Frames, Green, Rustle and Sweet Tea

Memory

TLPC : Pameran Foto Perdana

Ini tulisan dadakan!

Hi pembaca setia blog ini, hahaha… maaf ya sudah lama tidak menulis, alasannya akan saya ceritakan nanti di postingan selanjutnya, yang pasti saya menulis kali ini sifatnya dadakan tapi harus, karena ini bentuk apresiasi saya terhadap keberhasilan sesuatu, bentuk rasa bahagia dan juga rasa haru…

Hari ini TLPC (Tanah Laut Photo Club), komunitas fotografi di kabupaten tempat saya tinggal yang sempat saya ceritakan disini dan disini melaksanakan pameran foto perdananya! Bertajuk “Wajah Tanah Laut” mengangkat hal tentang sumber daya alam, wisata dan sosial budaya di kabupaten tersebut. Pameran foto ini tentu tidak hanya menguras tenaga dan pikiran, tetapi cukup menguras biaya dan juga perasaan tentunya. Ada sebuah perjuangan yang tidak mudah di balik kesuksesan acara ini, ada sebuah cerita dan ada sebuah lika-liku panjang sebuah organisasi baru yang mengawali langkahnya dengan bermodal sebuah tekad… “Kita harus tunjukkan bahwa ada TLPC di kabupaten Tanah Laut”

“Langkah pertama ini pasti akan sangat sulit, tetapi setelah ini langkah-langkah selanjutnya pasti akan lebih mudah” begitu saya pernah bilang ke teman-teman, dan untuk itu, kita butuh tangan dan kaki yang 100 kali lebih kuat untuk menjadikan acara ini terwujud. Dalam keterbatasan kekompakan, keterbatasan dana, dan keterbatasan waktu kami seperti para pemimpi kecil sederhana yang tak putus asa. Jatuh bangun dalam kegiatan ini dan masalah-masalah datang silih berganti memecut kami untuk berjuang lebih keras.

Kini semua berbuah manis, kegiatan pameran foto tersebut terbilang sukses.

Sebuah sms meluncur ke HP saya:

“Acara dibuka oleh Bupati dan unsur muspida, Kapolres mau ikut bergabung sebagai Pembina/ Penasihat, Ketua DPRD Tanah Laut akan jadi ketua kita, Bupati dan Wakil Bupati interest sekali sama hasil karya kita dan membeli salah satunya dengan harga fantastis, dan banyak orang yang datang untuk melihat..”

Bergetar hati saya membacanya, mengetahui perjuangan selama ini tidak sia-sia, ada genangan tipis di mata saya, “Selamat teman-teman atas kesuksesan kita”  dalam hati saya.

Hari ini saya hanya diam di kamar saya di Bogor, ribuan kilo dari tempat acara berlangsung. Hari ini saya menuliskan status di FB tentang suasana Bogor hari ini yang panas, kering dan barangin, mengingatkan saya tentang Pelaihari, tempat acara tersebut berlangsung, dan saya benar-benar ingin berada di sana hari ini.

Berbagai ucapan terimakasih, ungkapan syukur dan kebahagiaan datang silih berganti malam ini, seolah sudah cukup membuktikan kepada saya bahwa acara tersebut berjalan sukses meskipun saya tidak melihatnya dengan mata dan kepala sendiri. Hari pertama puasa ini seperti penuh dengan rahmat dan rasa syukur yang teramat, khususnya saya yang sedang jauh dari teman-teman seperjuangan. Hari ini hari pertama puasa ramadhan, hari ini hari ulang tahun anggota kami, Bagus, dan hari ini pula hari pameran perdana kami yang sukses. Tuhan sungguh perencana yang ulung. Alhamdulillah.

Sedikit flashback tentang saya dan TLPC…

Saya adalah “anak baru” di lingkungan Pelaihari, Kab. Tanah Laut, saya dipertemukan oleh anak-anak TLPC melalui sebuah grup di FB sekitar Januari 2011. TLPC berkembang pesat sampai akhirnya terbentuk organisasi dan rencana kegiatan, yaitu pameran pertama ini.

Saya yang seorang pengangguran tentu saja seperti menemukan tempat pelarian untuk mengamalkan kapasitas saya, semampu yang saya bisa. Berbekal sedikit ilmu dari bangku perkuliahan saya ikut aktif dalam persiapan kegiatan, mulai dari nol sampai sekarang, itulah mengapa saya tau persis betapa beratnya perjuangan kami.

Saya tahu bahwa saya tidak akan lama berdiam di tempat ini, maka saya pernah menolak saat ditunjuk untuk menjadi pengurus, saya tidak bisa menjamin sampai kapan saya masih ada di Pelaihari, sedangkan cepat atau lambat waktu perpisahan itu akan tiba, dan saya sadar akan itu.

Teman-teman di TLPC adalah orang-orang yang optimis dan penuh semangat, dan saya percaya itu, saya bisa merasakannya, dan saya memutuskan untuk “bergembira” bersama mereka, karena saya tau, ada potensi di dalamnya, ada cahaya kesuksesan yang belum tampak, maka dari itu saya tidak main-main di dalamnya. Saya bergembira, tetapi tidak main-main dalam bergembira 🙂

Persiapan pameran seperti  menuntut kami untuk lebih kreatif dan kritis mencari objek foto. Kegiatan hunting bersama seperti tidak ada habis-habisnya menghiasi hari-hari saya dua bulan terakhir, belum lagi kegiatan menyebarkan proposal yang kejar-kejaran dengan ketatnya waktu yang tersisa. Awalnya acara ini akan dilaksanakan sebelum bulan puasa, tapi sempat tertunda sampai akhirnya terlaksana hari ini (1 Agustus 2011). Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa, sampai di hari-hari terakhir saya di sana…

Akhirnya kurang lebih satu minggu sebelum tanggal pelaksanaan acara pameran, saya harus meninggalkan Pelaihari, untuk kembali meniti karir saya kembali. Sebuah moment yang saya tunggu tetapi tidak saya inginkan.  Berat, tetapi harus. Ada rasa sedih dan “tanggung” karena harus meninggalkan acara yang hampir selesai ini. Saya terbang ke Jakarta dan stay di Bogor untuk sementara waktu. Maaf teman-teman, saya tidak bisa berpamitan ke setiap orang saat itu.

Sekarang,

Saya tahu ada senyum di setiap wajah teman-teman TLPC, hari ini, sebuah langkah pertama, sebuah langkah besar untuk keberlangsungan organisasi kita telah terlaksana. Doa dan air mata itu terjawab sudah. Harapan dan cita-cita semakin jelas terlihat.

Saya bangga pernah menjadi bagian dari kalian, dan saya jujur berat sekali harus meninggalkan TLPC, karena saya sudah merasa memiliki dan menemukan wadah yang membuat saya “berarti”. Kenangan dan persahabatan yang kita jalin selama ini tentu saja sangat terukir di ingatan saya, saya menghargainya dan tidak menyangkal bahwa semua sangat berarti bagi saya.

Sahabat dan rekan-rekan TLPC,

Saya mungkin akan berada jauh dan sangat jauh dari Pelaihari, tetapi saya tentu akan terus mendukung TLPC. Hehehhe, kan masih ada internet. Mohon jaga dan terus kembangkan komunitas ini menjadi komunitas yang baik, produktif dan berkualitas. Kekompakan, kerja keras, dan rasa memiliki adalah kunci keberhasilan langkah-langkah kita ke depan. Saya turut mendoakan dari sini.

Ah, sudah cukup menjadi sentimental! Mari bergembira atas kesuksesan ini! Saya terharu bahagia malam ini, karena kita berhasil! Well done! Terus semangat!

This slideshow requires JavaScript.

“Saya datang ke TLPC tanpa membawa apa-apa, tetapi saya pergi membawa ribuan kisah dan kenangan, terima kasih TLPC”

Salam Jepret!


Hobiku: Menggambar Anime

Ini bukan postingan tentang cara menggambar anime, tapi kisah masa kecil saya yang suka menggambar anime jepang.

