca atau bahkan mengalami sendiri kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan oleh orang-orang luar negeri yang tentunya membuat kita sedikit banyak menjadi kagum. Termasuk saya.

 

Saya gak akan membahas kebiasaan baik dan buruk bangsa ini, tetapi hanya memberikan gambaran bagaimana kebiasaan baik di negeri orang lain yang mungkin bisa kita jadikan pelajaran. Sedikit cerita tentang hal-hal kecil atau kebiasaan baik orang-orang di US yang saya alami sendiri.

Antri

Sudah rahasia umum, bagaimana budaya antri di negeri kita, jadi tidak perlu dijelaskan, hehehehe… Di US, antrian adalah kondisi yang jarang menimbulkan kerusuhan, senggol-senggolan atau suap-suapan.. *halah. Kalau seandainya kita tidak ada di tempat antrian atau meninggalkan tempat antrian dan kembali pada saat nomor kita sudah lewat, maka kita harus ambil nomor antri lagi. Simply strict! 😆

Kalau antri di bank, atau tempat formal lain, biasanya akan diberi garis batas antrian dengan orang yang sedang dilayani, kira-kira jaraknya, 1-2 meter, intinya kita gak boleh ngantri di samping orang yang sedang dilayani atau malah nempel sambil ngintip-ngintip urusan orang! (- -‘)… Intinya mereka memberikan space yang cukup untuk ruang gerak dan privacy, dan gak ada acara dempet-dempetan kaya orang lagi mesra-mesraan…wkakakaka… nah meskipun gak ada garis batas itupun , mereka selalu ngasih kita space at least satu langkah dari kita. Udah biasa mungkin ya…

Satu lagi, gak ada acara salip-salipan, sedikit ruang kosong di depan orang bukan berarti kita bisa berdiri di sana terus nyempil ikut antri. Umumnya  mereka akan bertanya: “Apakah kamu dalam antrian?” Jika ya, dia akan berdiri di belakang kita. Sopan bukan?

 

 

Self Service

Jasa atau service mahal harganya. Jadi untuk resto-resto cepat saji atau food court kita dibiasakan mengembalikan baki ke tempatnya dan piring-gelas bekas makan ke tempat sampah. Kenapa? Karena kita cuma bayar makanannya, bukan pelayannya, Hahahahah… kecuali kita makan di resto yang ada pelayannya. Nah, siap-siap dijamu dan dilayani dengan sangat ramah, tapi jangan lupa kasih tips. Service ada harganya lho. 😀

Bawa-bawa baki dan sisa makanan ke tempatnya bukanlah sesautu yang hina atau kurang kerjaan, toh sedikit banyak kita jadi gak perlu  bikin tamu lain nunggu meja kita dibersihkan oleh cleaning service-nya. Meja kita kembali bersih seperti pertama kita datang, dan orang lain bisa langsung pake meja kita. Lancar kan? Serius deh, kalo kita ninggalin sisa makanan teronggok begitu aja, saya juga kadang ngerasa jorok banget ya, kaya ninggalin something wrong di sana, wkakakakkaka… apalagi kalo tamu lain datang terus ngeliat “kapal pecah” itu, bisa-bisa ilang selera makan!

 

 

Berlalu-lintas

Jelas sudah aturan lalu lintas memang harus dipatuhi. Setiap orang berlalu lintas dengan hati-hati. Mulai dari pindah line atau jalur, speed limit atau batas kecepatan, sampai tanda stop sampai hal-hal kecil seperti garis lurus tidak putus-putus di jalan yang berarti dilarang mendahului atau berbalik arah.

Hampir di semua persimpangan jalan (tanpa lampu lalu lintas) di US memiliki tanda STOP yang berarti kita harus stop sekitar 3 detik baru kemudian berbelok. Begitu hati-hatinya mereka membuat peraturan untuk keselamatan pengguna jalan sendiri.

 

Klakson jarang dibunyikan jika tidak terpaksa. Saya pernah sekali diklakson mobil lain karena satu hal, saya mengemudi di garis yang memisahkan line. Kita tidak boleh berada di garis itu terlalu lama, harus pilih jalur mana yang kita pilih. Dua jalur (untuk satu arah) memang luas, tapi bukan berarti boleh ada 2 kendaran berjalan, dan 1 kendaraan nyempil sejajar lho, wkakakakaak… Mereka sangat tertib.