Zaman saya kecil, keberadaan komik masih tidak sebanyak sekarang, bukan berarti keberadaan komik masih sedikit, hanya saja karena rumah masa kecil saya berada di sebuah daerah terpencil dan jauh dari kota besar, sehingga akses masuk komik dan majalah masih bisa terbilang lambat.

Pengetahuan saya tentang anime jepang sepertinya berawal dari anime di TV : Doraemon yang entah sejak kapan sudah ada semenjak masuknya siaran televisi swasta di Indonesia. Berbekal tontonan anime setiap hari minggu pagi, diam-diam saya selalu memperhatikan grafis dari film-film anime itu dan mulai menggambar-menggambar sendiri tokoh-tokoh tersebut semirip mungkin dan sejauh yang saya ingat. Bagi saya itu, seru sekali bisa menggambar tokoh-tokoh anime itu. Jika hari minggu datang, saya mencocokkan hasil gambaran saya dengan yang ada di TV. Sudah samakah?? apa yang kurang??

Anime dan komik semakin gencar membanjiri toko-toko buku. Satu demi satu teman-teman saya yang dari keluarga berkecukupan mulai mengoleksi komik. Saya ingat komik masih seharga Rp. 3000.-. Komik-komik yang banyak beredar juga adalah komik-komik dari serial anime yang ada di TV, seperti Doraemon, Astro Boy, Candy-Candy, Saint Saiya, Dragon Ball, dan lainnya. Lalu saya? Ya saya cuma modal pinjem saja, hahahahaha… Komik tentu saja mempermudah saya untuk meniru grafis pada komik, karena saya tidak perlu lagi menunggu setiap minggu hanya untuk “belajar menggambar”, tinggal pinjam komik teman dan mulai menggambar, bukan menjiplak lho ya :P. Hampir semua jenis gambar komik saya pernah coba, dari yang imut-imut, muka sangar sampai mata belok dan berkaca-kaca. Well, hasilnya tidak mengecewakan, at least lebih baik dari teman-teman seumuran saya, hahahahah…

Kebiasaan saya menggambar tentu saja membuat tangan gatel untuk terus menggoreskan pensil dimana-mana, tidak terkecuali di buku pelajaran. Hampir setiap bagian belakang buku tulis, tidak pernah lolos dari coretan-coretan saya. Saat kelas 2 SD, saya ingat guru saya bernama Bu Siti, beliau muda dan cantik. Siang itu kebosanan memenuhi pikiran saya, saya bukannya mendengarkan beliau menjelaskan pelajaran, eh malah diam-diam menggambar sosok wanita anime yang saya gambar seperti ciri-ciri Bu Siti, hahahaha… Naasnya, Bu Siti, mendekati saya dan mendapati saya sedang asik menggambar!

“Prima, kamu kok malah gambar???” muka Bu Siti agak geram. Satu kelas terdiam. Beliau meraih buku tulis yang saya gambar, dan menanyakan siapa wanita komik itu? Tentu saja saya malu dan berkata “Itu Ibu…” Bu Siti terdiam sebentar, saya bisa liat senyuman kecil di bibirnya dan beliau berkata, “Kalau menggambar lain kali jangan di buku tulis dan jangan di jam pelajaran”. Beliau mengembalikan buku saya. Hari itu saya malu. Maka, setiap kali saya habis menggambar di buku, saya akan merobek lembaran bagian belakang itu dengan penggaris untuk meninggalkan jejak, hahahhaha…

Kelas 4 SD, saya akhirnya bisa beli komik! Komik pertama hasil nabung sendiri: Asari-Chan, komik lucu yang grafisnya bagus sekali. Karakter gambar Asari ini yang sampai sekarang sedikit banyak mempengaruhi karakter gambaran anime-anime lucu yang saya buat, hihihihi…

Makin remaja, saya semakin getol menggambar, kata teman-teman saya gambar saya bagus. Jadi kadangkala mereka sengaja memberikan kertas kosong kepada saya unuk menggambar apa saja, atau tokoh kartun tertentu untuk dipajang di kamar, bahkan di laminating, hahahahaha… Tapi ada kejadian tidak menyenangkan saat saya SMP. Guru PPKn saya terkenal disiplin alias galak. Ya kok dilalah saya lupa merobek kertas belakang buku tugas PPKn saya, dan si Ibu galak itu memanggil saya ke depan kelas. Sudah kebayang kan? Ya, saya dimarahin habis-habisan di depan seluruh anak, sambil memperlihatkan gambaran saya di buku itu. Semua anak tertegun, tapi saya tau mereka tidak pernah ikut menyalahkan saya dan gambaran di buku itu. Mereka cuma takut, sama seperti saya. Si Ibu akhirnya menyuruh saya untuk minta tanda tangan orang tua tepat di gambar itu dan tentu saja tidak lupa mengancam anak-anak lain untuk tidak mencontoh tingkah konyol itu. Ada satu teman saya bilang: “Aku heran kok si Ibu bisa segitu marahnya liat gambaran sebagus ini” Ya sudahlah memang saya saja yang sedang sial… 🙂

Jaman SMP ini saya juga mengenal media warna: pastel (seperti crayon tetapi lebih lembut dan oily), saya sering ikut lomba-lomba gambar dan lumayan ada hasilnya. Tentu saja bukan menggambar anime. Di rumah sekarang banyak hasil gambaran saya dengan pastel berukuran besar, tetapi jika saya melihat sekarang, saya sedikit tersenyum, karena gambaran tersebut masih terlihat “anak-anak”, ya sangat anak-anak…garisnya sederhana, tetapi masih bisa dinikmati..  Si Bungsu pernah bilang ke Mama “Masa sih Ma, mas Prima gambar ini waktu masih SMP??” Hhihihii.. *si Bungsu emang gak bisa gambar kaya saya 😉

SMA saya malah jarang menggambar. Menggambar hanyalah iseng-iseng saja. Kotak Pastel itu tidak pernah lagi saya sentuh. Saya malah sibuk di kegiatan extra dan kegiatan akademis tentunya. Saya libur menggambar di kertas besar. Saya ingat hanya satu gambar yang saya buat semasa SMA, itupun karena pakde saya minta gambaran saya untuk di bingkai. Saya ingat saya bermaksud gambar ayam, tetapi menyerupai burung. Jadi seperti ayam hias! Mahluk apa itu ya? Hahahahah… whatever…

Saat kuliah, malah saya mulai menggambar lagi. Ya tau sendiri kan kuliah itu gak seperti sekolah, kadang waktu luang tiba-tiba banyak, kadang sibuk parah gak kira-kira. Saya masih di asrama TPB-IPB. Teman sekamar saya punya majalah komik yang terbit tiap bulan, berisi banyak gambar anime-anime masa kini yang sangat bagus. Iseng-iseng saya buka kotak pastel yang sudah berdebu. Beli karton putih. Dua hari saya sudah punya poster besar bergambar tokoh Cardcaptor Sakura! *sok cute banget, Wuakakakakah… Saya tempel di atas meja belajar! Mereka bilang bagus 😛

Dari situ saya menggambar poster Conan, Samurai X, dan banyak lagi. Sata saya meninggalkan asrama, saya bagikan saja gambar itu buat teman-teman saya, anggap saja buat kenang-kenangan. Ini adalah poster terakhir yang saya gambar saat kuliah, berukuran karton putih besar dan (semoga) masih disimpan oleh teman saya. Saya sempat motret pake kamera HP. Cuma ini gambar yang saya punya fotonya 😦

Di ambil dari karakter Tsubasa Reservoir Chronicle

*

Sekarang saya tidak lagi menggambar poster. Pastel sudah saya sumbangkan ke panti asuhan sewaktu selesai kuliah di Bogor. Ya, kadang-kadang pengen sekali menggambar poster lagi, mengenang saat-saat saya lagi gila gambar-gambar anime seperti ini, tapi entah kapan…

Jadi intinya apa prim? Ya gak ada, saya cuma mau bilang aja kalo saya dulu suka gambar anime dan bikin-bikin poster macam ini, hihihi… intinya sekedar curhat dan cerita masa kecil saja.. *sok melow* :mrgreen:

Selamat Berharpitnas!


Kisah Sebuah Nama

 

Dapat ide dari dailypost.wordpress bertajuk What is the story behind your given name?

Saya akan sedikit narsis dengan bercerita tentang arti dan cerita di balik nama saya, hehehehehe…

Di suatu siang tanggal 15 Januari tahun 198x :mrgreen: sekitar pukul 2 siang, di Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang lahirlah seorang bayi laki-laki, anak pertama dari pasangan suami istri yang berlatar belakang suku yang berbeda, sang ayah blesteran Batak-Banjar, si Ibu blesteran Jawa, Sunda dan Madura.

Eh tanggal 15 Januari ini bukan murni hari lahir alami, itu tanggal yang bisa dipilih. Saya lahir operasi karena pinggul mama sempit. Jadi dokter bedah yang saat itu sehari-hari berbaju tentara (rumah sakitnya rumah sakit tentara) iseng bilang, “Ibu mau operasi kapan, sekarang?” Mama saya dengan lempeng bilang “OK, siapa takut!” wkakaakakka…

Singkatnya, operasi berjalan lancar dan seorang bayi merah lahir dengan suara tangis kenceng tanpa komando. Kata Mama yang saat itu dibius setengah badan, dia liat saya pertama kaya kodok raksasa, kaki dan tangnnya doang yang besar, wkakakakaka.. udah gitu baru lahir matanya langsung melek! *bikin kaget… wkakakakakakakaka…

Pemberian nama saya terlambat. Mama Papa sepertinya gak kepikiran buat kasih nama apa saat saya lahir. Gara-gara telat itulah urusan kasih nama dan bikin akte kelahiran sampai harus di bawa ke pengadilan segala. Haiyah! Akhirnya biar cepet Mama nyerahin usulan nama ke Mbah Putri aja. Prima Wahyu Kusuma. Jawa banget kan? 😛 Nama itupun diboyong ke pengadilan.

Falsafah terbentuknya nama tersebut (berdasarkan keterangan dari Mbah Putri)

“Prima” artinya pertama, yang pertama, utama. Karena saya anak pertama dari Papa dan Mama, sekaligus cucu pertama buat Mbah Putri. Lain-lain prima sendiri berkonotasi baik, sehat dan kuat. Belakangan saya mulai ngeh kalo Prima itu kebanyakan digunakan untuk nama perempuan. Prima sendiri berdasarkan info di internet berasal dari bahasa Latin berarti “pertama”, asal katanya “Primus”, dalam bahasa Inggris merujuk pada kata “Prime”. Lain lagi dengan Spanish, Prima berarti adalah sepupu perempuan, sedangkan Primo berarti sepupu laki-laki. Itulah kenapa Spanish dan Mexican dulu memanggil saya dengan Primo, hehehehe… *kirain mereka cuma sok-sok improve!

“Wahyu” berarti pemberian, ilham, utusan, berkah. Tetapi alasan utama pemberian nama ini bukan karena arti itu, tetapi karena Wahyu adalah nama dokter anak yang merawat saya pasca operasi, hahahahaah… *iseng aja si Mbah kasih nama. Katanya: biar tetap terkenang.

“Kusuma” adalah bahasa sansakerta berarti kembang, bunga. Sederhana saja, harapannya kelak saya bisa tumbuh menjadi anak yang baik, wangi dan indah namanya seperti bunga dan bermanfaat bagi orang banyak. Jiaaahh..

Nama sudah pas dan OK, semua sudah setuju. Lha kok dilalah sampe di pengadilan, jaksa-nya orang batak! dan dia kaget saat Papa saya punya marga Hutabarat. Marga adalah wajib diturunkan bagi orang batak!

“Bapak, saya bersedia menyetujui akta lahir ini asal nama anak ini diberi nama marga di akhirnya, bagaimana?” kira-kira begitu kata si Jaksa.

“Hutabarat” adalah marga batak Toba, turun dari Raja Hutabarat. Selebihnya saya kurang tahu. Huta berarti Desa, Barat artinya arah barat. Jadi kalo dibuat inggris jadinya: Westvillage. Hahahahaha… *plis deh prim!

Papa saya yang belagak pilon manggut-manggut karena gak ngerti apa-apa. Beliau cuma mikir yang penting urusan pengadilan itu segera beres. Akhirnya pulang-pulang akte kelahiran saya bertuliskan: Prima Wahyu Kusuma Hutabarat. Semua orang rumah cuma manggut-manggut sambil komen: “panjang bener namanya…” Mbah Putri jelas-jelas tiba-tiba kaya ketabrak tembok saat tau nama indah bernuansa jawa pemberiannya itu tiba-tiba ditimpa dengan marga batak! terdengar aneh katanya, Wakakakaka…

Nah gitu aja cerita asal-usul nama saya. Sewaktu SD saya mulai ngerasa marga Hutabarat itu benar-benar terdengar aneh di tengah-tengah masyarkat Jawa, jadi saya seringnya menyembunyikan nama itu, kalau bisa sampai tiba masa-masa ujian nasional, hahahaha… Meskipun tidak semua mengolok-ngolok, tapi emang ada aja yang usil mempergunjingkan nama marga itu, hahahahah… sekarang? Justru saya bangga menyebut nama saya Prima Hutabarat, kaya orang luar negeri gitu, nama depan dan nama keluarga, Jiaaahhh… Mantap!

Imut kan??? :mrgreen: * Biar narsis, yang penting eksis! 😀

Happy Monday!


Ada Apa dengan April?

Welcome May!

Dapet contekan dari Putri Usagi buat nulis tentang apa-apa yang terjadi sebulan kemarin, syukur-syukur bisa jadi evaluasi, pelajaran dan penambah semangat bulan-bulan ke depan. Time to flash back! *ssst..orang pelupa lagi mikir keras*

Awal-awal bulan April sempet dibikin tewas sesaat karena hectic ikutan lomba Kecubung 3 Warna di BlogCamp, maklum kita pada deadliners semua (Saya, Putri dan Irvan) jadinya jatuh bangun buat ngejar batas waktu lomba dan sempet pake acara demam segala pula. Fiuh, tapi akhirnya lumayan juga hasilnya, bisa jadi juara 5! Cihuy! Lumayan bisa nambahin tabungan plus dapat hadiah buku dari Pakde : “Seroja” *ternyata kita bertiga dapat buku yang sama lho, mau barter gak put? gakgakgakgakkk… Thanks Pakdhe!

Hmm.. Awal april ini juga saya resmi bergabung dengan Komunitas Fotografi di Kabupaten Tanah Laut, tempat saya tinggal sekarang, bernama Mata Lensa Tanah Laut, yang belakangan telah mengubah nama menjadi Tanah Laut Photo Club (TLPC), heheheh… maklum organisasi baru, suka masih galau, haiyah! Langsung juga ikutan hunting bareng di pantai Suarangan, dan mulai belajar portrait (pake model), ternyata susah juga.. hehehhe…

Bulan April ini juga TLPC mulai bergerak cepat, kami mulai bergerak untuk legalitas organisasi, pergi ke notaris dan kantor-kantor  pemerintah, bikin baju dan ID-card, ketik Profile organisasi dan proposal. Hmmm… Dari komunitas ini, saya lumayan dapat temen-temen baru, seneng juga berada di komunitas yang bisa belajar, bergaul dan having fun! Saya mendukung sekali keberlangsungan organisasi ini karena saya bisa melihat prospek yang bagus ke depannya. Semangat teman-teman!