 

Jika pada suatu pertigaan kemudian jalanan sangat padat, dan kita akan masuk ke line tersebut. Percayalah salah satu mobil-mobil itu akan berhenti dan mempersilahkan kita untuk masuk. Sama halnya dengan pejalan kaki, tidak ada isitilah “tanggung”, mereka akan berhenti untuk pejalan kaki yang menyeberang. Satu lagi, tidak akan ada adegan klakson-klakson tanpa alasan jelas, seperti klakson buru-buru dari kendaraan di belakang setelah lampu hijau menyala. Semua orang juga buru-buru pasti! Tapi semua tetap “elegan” mengendalikan diri. Mereka sangat tertib dan sabar. Itu yang membuat pengguna jalan satu sama lain merasa aman dan nyaman.

 

Email

Sudah seperti aturan bahwa membalas email formal seharusnya dalam 1×24 jam di hari kerja. Kalaupun tidak bisa menjawab dalam waktu dekat, mereka akan email balik dengan janji akan menjawabnya dalam waktu tertentu. Intinya tidak ada email yang digantung atau berakhir tanpa ada kejelasan.

Hampir sama halnya dengan orang-orang di Eropa. Satu kali saya melayangkan aplikasi untuk sebuah lowongan pekerjaan atau sekedar menanyakan apakah mereka sedang membuka lowongan. Dalam waktu tidak lebih dari sehari pertanyaan langsung dijawab, dan lamaran pekerjaan dijawab dalam waktu seminggu. Meskipun itu adalah suatu penolakan. Hal ini sangat menguntungkan pihak pelamar, karena tidak perlu bertanya-tanya bagaimana nasib lamarannya.

Jika memang iya dijawab iya, jika masuk dalam pertimbangan, maka dijawab silahkan menunggu, jika menolak segera jawab tidak, tidak perlu menggantung nasib orang. Bagi perusahaan mungkin ini hanya sebuah masalah kecil atau email sepele, tetapi bagi pelamar mungkin saja ini urusan perut sebulan ke depan.

Apalagi jika email itu ditujukan kepada instansi pemerintah. Jika banyak masyarakat kecewa dengan lambatnya pelayanan instansi pemerintah, saya rasa dunia jurnalistik akan segera berkoar-koar dimana-mana. Jika instansi pemerintah saja begitu cekatan, apalagi instansi swasta seperti bank, asuransi, maskapai penerbangan, mobile-phone provider, dan lain-lain, saya rasa mereka akan jauh lebih gesit lagi. Salut!

 

 

Pelayanan Umum

Kalau kita pertama kali buka rekening di bank, kemungkinan besar kita akan dilayanin oleh satu CS, yang akan memberikan kartu namanya di akhir tahapan, dan dia dengan tanpa ragu-ragu akan bilang: “Call me if you have problem.” Satu kali saya ada masalah dengan tabungan saya, saya coba hubungi Leonor, CS yang dulu membantu saya. Hey! Dia masih ingat dengan saya dan berjanji akan menangani masalah saya. Selang 1 jam, dia telepon balik saya dan mengatakan masalahnya sudah beres. Seneng gak tuh!

Teller yang sering ketemu saya juga, begitu akrab, dan tidak ragu-ragu bertanya tentang cuaca dan rencana liburan Natal dan Tahun Baru. Tidak hanya memberikan pendapat, dia juga memberikan info-info seputar tempat liburan yang dia tahu. So friendly!

 

Sama halnya di supermarket, kerap kali kasir akan memberikan pendapat sampai mengajak kita mengobrol. Tentunya seputar barang yang kita beli seperti “Good Choice”, “Oh, It’s good but I like another flavor”, atau “Wow, is this a new one?, I’ve never tried this before!” 😆 kalau sudah begini saya kadang minta saran atau tanya kualitas barang yang saya beli, bahkan satu kali menukar dengan merk lain berdasarkan rekomendasi dia, hahahha… Ramah-ramah banget kan… Malah satu kali saya terlibat obrolan seru dengan seorang kasir di toko sepatu bercerita tentang anaknya yang tinggal di Orlando (tempat saya bekerja sebelumnya), hahahaha…

 

Masih banyak kenangan tentang betapa mereka benar-benar totalitas melayani konsumen. Meskipun mereka dibayar secara professional, mereka tetap menampilkan unsur-unsur manusiawi yang juga ingin tersenyum, ngobrol dan berbagi. So human, isn’t it?