Hmm, iya bulan April ini saya juga datang banyak banget paket buku, baik karena lomba ataupun gift dari blogger yang baik hati. Blog saya juga mulai dikunjungi oleh wajah-wajah baru *yang ngerasa baru say cheese! Wakakakakak… penuh warna warni, mulai dari blog ibu-ibu yang masih setia nyeritain tentang anak dan suaminya, blog anak muda galau yang suka nulis cerita panjang-panjang, sampai om-om satu almamater yang punya foto-foto keren! Gak lupa juga beberapa blogger lama yang mulai rajin update tulisan, join Post a Day 2011, join Weekly Photo Challenge *yes berhasil terhasut!, dan blogger pemusik yang lagi demen posting video-video keren+narsis dan para pengamen yang lucu2 ngeluarin album baru! Cool! You guys simply colored my life!

Bulan april ini Weekly Photo Challenge berhasil diikuti semua! Bagi teman-teman wordpress yang suka foto-foto *dengan kamera apapun, plis ikut program ini! Kenapa saya semangat menghasut? Karena program ini meningkatkan kreatifitas, relatif mudah, bisa nambah-nambahin postingan dan cerita tiap minggunya, dan tentunya traffic + persahabatan makin banyak, banyak lho blogger asing yang nyasar ke blog saya gara-gara foto. Hihihihiihih… Oh iya, program ini gak maksa kita bercerita tentang foto dalam bahasa Inggris kok, silahkan pakai bahasa kita aja, ntar kalo mereka pada bingung, itu sih derita bule-bule yang pengen baca, 😛 wkakakakak…

Mulai aktif lagi ikut di siaran radio bahasa Inggris tiap jumat malam di sebuah radio lokal dan sempet terkejut saat panitia sebuah kontes bercerita dalam bahasa inggris meminta saya jadi juri! *pasti ini kecelakaan! Wakakakakak… Pilihan yang baik dan buruk. Baik karena saya bisa sekalian jadi seksi dokumentasi dan buruk karena saya gak siap apa-apa, dari skill dan baju! *Kemeja gak disetrika pun dipake! hmm… bulan April ini target untuk baca novel Inggris belom selesai 🙄 Semoga bisa lebih lancar bulan ini! Yes!

Project bikin header pemenang kedua Lomba Header Impian, Grandis, berhasil dicancel karena ribet sama layout blogspot dan diganti dengan pengiriman benih Torenia yang saya kumpulkan selama sebulan, wkakakakaka… Since he likes gardening so much, I hope that could be a nice replacement and yet a challenge for him to grow Torenia! Chaiyo Grandis! Next one… header buat Bunda Lily, Bund, maafkan anakmu ini yang lelet banget ngerjainnya… I’ll do my best! *ngerayu 😀

Anyway, bulan ini selain dapet job buat foto-foto di nikahan yang sederhana itu, saya juga dapet job buat pemotretan dua ABG yang cantik-cantik, selama dua hari-dua lokasi, hihihihihi… Job ini pun memaksa saya untuk belajar foto portrait lebih baik lagi, meskipun amatir, tapi hasilnya cukup memuaskan mereka lho, bahkan mereka mau lagi for the next project! Cihuy! Sambil menyelam minum air, sambil jalan-jalan dan belajar moto, bisa dapet duit, hihihihihi… Kapan-kapan saya posting deh hasil job ini! 😀

Bulan ini juga dapat kucuran semangat untuk berbisnis dari blogger-blogger yang sudah memulai bisnisnya sendiri. Awalnya mereka hanya kirim email secara personal tentang hal-hal sederhana di postingan saya, tetapi malah berlanjut ke arah diskusi ke masalah bisnis dan masa depan. Nice! Saya salut sama mereka-mereka ini karena mampu berbagi hal-hal yang positif  dan semangat yang begitu membara! Oh iya, dapat juga E-book dari Mas Isro sebagai kado ultah blognya. Tapi belom  download karena internet masih lemot parah! Thanks ya Mas!

Nah, menjelang Ujian Nasional anak-anak SMP selama seminggu saya diminta ngelesin anak tetangga, hehehehe…  Bahasa Inggris dan Matematika oke lha bisa, nah pas IPA justru saya pusing gara2 banyak rumus fisika bertebaran, wkakakkakaak… susah juga ternyata! 😛 Mudah-mudahan lulus ya Dik Elsa. Maaf kalo guru lesnya suka manyun+jidat kerut-kerut agak lama kalo liat soal-soal fisika, hihihihi…

Lain-lain, kegiatan saya masih gitu-gitu aja, berenang rutin 2 kali seminggu, ubek-ubek tanaman di halaman belakang, nyuci baju, ngembat cemilan di dapur sampe nyikat kamar mandi, hehehehe… Oh iya, bulan april ini saya lagi nunggu kabar tentang kerjaan, eh dapat kabar ternyata masih harus menunggu lagi, ya sudah ternyata emang harus sabar… Mudah-mudahan impian saya balik ke Bogor bisa segera terlaksana. Amin. Jealous aja sama temen-temen yang pada doyan bolak-balik kopdar kaya orang ngemil, thus I need to make sure to arrange kopdar schedule properly! *sok iye banget kaya ada yang mau kopdaran aja! GakgakgaKKgakkk… 😀

Well, that’s all for April! So busy, So colorful and yet, So worthy!

Happy Monday!

PS: berhubung internet lagi lemot lebay, acara BW masih dalam suasana merayap dan tertatih! *haiyah!


Nacho & Portable Toilet

Setelah dulu saya pernah cerita tentang toilet flush, kali ini saya cerita tentang portable toilet. Terispirasi dari tulisan Mas Bayu yang tinggal di CA, tentang horornya toilet portable yang dia temui di arena balapan mobil. Saya juga jadi teringat sebuah kisah konyol yang berhubungan dengan toilet portable di tempat kerja.

Jadi, tempat kerja saya dulu adalah sebuah greenhouse besar yang sangat luas, di dekat office dan break-room memang ada banyak toilet permanen yang sangat nyaman, tetapi untuk pekerja yang tempat kerjanya jauh di ujung, tentu saja menimbulkan masalah jika gejala kebelet sudah melanda, mau tidak mau, hasrat melakukan ritual harus segera dituntaskan. Maka dari itulah ada beberapa toilet portable yang berjajar di beberapa titik di dalam greenhouse.

Bentuknya seperti kotak besar , umumnya berwarna biru atau abu-abu. Di tempat kerja saya itu, toilet portable itu punya jadwal untuk dibersihkan, yaitu hari rabu, jadi pada hari kamis, jumat, sabtu, toilet portable masih cukup bersih dan manusiawi, tetapi dari hari senin sampai rabu, toilet itu berubah menjadi horor dan berbau “kematian”, Hahahahah… jelas aja, toilet itu menampung benda-benda berbahaya selama berhari-hari, di dalamnya sebenernya ada larutan berwarna biru yang harumnya seperti karbol, mungkin sebagai penyerap bau. Tetapi tentu saja tidak akan bertahan lama. Jika sudah hari senin, selasa, rabu, saya lebih baik melakukan ritual kecil dan besar dengan mengayuh sepeda saya ke toilet office, daripada harus melakukannya di toilet itu, hiiiiiii…. :mrgreen:

Suatu hari, toilet portable masih cukup bersih, saya yang bekerja di echoes dengan tanaman basket, melihat dari ketinggian, Nacho, bapak-bapak blesteran mexican-jepang, rekan kerja saya di section sebelah sedang mengayuh sepedanya ke arah toilet portable, padahal saya juga sedang berjalan ke sana karena kebelet pipis.

Nacho melihat saya setengah berlari ke arah toilet, dasar dia emang aslinya usil, eh malah mempercepat sepedanya, seperti tidak mau kehilangan kesempatan untuk menggunakan toilet lebih dulu. Dia tahu saya juga sedang terburu-buru.

“No, Nacho, I am first!”

Nacho tersenyum karena berhasil meraih gagang pintu toilet lebih dulu, dan masuk ke dalam. Damn!

“Nacho! Please hurry!” Saya ngomel dari luar.

“I can’t, sorry prima! Hahahahah…” Nacho menjawab dari dalam.