 

 

Mungkin itu saja kebiasaan-kebiasaan masyarakat sana yang saya ingat, yang menurut saya baik dan patut dicontoh.

Mungkin ada sahabat yang punya masukan  atau info lain? Silahkan disharing ya…

 

Happy Blogging.

PS: Photo-photo di ambil di NYC, sori kalau OOT, suka-suka aja… 😀

41 responses

  1. Wah, keren!
    Asyik banget ya tinggal di US, bisa di bayangkan betapa damai dan tenangnya kehidupan seprti itu.
    Indonesia kapan ya? 😆

    26 March 2011 at 8:03 PM

  2. Di kantorku, karna lembaga diklat jadi banyak peserta diklat dan punya 2 ruang makan. Aturannya juga sama, selesai makan piring & gelas kotor yg habis digunakan harus diletakkan di tempat piring kotor. Kami memang puna pegawai untuk dapur & ruang makan, tapi tidak melakukan pekerjaan mengambil piring & gelas kotor di meja ky di warung makan. Dan peserta diklat di kantorku juga tertib2 loh… 😉

    Kalau ttg klakson yg langsung terdengar begitu lampu hijan menyala, hmm…mungkin mereka tidak pernah belajar ilmu fisika, berapa detik waktu yg dibutuhkan kita untuk merespon perubahan lampu merah mjd lampu hijan. Emang berapa, Tik? Gk tau juga… Wkwkwkwk…. 😀

    26 March 2011 at 8:14 PM

  3. Perihal ngantri, iya ya, di Indonesia ini saya agak risih juga. 😀 Kalo ngantri di manapun, selalu aja tubuh kita ini mepet banget ama tubuh orang lain. Rasanya… saya bisa mendengar dan merasakan nafas orang di belakang saya. 😆 Seperti gak ada ruang geran aja…

    Perihal email, saya aja ngirim email pertanyaan ke suatu bagian rektorat kampus saya, sejak sebulan lalu sampe sekarang belum dibalas. 😡 Padahal saya ngirimnya ke orang yang berjabatan cukup tinggi lho. 😦

    Perihal berlalu-lintas, penyebab di Indonesia sini kacau adalah, karena pembuatan SIM di sini bisa nembak, alias jalur cepat! 😡 Coba lihat, anak SMA umur 16-17 tahun udah bisa bawa motor ke sekolah. Bahkan anak SMP pasti ada yang udah bawa motor pula. Itu salah satu bentuk pelanggaran yang tampak jelas! Karena gak pake tes, maka bisa dipastikan hampir 100% pengendara di Indonesia ini gak mengetahui “adab sopan santun dan etika” di jalan! 👿
    Aduh, kalo mau membahas ini bisa bikin posting-an sendiri… 😐

    Hebat banget, Mas Prim, saya suka banget nih posting-an. 😀 Saya tunggu lagi posting-an tentang hal2 baik di luar sana yang patut dicontoh! 😳

    26 March 2011 at 8:45 PM

  4. permisi mas Prim saya ambil nomer antrian yang keempat dulu hehe

    berarti di Amrik enggak ada budaya konvoi seperti disini ya Mas… ehm perlu ditiru tuh…

    Yupz ambil aja sisi positif dari luar negeri, yang buruk lempar aja deh…

    26 March 2011 at 9:05 PM

  5. yustika

    1. ANTRI
    Kalo urusan “ANTRI”, masyarakat Indonesia mmg musti byk2 belajar..
    Dimanapun itu (gak di shelter busway, di toko2 retail, bahkan di WC umum!) yg namanya budaya antri msh sgt payah..
    Dorong2an di dlm shelter busway kyknya uda jd ritual wajib! Kalo yg badannya gede mah mgkn msh bs aman, lha kalo yg kurus kering kayak saya, bisa2 njlungup (jatuh tersungkur), hahahaha…

    Kalo dlm realita sehari2 yg saya temui di tempat kerja saya (sbg karyawan retail), hampir tiap hari selalu ada saja konsumen2 yg gak mau antri kalo mau bayar di kasir. Kdg prihatin jg kalo liat org2 yg penampilannya trendy abis, gaya petentang-petenteng bawa iPad super canggih, tp utk urusan antri saja payah… Malu deh sm bebek… 😦

    2. MAAF, TOLONG, TERIMA KASIH
    Kata2 di atas adlh kata2 yg simple, namun srg terlupakan.. 😀

    Contohnya kejadian sehari2:
    Sebagai konsumen Trans Jkt, beratus2 kali saya membeli tiket Trans Jkt, namun baru bbrp kali saja saya dengar ada kasir yg mengucapkan “terima kasih”. Bukannya berharap mendapat ucapan terima kasih sih, namun saya rasa itu seharusnya sdh menjadi budaya/etika yg sebaiknya diterapkan sehari2.

    Begitu juga sebaliknya, misal pd saat tjd transaksi penjualan di kasir toko2 retail, saya juga sering mengamati, pd saat kasir mengucapkan terima kasih dg ramah pd konsumen, srg kali si lawan bicara alias si konsumen tidak menyahut/membalas (pdhl jelas2 terdengar). Pdhl, apa susahnya sih mengucapkan “Kembali, mbak/mas/cici/koko..” 😀

    Duh, kyknya komen saya kepanjangannya ya, Mas Prim? hehehehe… Maap… 😀

    26 March 2011 at 9:51 PM

  6. Ada baiknya kita meniru kebiasaan baik tersebut …

    Kita mulai dulu dari Antri …
    Ini pekerjaan yang paling mudah dan tidak memerlukan usaha yang maksimal …
    cukup berdisiplin saja

    salam saya

    26 March 2011 at 10:13 PM

    • Dan saya juga setuju dengan komentar Yustika …
      MAAF … TOLONG … TERIMA KASIH …

      Three words to win others hearth

      26 March 2011 at 10:15 PM

      • setuju juga dgn Mas Enha
        MAAF…….TOLONG…..TERIMAKASIH
        it’s three magic words for everybody
        salam

        28 March 2011 at 11:14 AM

  7. Setuju…
    Dimulai dari diri sendiri.
    Menularkan ke orang lain.

    26 March 2011 at 10:24 PM

  8. budaya timur yang kita banggakan ternyata tak ada apa apanya….

    salam bloger.

    26 March 2011 at 11:34 PM

  9. riez

    Mengantri antara mudah dan susah

    26 March 2011 at 11:35 PM

  10. Assalamualaikum abangku sayang (huweeekkkkk…^^ ). Guyon di kala malam bang…

    Ada beberapa yg mau ane komenin nih…buanyakkkkk malahan. Tapi males ngetiknya…hahahahaha.
    1 hal yang bisa ane simpulin. Indonesia hebat yah…kita di sini serasa raja…bebas…hehehehehe.

    Ane sedikit mesem tuh lihat yg tentang selfservice… gak kebayangin kalo mulai diterapkan tiap org harus bawa nampan dan piring ..atau bersihin meja yg buat makan atau habis makan..

    Oh ya ngomong2 soal antri…hah saya sebel dengan yg namanya antrian. Maka dari itu jika di suatu kejadian saya meilih 1 atau 100. dtang pertama atau paling akhir. Gubrakkkkkkkkkkk!!!!

    Saya ingat kejadian waktu ngantri bianglala di ancol..waktu itu udah di tengah..eh kebelet pipis. Keluar deh dari antrian. Eh athu ga abis pipis, ane lgsg nyrobot antrian..nylengsup lewatin pagar pmebatas… GUBRAKK!!!!!!!

    Yg lain cuma geleng2 sama tingkah ane..parah abis nih saya

    26 March 2011 at 11:43 PM

  11. Terimakasih sharingnya …
    Semoga bisa diterapkan disini nanti …

    Soal antri dan tertib ingat jaman dulu kalau perpanjang visa di s’pore dengan cara naik bus ke johor pp. Di s’pore semua antri tertib .. naik bus dan imigrasi … begitu menyentuh johor, semua seperti orang kalap tak ada antrian baik di imigrasi maupun naik bis .. padahal orangnya sama semua.. kenapa bisa begitu?

    27 March 2011 at 4:07 AM

  12. postingan mas prima sukses membuat saya semakin mupeng pengen ke luar negeri >.< doain yah. hahahah ngarep bgt 😀

    tentang self service, hmmmm berarti di Indonesia kita sok sokan jd raja gitu yah. lah di restoran cepat saji aja kita nggak ngeberesin sendiri, diberesin sm karyawannya, trs dengan seenaknya nggak ngasih tips lagi. harus inget tentang ini nih kalo di luar negeri. hehehe *ngarep lagi 😀

    27 March 2011 at 7:45 AM

  13. ash

    hmm..
    budaya di negara maju memang berbeda.

    kalau disini? Ahh~~ banyak sekali kekecewaan, g’akan sanggup diceritain disini 😦
    kalo inget malah bikin kesel.