Sebenarnya ada dua toilet portable, bersebelahan satu sama lain, tapi saya tidak biasa menggunakan toilet yang satunya, selain toilet itu bertuliskan LADIES, toilet itu bertanda merah, yang berarti ada orang di dalamnya.

“You can use another!” Nacho berteriak lagi dari dalam.

Saya tidak menjawab, saya kemudian iseng naik ke echoes tepat di atas toilet portbale itu, alih-alih mengecek tanaman sambil menunggu si usil Nacho melakukan ritual.

Lama juga ternyata si Nacho. Dari atas saya bisa melihat seorang Ibu keluar dari toilet sebelahnya, artinya toilet itu kosong, tidak sampai beberapa detik, seorang ibu-ibu tua dari arah barn berganti masuk ke dalam. Biarlah, aku tunggu Nacho keluar saja, saya pikir.

Beberapa detik kemudian Nacho keluar dari toilet dan merapihkan ikat pinggangnya. Kemudian otak usilnya segera bekerja! Tiba-tiba dia mengedor-gedor toilet sebelah dengan keras, menggoyang-goyangnya seperti gempa bumi, kemudian menggedor-gedornya lagi sambil tertawa puas. Saya kaget!

“NACHO! WHAT ARE YOU DOING!!??” saya berteriak dari atas.

Nacho sontak kaget melihat saya.

“WHATTTeee…” Nacho melihat toilet, kemudian melihat saya lagi, dan kemudian sadar dia salah sasaran! Dia pikir saya ada di dalam toilet sebelah!

Nacho tanpa banyak babibu, segera kabur dengan sepedanya. Saya di atas tidak berhenti menahan tawa. Setelah saya buang air kecil, saya iseng bersepeda ke section Nacho dengan wajah sedikit serius…

“Nacho!”

“Prima, what happen just now??” Muka Nacho polos-polos jaim.

“You’re bad Nacho…, you caused an old lady passed out inside the toilet!”

Kami berdua ngakak sejadi-jadinya. Saya bercerita, setelah Nacho kabur, ibu-ibu tua keluar dari toilet sambil celingak celinguk keringatan gara-gara keusilan Nacho, dan bisa dibayangkan bagaimana wajah si Ibu saat tragedi itu terjadi, wakakakakaka… :mrgreen:

Begitulah kejadian lucu tentang toilet portable, kenangan lucu antara saya dan Nacho yang tidak akan pernah terlupa.

So, hati-hati ya kalo mau usil, jangan sampe salah sasaran! 😀

Happy Blogging!

Sumber gambar di sini dan di sini


Seandainya Saya ke Bogor…

Hmmm.. judul di atas rasanya sudah bisa menjelaskan apa yang saya bakal tulis di sini… 😛 Sekali lagi ini hanya seandainya, hanya rencana, hanya angan-angan dan tidak ada indikasi bahwa saya akan segera ke Bogor atau apa, syukur-syukur kejadian, kalau tidak ya sudah… artinya bukan batal, tetapi hanya mundur saja waktunya…

Berprasangka baik saja, apa yang saya tulis di sini adalah doa, dan semoga Tuhan mendengar doa saya… amin.

Sudah hampir 8 bulan semenjak saya meninggalkan Bogor bulan Agustus 2010, tempat saya dulu pernah menimba ilmu, tempat saya dulu hidup di sebuah kecamatan di bagian barat kabupaten bogor, tempat teman-teman saya banyak berkumpul, dan tempat di mana saya merasa ada di rumah, dalam artian saya sudah biasa dengan makanan warung nasinya, sudah biasa dengan macetnya, sudah biasa dengan hujan setiap sore, dan sudah hafal dengan trayek angkotnya 😀

Seandainya saya balik ke Bogor, saya ingin…

1. Jalan-jalan di kampus Darmaga, makan siang di kantin Sapta, duduk menikmati pohon-pohon rindang di sekitar gedung GWW, jalan-jalan di Bara (sebuah jalan sebelah kampus tempat banyak penjual makanan) saat malam tiba *karena kalo siang panas! dan tentu saja wisata kuliner di tempat-tempat favorite saya… 🙂

2. Naik angkot dan Bis Pakuan, wuakakakaka…. bukan berarti saya kangen sama macetnya daerah garmen yang selalu bikin perjalanan 1 jam menjadi 2 jam, tetapi lebih kepada: melintasi jalanan-jalanannya, pemandangannya, dan segala sensasi yang selalu saya rasakan tiap kali naik angkot… termasuk duduk miring di deket pintu ketiup2 angin *haiyah!

3. Bertemu dengan sahabat-sahabat lama, ada yang sedang sibuk dengan S2 nya, ada yang masih sibuk dengan skripsi, ada yang sudah bekerja, ada yang baru saja memulai kuliah S2 nya, ada yang baru pulang dari luar negeri, Hmmm… Yuk reunian lagi! Saya siap jadi tukang fotonya! 😀

4. Jalan-jalan di Bogor, pastinya! hahahaha… dari mulai ke Botani Square, mall-nya IPB yang entah sudah seperti apa sekarang, terus lanjut ke Ekalokasari Plaza, yang kata temen udah jadi keren sekarang, sekeren apa ya??? terus pengen juga ke Kebun Raya, sekedar hunting foto dan nyobain jajanan di sekitar pasar Bogor, hmmm… berhubung saya sering baca kalo di Surya Kencana banyak kuliner khas Bogor. Saya aja belum pernah menjelajahi daerah situ, wkakakak… kalo lewat sih pernah, wkakakka… so, next time, wajib jalan-jalan ke sana!

5. Kopdar sama Trio Cumi, hihihihih… Kalo Irvan mungkin bisa ditemui di sekitar kampus, wkakakka…, nah kalo Putri karena dia di jakarta, jadi ada dua pilihan dia yang mau ke Bogor, atau kita yang ke Jakarta… Well, cuma sekedar berbagi kebahagiaan karena hasil susah payah kita menulis cerbung di kontes Kecubung 3 Warna ternyata membuahkan hasil yang lumayan… Si Putri katanya mau traktir saya es krim di Monas! Hore!  hihiihihhi… Monggo Putri dan Irvan silahkan direncanakan ya, tapi dengan catatan, saya sudah di Bogor, wuakakakaka… *keburu bulukan gak ya mereka???

6. Kopdar Bogor + Jakarta! Nah kalo ini saya sih belum ada rencana secara detail, yang pasti saya mau-mau saja kopdar dengan blogger kenalan saya di sekitar kampus *yang ngerasa ngacung! wkakakkakaa… dan beberapa blogger lain yang berdomisili di Bogor. Jika juga ada waktu dan biaya, karena Bogor gak terlalu jauh dari Jakarta, saya ingin sekali kopdar dengan blogger-blogger di Jakarta.. ya syukur-syukur ada yang mau kopdar sama saya *sok pede… Mulai dari yang sepuh, ibu-ibu, om-om, mbak-mbak, dan ababil-ababil, hayuk aja! Meskipun nomor urut antrian untuk Kopdar dengan Om NH adalah 629! 😯 wuakakakakaaakkk… *aduh, ada calo yang jual nomor lebih awal gak sih?!

7. Bersilahturahmi ke orang-orang yang saya hormati… Mudahan ada rejeki dan bisa mampir ke rumah orang tua sahabat saya di Purwakarta, di Lembang, Bandung dan tentunya Emak-Bapak di Kayumanis, tempat saya pernah tinggal beberapa bulan dengan gratisan… Hayuk Mak, kita berkebun lagi! 😀

Mungkin itu dulu kali ya… entar kalo kebanyakan malah bingung.. hehehehe… Silahkan para pembaca meng-aminkan, Amiinnnn… 😀

Happy Monday!

Today, I simply pray to my Almighty, I follow what You say, either granted or not, I believe the time is coming to me, I just can’t wait to see that and feel again Your blessing is overwhelming…


Pohon “Kitiran”

Masa kecil saya di Kalimantan, memang dekat dengan alam. Komplek Perumahan PG. Pelaihari memang berada di tengah rimba dan kebun tebu. Jadi wajar saja kalau saya dan teman-teman akrab sekali dengan kegiatan outdoor dan petualangan di alam bebas, kalau istilah jawanya: blasak-blasak!

Di belakang komplek saya dulu ada sebuah hutan, khas hutan hujan tropis kalimantan, yang ditumbuhi semak dan pohon besar. Beberapa titik tanah kosong di sekitar perumahan itu sudah mulai digarap oleh warga sebagai kebun, meskipun tidak banyak, dari ketela pohon, ubi jalar, jagung dan lain-lain. Sehingga saya dan teman-teman harus masuk lebih dalam ke hutan untuk bermain, soalnya kalau main di kebun orang bisa dimarahin, suka bikin rusuh dan porak poranda kebun, hahahaha…

Suatu hari saya mungkin masih duduk di kelas 2 atau 3 SD, teman-teman saya mengajak saya berpetualang ke dalam hutan. Iseng-iseng kami ingin mencari biji-bijian berwarna abu-abu kehitaman seperti manik-manik, yang bisa di bikin kalung dan gelang, uniknya biji-bijian itu punya lubang di tengahnya sehingga gampang untung dirangkai dengan benang…entah apa namanya. Ada yang tahu?

Banyak cerita tentang seramnya hutan itu, banyak anak-anak yang lebih besar mengatakan agar kami tidak masuk hutan terlalu jauh, karena bisa tersesat. Meskipun ragu-ragu, dengan dalih mencari sumber biji-biji itu lebih banyak, toh akhirnya saya ikut acara masuk hutan itu dengan berpesan pada diri kami untuk mengingat setiap jalan yang kami lalui agar bisa kembali pulang. Saya lupa, mungkin kami berjumlah sekitar 4-5 anak.

Petualangan itu di mulai setelah pulang sekolah. Diawali dengan melalui kebun-kebun, pisang-pisang, sampai alang-alang, dan aliran sungai kecil yang masih jernih… Tapi sampai sejauh itu, kami belum menemukan tanaman manik-manik itu. Kami mulai kelelahan. Kami memutuskan untuk istirahat di bawah pohon. Beberapa orang mengeluh dan mengajak pulang. Kami mulai makan buah rambusa dan ciplukan yang kami temukan di sepanjang perjalanan. Ada yang tau tanaman ini? 😀

Rambusa (Passiflora foetida) masih satu keluarga dengan markisa, buahnya kecil seukuran duku, rasanya asem-asem manis, katanya sih itu makanan ular, hehehehe…

Sedangkan ciplukan (Physalis angulata), sekarang dikenal sebagai salah satu tanaman herbal yang kaya manfaat dan unsur obat. Rasanya manis jika sudah masak, plus ada rasa khas yang ciplukan yang tidak bisa saya gambarkan dengan kata-kata 😆

Tiba-tiba seorang teman saya mengambil sesuatu dari tanah. Sebuah benda seperti kelereng kecil dan bersayap.

“Woy ini kan… biji pohon…pohon… apa ya namanya? Tau nggak?” tanya dia ke anak-anak yang lain.

Kami menggeleng-geleng tidak tahu.

“Ini biji kitiran!” kata dia asal.

“Kitiran???” kami melihat benda asing itu.

Teman saya kemudian melempar biji bersayap itu ke udara, dan biji itu kembali ke bumi sambil berputar seperti baling baling bambu doraemon. Persis kitiran juga. Kami takjub!

“Wowwww… bagus!”

Teman saya mengajak kami untuk mencari pohon kitiran yang pasti ada di dekat sini. Kami bersemangat untuk menemukan pohon yang kami beri nama pohon “kitiran”. Agak susah juga karena kita harus melihat ke atas dan kebawah, mencari tahu pohon manakah yang pohon kitiran??

****************************************************************************************************************************

 Stop Press!

Hopea odorata

Famili: Dipterocarpaceae
Nama umum: Merawan (nama dagang untuk kayu dari beberapa jenis kayu keras ringan Hopea spp).

Penyebaran dan habitat
Asli Asia Tenggara, menyebar mulai India (Pulau Andaman), Myanmar, Thailand dan Indocina dan ke selatan sampai semenanjung Malaysia utara. Pada kebanyakan sebaran alaminya, jenis ini tumbuh di hutan tropis dataran rendah dengan tanah subur sampai ketinggian 300 m dpl, lokasi tumbuhnya tidak jauh dari sungai. Namun, populasi di India tumbuh di hutan basah selalu hijau pada ketinggian, jauh dari sungai. Pertumbuhan terbaik pada daerah bercurah hujan tahunan lebih 1.200 mm dan suhu rata-rata 25 – 27°C. Dapat tumbuh pada habitat yang beragam serta mudah dibudidayakan.

Pemanfaatan
Kayunya keras, ringan dan kuat, digunakan untuk konstruksi berat dan  ringan,  mebel, vinir  dan  banyak kegunaan lainnya. Kerapatan kayu 0,5 – 0,98g/cm3 pada kadar air 15%. Cocok ditanam pada tanah yang telah terdegradasi, juga banyak ditanam sebagai tanaman hias dan penaung. Kulitnya mengandung tannin tinggi, dapat digunakan untuk penyamak kulit, juga menghasilkan getah bermutu rendah (damar batu).

****************************************************************************************************************************

Akhirnya kami menemukan juga pohon kitiran itu, letaknya agak berjauhan dengan pohon-pohon yang lain, pohonnya tinggi dan lebat. di bawahnya kami banyak menemukan biji kitiran tersebut, mungkin ratusan jumlahnya, saya segera  mengantongi biji kitiran itu dengan kantong plastik yang kami persiapkan dari rumah untuk dibawa pulang.

Beberapa orang terlihat bersenang-senang dengan melempar-lempar biji kitiran itu ke udara, sangat menyenangkan bagi kami yang pertama kali menemukan biji bersayap aneh itu. Seorang anak malah naik ke atas pohon dan melempar banyak sekali biji kitiran yang sengaja diambil dari bawah, hahahaha… Kami girang dan tak henti bersorak.

Sampai pada suatu momen, tiba-tiba angin bertiup kencang beberapa kali, dan ratusan biji kitiran jatuh dari pohonnya. Itu adalah satu keindahan yang pernah saya lihat seumur hidup saya. Kami bersorak! Kami tertawa dan melompat. Biji-biji kitiran berputar, dan terbang jauh di tiup angin siang yang hangat, menyebar, berputar, berakrobat di angkasa, seolah-olah sedang menghibur kami yang kelelahan.

Biji-biji kitiran terbang jauh. Mereka kelak akan tiba pada suatu tempat yang jauh dari induknya, dan menjadi pohon kitiran muda dan akan menghasilkan lebih banyak biji kitiran. Tuhan sungguh Maha Indah…

Kami pulang. Meskipun tidak mendapat biji manik-manik, kami pulang dengan sekantong biji kitiran. Tidak henti-hentinya saya bercerita kepada teman yang lain, bahwa di dalam hutan ada sebuah pohon ajaib yang punya biji yang bisa terbang dan berputar. Itulah pohon kitiran. Saya memberikan biji kitiran ke teman-teman saya yang lain seolah-oleh ingin berbagi kebahagiaan tentang pengalaman indah tersebut.

***

Literatur dan gambar:

http://www.rimbundahan.org/environment/plant_lists/dipterocarpaceae/Hopea-odorata.jpg

http://lekowala.blogspot.com/2005/06/hopea-odorata-in-botanic-gardens_1156.html

http://bpthbalinusra.net/isbseedleaflet/99-merawan-hopea-odorata-roxb.html

http://kumpulanspasi.wordpress.com/2010/09/10/mengendarai-khayalan/

http://wikipedia.org


Hair Attraction!