    Semoga suatu hari nanti negara kita bisa jadi negara yang lebih beradab dan berbudaya. amin.

    salam,
    ash

    27 March 2011 at 11:31 AM

  14. Di kita sukanya nyontoh, tapi giliran yang bagus2 nggak ada yg may nyontoh

    27 March 2011 at 2:05 PM

  15. Di kita sukanya nyontoh, tapi giliran yang bagus2 nggak ada yg may nyontoh

    27 March 2011 at 2:07 PM

  16. nice post…jadi malu dengan kebiasaanku yg belom bisa tertib 😀

    27 March 2011 at 4:54 PM

  17. sebenarnya sederhana, dimulai dari rasa malu pada diri sendiri..

    27 March 2011 at 7:45 PM

  18. kalo masalah antri, disiplin… emang kita perlu acungi jempol ke orang2 di luar negeri. kita harus mencontoh mereka banget.

    kalo masalah self service, kalo menurut gua ini lebih karena emang terpaksa ya. masalah kondisi. karena emang di luar negeri kan tenaga kerja itu mahal. jadi terbiasa apa2 self service. jangankan di food court, lha di rumah juga kan jarang yang bisa punya pembantu. jadi apa2 harus self service.
    sementara di indonesia, gak menyalahkan juga sih kalo gak ada budaya self service ini, karena tenaga kerja begitu murah, jadi food court bisa hire banyak karyawan untuk bersih2. bayangin kalo malah pada lebih memilih self service untuk bersih2, malah menutup lahan pekerjaan tuh prim… 😀

    tentang disiplin lalu lintas, kalo di indo masalahnya adalah aparat nya gak disiplin. disini mau gak mau disiplin (dari terpaksa akhirnya jadi habit), lha kalo sampe ketangkep polisi, dendanya mahal banget!!! lha kalo di indo, ketangkep ya gak masalah, tinggal kasih 50rb juga beres. ya kan… 😀

    27 March 2011 at 11:26 PM

  19. nice post. Jadi betah nongkrong di sini.. Absen dulu maz

    28 March 2011 at 9:48 AM

  20. bangsa kita memang masih harus banyak belajar dan meniru dari bangsa lain yang sudah maju kebudayaannya!
    postingan yang menarik gan 🙂

    28 March 2011 at 10:08 AM

  21. kalo kita mah maunya yang pertama semua, sampai berjejal senggol-senggolan.
    Sehingga memungkinkan aksi kriminalitas… 😦
    Salam kenal…

    28 March 2011 at 10:15 AM

  22. Lalu lintas di Medan adalah paling semberawut, tanya mbak Devi atau Pakde yang sudah kemari,,, 🙂

    Saling berangkulan itu adalah sesuatu yang sangat patut dicontoh ya prim… Seperti Poto terakhir = Gotong Royong 🙂

    28 March 2011 at 10:18 AM

  23. Salam Takzim
    Jadi ingat pepatah BISA ALA KARNA BIASA
    sungguh artikel ini membuat saya terpaku
    terimakasih bang
    Salam Takzim Batavusqu

    28 March 2011 at 11:06 AM

  24. Setiap hal, setiap tempat, setiap peristiwa pasti ada hal positifnya, dan saya yakin setiap kita pasti tau mana yang baik/benar dan mana yang buruk/salah, tinggal prakteknya nih… Jadi Mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang, dan mulai dari hal yang kecil…. Untuk Hidup -Indonesia- yang lebih baik 🙂

    28 March 2011 at 12:14 PM

  25. iya…orang2 indonesia masih belum bisa antri dgn tertib yachh….apalagi kalo ada yg gratis2 kayak bagi2 daging qurban…ampun dorong2an sampe banyak yg pada jatoh……

    klo soal berlalulintas, suami sy juga paling sebel tuch kalo lampu hijau baru nyala , dibelakang udah pada klakson…gak sabaran amat…padahal nanti di lampu merah berikutnya juga ketemu lagi hihihi….

    salut dech sama orang2 amrik…kita kapan yach bisa seperti itu??

    28 March 2011 at 2:51 PM

  26. semoga bangsa kita bisa mencontohnya yah mas.. 🙂

    betapa teraturnya kalo ngantri ga kaya di indonesia..huftt..rebutan..