Dapet inspirasi dari tulisan Mas Arman berjudul Ini Bukan Gosip, yang bercerita tentang tingkah laku aneh, sok pede, dan cuek beybeh orang-orang di tempat umum yang dia alami di US. Tentu saja ini mengundang gelak tawa saya, dan berpikir apa saya juga dulu ada mengalami kejadian aneh? Hmmm… sepertinya jarang, cuma pernah sih sekali, dan itu saya ingat betul, berhubungan dengan rambut!

 

Mungkin hampir semua sudah tau yang namanya service di US sangat mahal, orang-orang lebih baik mencoba melakukannya sendiri dulu, daripada langsung meminta jasa orang. Intinya ya kalo bisa menghemat kenapa harus boros! Termasuk saya. Hhehehe… Jasa potong rambut di US terbilang mahal dibanding di Indonesia, seingat saya potong rambut abal-abal di dekat Walmart-Supermarket besar di sana (atau bagian dari walmart ya?) harga sekali potong “biasa” bisa $15, dan hampir semua student lari ke barber itu kalo mau potong rambut. Alasan simple: paling murah cuy!

 

Nah saya salah satu yang agak-agak gak tega (apa pelit?) ngeluarin duit $15 hanya untuk potongan rambut yang hasilnya biasa banget, wkakakaka… apalagi setelah ngeliat temen saya, si Ceko, dengan lempengnya pulang-pulang dari Salon Chinese dengan rambut stylist ala artis korea bilang kalo rambutnya yang indah itu dipotong dengan harga: $40! OMG, $40!!! saya bisa dapat satu jeans levis tuh! plus makan di Panda Express! LOL

 

Saya dan temen saya Agus abis denger itu, tentu aja langsung eneg dengan kejadian tidak manusiawi itu, langsung balik kanan bubar jalan! *mengurungkan niat untuk nyalon! Eh kok ya, ternyata anak Cina bernama Lee, selama ini suka plontosin rambutnya pake hair trimmer yang kalo di Indo dipake buat botakin orang di abang pangkas rambut, itu lho yang bentuknya kaya ulekan besar terus bergetar hebat! ZZZeeerrrttt,, zrret, zrretettt…Wakakakka… Jadi deh kita untuk pertama kalinya pinjem itu hair trimmer, berharap bisa melakukannya dengan mandiri. 😀

 

Okelah, acara potong-potong rambut dengan trimmer, berjalan sedikit lancar, saya pake ukuran head trimmer paling besar, sehingga hasilnya hanya untuk merapihkan, gak sampai pendek. Sedangkan Agus? berhasil membuat sebuah pitak di samping kepalanya. Wuakakaka… Asli saya shock campur ngakak! *beginilah nasib pemula yang mencoba memotong rambutnya sendiri!

 

 

Hari-hari berlalu, rambut saya sudah mulai tumbuhnya dan meskipun hasilnya agak gak karu-karuan arah dan konturnya, tetapi masih dalam batas wajar, gak sampe lha bikin orang puyeng liatnya. Suatu malam yang dingin di bulan December kayanya, sekitar pukul 11-12 malam, saya tiba-tiba laper, dan mengajak Ceko ke Walmart cari cemilan. Ceko mau dan kita berangkat ke Walmart naik mobil dia, oh iya, Walmart buka 24 jam, heheheh… saya pernah lho jam 7 pagi nungging-nungging cari tas di Walmart, hihihihi… kasirnya masih santai minum kopi! 😛

 

Sampai di Walmart. Ternyata gak sepi-sepi amat. Langsung menuju counter makanan, karena gak ada cemilan menarik selera, saya malah ngambil whole chicken yang entah dipanggang atau di-asap, pokoknya udah mateng gitu, dan juicy banget, rasa garlic, enak dah! Harganya sekitar $6-7 *ngemil apa ngemil ini??? :mrgreen:

 

Saya dan Ceko baris di kasir. Pas kita di depan kasir, lagi bayar ayam, dan belanjaan dadakan lainnya. Tiba-tiba ada seorang mas-mas bule dari kasir sebelah, tiba-tiba ada di belakang saya.

*anggap aja dia ngomong pake English*

Bule: “Permisi, boleh saya ambil foto rambut kamu?”

Saya: “Eh, eh, Dia?” Saya masih ribet ngeluarin barang-barang dari troli, dan menunjuk Ceko yang rambutnya jelas-jelas rambut artis korea jebolan salon!

Bule: “Bukan, bukan, kamu…, ya kamu”

Saya: Pasang muka *jangan becanda deh lu* sambil celingak celinguk, terus garuk-garuk rambut nyambi merapihkan… “Oh sure!!! But…wait, why?”

Bule: “Pacar saya suka style rambut kamu, dan dia mau kasih contoh kalo nanti di salon” Si bule nunjuk seorang cewek rambut blondie yang bediri di kasir sebelah, nyengir kuda dia…

 

Terjadilah adegan pemotretan mendadak pake kamera hape di depan kasir itu, depan, samping kanan, samping kiri, serong, ngelirik, sampe gaya ketiup angin… *boong ding, itu mah lebaaayyyyy…

 

Setelah berterimakasih dan bailk ke posisinya si Bule memperlihatkan hasilnya ke pacarnya sambil ngomong pelan-pelan, kaya orang diskusi, mudahan aja hasilnya memuaskan deh! Kasir depan saya cuma nyengir liat adegan itu, kaya mau ngomong: “Nice hair, inspiring gitu lho!” Muka saya tentu agak-agak merah menahan malu dan bangga, *halah!

 

 

Pas kita dah beres dan keluar dari kasir, tiba-tiba si bule lari-lari kecil ke arah saya lagi.

“Permisi, maaf, boleh ambil sekali lagi, dari arah belakang!”

Haiyah!

 

Lengkaplah sudah keanehan malam itu. Saya dan Ceko balik ke mobil, kami sempet bengong bentar mengingat kejadian aneh bin ajaib itu. Ceko menahan tawa sedari tadi menunggu reaksi saya, dan saya seperti baru sadar kalo saya tadi barusan jadi model rambut dadakan…

 

“Cek? WHAT THE HELL!!”

 

Ceko ngakak koprol seketika.

 

**

 

Ini nih kira-kira potongan rambut yang jadi model itu, padahal mah biasa aja…serius! 😛

Yes, bisa narsis lagi, Gakgakgakkkkk....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Happy Monday! 😀


Hujan – Hujanan

Siapa sih yang belum pernah hujan-hujanan? Hheheheheehee…

Mungkin terdengar aneh dan “gak banget” dilakukan oleh orang dewasa, tetapi bagi anak-anak, main hujan-hujanan, baik sengaja maupun gak sengaja adalah sebuah kesenangan tersendiri.

 

Kejadian tidak sengaja bisa jadi saat perjalanan pulang sekolah, tiba-tiba hujan turun, dan si anak tidak membawa payung, ada yang memang berteduh dulu, tetapi ada saja yang malah berlarian di antara hujan, memaksa pulang meskipun harus basah-basahan. Sambil menyelam minum air, sambil pulang, bisa main hujan 😀

 

Memang untuk jaman sekarang, terutama di perkotaan, kejadian di atas mungkin sudah jarang terjadi. Rata-rata anak-anak tidak mungkin dan tidak diizinkan oleh orang tua untuk  berhujan-hujanan untuk alasan apapun. Kalau memaksa hujan-hujanan, bersiap saja menerima hujan – hujan susulan, seperti hujan omelan atau hujan cubitan! 😆

 

Pada dasarnya saya sendiri juga gak diperbolehkan hujan-hujanan saat pulang sekolah. Si Mamah pasti khawatir buku-buku pada basah atau saya masuk angin gara-gara hujan, cuma si mamah memang typical Ibu yang fun dan gak penakut, hehehehehe… Setiap turun hujan deras saat sore hari, jika saya meminta main hujan-hujanan maka 100% si mamah akan berkata; IYA! 😀 Hore!