    28 March 2011 at 2:57 PM

  27. soal ngantri … karena lmyn lama tinggal di mesir .. yg ga ada sistem ngantri sama sekali *gontok2an naudzubillah* … emang bener2 setuju tuh … budaya ngantri itu HARUS!!! dibudayakan …

    28 March 2011 at 3:01 PM

  28. Ann

    Menurutku kita (yang pernah di luar negeri) cukup patuh dan disiplin di negara orang tapi begitu balik ke Indonesia lupa dengan kebiasaan baik di negara lain.
    Sepertinya untuk urusan membalas email, aku masih harus belajar lagi.

    28 March 2011 at 3:43 PM

  29. Ternyata orang Amrik tidak secuek yg kita kira, bisa aja ngobrol sama orang yang baru dikenal. Tapi kalo masalah antri dan tertib lalu lintas, self service, itu sudah membudaya bagi mereka. Aku ingin sekali birokrasi disini dibuat simpel, cepat, kalo bisa juga sih murah. yang ada sekarang kan kalo mau yang mudah dan simpel harus ada uang “pelicinnya” kalau tidak selamat datang di dunia ribet.

    28 March 2011 at 8:12 PM

  30. klo udah ngomong kebiasaan emang susah buat diubah yak..
    tapi seru banget tuh tinggal di US, moga2 di Indonesia bisa lebih baik deh kedepannya 😀

    28 March 2011 at 9:06 PM

  31. Hee hee hee hhe
    Gw paling sebel kalau orang nyelak pas antri keretaa jelas jelas antriannya panjangg
    Masih aja main salip
    Kadang gw suka ngomelin orang yang nyelak antriann

    28 March 2011 at 9:16 PM

  32. Untuk urusan disiplin aturan, kebersihan, dan pelayanan yang ramah kita memang kalah jauh ya mas..
    salut banget aku mas lihat keadaan di luar sana..
    pengalamanku, pelayanan di RS. Umum yg dikelola pemerintah di Indonesia parah banget
    perawatnya judes2 dan gak ramah sama sekali
    apalagi kalau menangani masyarakat miskin..
    Huhhhhh…
    beda jauh dengan RS. Swasta yang dikelola personal..

    29 March 2011 at 3:56 AM

  33. iya sini disiplin kalo masalah lalu lintas. karna polisi nya berlomba lomba kasi ticket denda. yahh meerka ternyata ada reward kalo kasi ticket dan kita emang melanggar. jadi kan adil gitu. bukan kasi suapan di jalan. disini juga terpaksa disiplin karna dimana mana di control pake kamera. jadi semua yang ngak taat bisa di kasi denda tampa sepengetahuan.

    di indo mudah mudahan bisa kayak gitu juga yah. polisi harus kembalikan kewibawaannya. jangan melihat polisi lebih mengerikan dari pada melihat preman. hidup polisi indonesia lah.

    merdekaaaaaaaa

    29 March 2011 at 6:24 AM

  34. *sigh*

    emang gampang gampang susah ya Prim…
    Kita nya udah berusaha tertib…
    Nge lihat orang lain yang rese…jadi napsu juga deh..
    *ngomongin antrian*

    Harus dididik dari kecil sih…

    29 March 2011 at 1:58 PM

  35. apa iya di US sebegitunya banget???
    kok sebagian di film2 g gitu2 amat ya?
    pas antri kaum pengangguran memperoleh jatah ya tetep saja antrinya berdesakan.

    DI sini juga kaau antri di Bank jaraknya jauh2. kecuali klo memang yg antri ratusan mau bayar SPP mahasiswa. 😀

    belum lagi di sana kasus kulit hitam – putih.
    kayaknya dimana2 sama saja sebenanrnya…
    yg membedakan adalah masing2 sikap orangnya dan kebiasaan.
    orang2 di sini kalau dibiasakan untuk antri yg baik sy rasa juga bakal nurut.
    masalahnya, kadangkala ga gitu…
    ada 2 pilihan, jalur patas atau jalur lambat…..

    tak ada lah sebuah bangsa yang paling unggul.
    karena kembalinya kepada hakikat individu.

    *halah

    30 March 2011 at 6:53 PM

  36. jangan tersinguung lho Gan..
    sy tahu maksudnya adalah Ambil yg baik tinggalkan yg buruk 😀

    1 April 2011 at 8:31 PM

    • Hahhaha… saya gak tersinggung kok mas… setiap orang punya opini kan, saya cuma menuliskan apa yang saya alami… 🙂

      4 April 2011 at 8:20 AM

Leave a comment