 

Entah apa yanga di pikiran si mamah, yang pasti sewaktu kecil saya sudah sering main hujan-hujanan dengan berbagai gaya, dari yang cuma gelungsuran di genangan, main di selokan kecil, selokan besar, mandi di bawah pancuran pembuangan air dari atap, sepedaan keliling komplek, lari-lari di jalanan komplek sampai joget-joget di halaman tetangga yang punya rumput super hijau, wakakakakaka…

 

Jika beruntung saya akan menemukan teman lain satu komplek yang juga lagi main hujan-hujanan (gak tau diizinin ortunya atau gak), yang pasti acara hujan-hujanan makin seru, kita malah cari-cari tempat asik buat main air, seperti lapangan voli di perumahan yang pasirnya putih, that’s the best place to enjoy the rain! Yihhhaaaaa….

 

Kalau sudah begini saya cuma bisa bilang dalam ati : “Sorry ye, gue ujan-ujanan dulu” ke anak-anak yang terperangkap di rumahnya masing-masing, yang hanya memandang saya dari jendela rumahnya karena tentu saja gak diizinin main hujan sama orang taunya. Jangan tanya gimana mukanya: MUPENG banget! 😀

 

Si Mamah? weis jangan salah, dia malah kadang-kadang malah ikutan hujan-hujanan lho… wkakakakakakak… :mrgreen: Tentu saja gak pake lari lari di jalanan, tapi cuma di sekitar halaman rumah, seringnya hujan-hujanan, sambil bersihkan selokan samping rumah pake sapu lidi dari kotoran-kotoran yang nyangkut-nyangkut, atau malah nyikat paving depan rumah atau belakang, alasannya: mumpung ada penyiram alami!

 

Meskipun boleh main hujan-hujanan, si mamah selalu mengingatkan untuk tidak berlama-lama, biasanya paling lama saya main hujan selama 15 menit, setelah itu pasti si mamah akan teriak-teriak manggil saya pulang. Saya sendiri sudah tahu berapa lama saya boleh main hujan, jadi dengan sendirinya saya akan pulang dan langsung mandi. Setelah mandi si mamah bisanya melumuri saya dengan minyak kayu putih dan menghidangkan pisang goreng atau gorengan lain yang masih anget. Saya biasanya duduk depan pintu sambil menikmati sisa-sisa hujan sambil menikmati sajian itu. Rasanya: Luaaaarrrrr biaasssaaaaaa….. 😉

 

Tidak heran jika teman-teman saya menanyakan: Kok kamu boleh main hujan-hujanan sih? Dan pertanyaan itu saya pertanyakan ke si mamah, si mama menjawab: Ya kan, mama juga suka main hujan-hujanan waktu kecil 🙂 Owalah, si mamah dengan kata lain mau bilang: Mamah juga pernah kecil, dan dia juga tahu rasanya main hujan -hujanan, it’s always fun! hahahahhahaa… Thanks Mom! 😀

 

Saya sekarang merasa sangat beruntung, melalui masa kecil yang indah, mempunyai mama yang pengertian, yang bisa main hujan-hujanan kaya di film india itu! *Gubrak

 

 

Nah sahabat sendiri bagaimana? Suka main hujan-hujanan?

 

Happy Blogging!


Kok Nyetrum?

Hehehehehee…

Liburan gini enaknya ngobrolin yang santai-santai 😛

 

Saya mau cerita nih tentang setrum-setruman yang dulu pernah bikin saya kesel. Jadi, saat musim dingin di tempat dulu saya tinggal, Charlotte, NC, saya suka kesetrum sana-sini. Lho kok bisa?

 

picture: aimirmo.blogspot.com

Jadi awalnya memang saat masuk winter, udara semakin dingin dan tentunya kering, dan salju mulai turun, tetapi tidak setiap hari. Sedikit cerita, state ini, North Carolina, lumayan ada di bagian tengah dari peta US, kalau di Florida yang berada di bagian selatan, tidak akan pernah turun salju, tetapi NC lumayan mendapat salju meskipun tidak separah state yang ada di utara seperti New York dan kawan-kawan…

Saya waktu itu baru pindah dari Florida ke NC, dan teman saya bertanya, apa saya sudah pernah kesetrum mobil. Hah? Ya nggak lha.  Saya tanya, kenapa bisa nyetrum? Dia cuma geleng-geleng. Saya berasumsi something wrong dengan perangkat listrik dalam mobil sampai membuat orang kesetrum. Ah bodo amat lha, toh bukan saya yang kesetrum! 😛

 

Mungkin saya kualat sama kata-kata saya sendiri. Waktu itu saya pulang dari belanja mingguan, saat akan menutup pintu mobil, saya cuma mendorong body pintu dan Cttasss! Sh*t! Ada percikan listrik! Saya kaget bukan main! sampai keluar kata-kata kotor itu dan kantong belanjaan saya lepas dari tangan. Saya bengong sebentar. Apa ini yang teman saya maksud dengan kesetrum mobil?

Saya coba dorong pintu mobil pakai kaki, dan segera lari ke menuju rumah. Posisi mobil waktu itu ada di halaman depan, jaraknya sekitar 10-15 meter dari pintu depan. Udara sangat dingin malam itu dan saya setengah berlari menuju pintu dan lagi, Cttasss!! Ohhhh, saya kesetrum lagi oleh gagang pintu! Saya bengong campur kesel. Kok semua pada nyetrum sih!! Sial banget gue hari ini!

Sampai di dalam rumah saya bilang ke teman saya, Yeah, saya akhirnya kesetrum mobil dan gagang pintu berturut-turut. Teman saya tertawa terbahak-bahak, entah karena saya kesetrum atau geli melihat muka saya yang masih shock campur bingung. Hahahahah… dan semenjak itu entah kenapa saya malah sering bolak-balik kesetrum, terutama jika bersentuhan dengan body mobil. Perasaan saya: asli capek!

 

Saya akhirnya curhat plus misah-misuh sama temen yang dari Indonesia perihal setrum-setruman ini.

“Kok gue kesetrum mulu sih?? Kayanya ini pengaruh musim dingin ya?”

“Makanya lu kalo megang gagang pintu mobil jangan kaya disentil, tapi pegang dengan mantap dan yakin, genggam dengan kuat!”

Saya cuma ngangguk-ngangguk dengernya.

 

Besoknya saya menuju mobil, dan dengan penuh keyakinan memegang gagang pintu mobil dengan tangan telanjang. Hup! JRRRReeeeetttTTTTTT…. EMaaaakkkkkk! 😯 Parah! Sodara-sodara setrumannya makin dasyat!!! Bisa mati pelan-pelan nih gue! Wkakakakakakaka….

 

Semenjak itu saya tidak percaya nasihat ini dan itu, saya cukup memasukkan tangan saya ke dalam baju kemudian baru memegang mobil, dan seringkali menutup pintu dengan dorongan kaki, at least saya gak perlu bertanya-tanya, kali ini saya akan kesetrum atau tidak! :mrgreen:

 

Saya pun cari info tentang fenomena ini di internet, dan ternyata memang fenomena ini sering terjadi di saat winter, yang disebabkan oleh tubuh kita yang mengalami fenomena “static charging”. Tubuh kita seperti berinteraksi dengan listrik statis yang berada di udara dingin dan kering yang merupakan kondisi udara yang terbaik sebagai konduktor. Jadi saat kita menyentuh konduktor logam yang sudah berinteraksi dengan udara luar akan menyebabkan lecutan listrik. Ya kira-kira begitu, jika ada sahabat yang lebih mengerti mohon kiranya dijelaskan lagi fenomena fisika ini. 😀

 

 

Saya jujur baru pertama kali mengalami fenomena menyebalkan ini. Entah kenapa hal itu seringnya terjadi pada saya, sedangkan tidak terlalu sering terjadi pada student yang lain. Atau mereka sudah terbiasa ya? It’s really annoying!

 

Lebih konyol lagi di suatu ketika di tempat kerja, dua teman saya Ingrid dan Dany justru bermain-main dengan fenomena ini dengan menyentuhkan kelingking mereka hingga menyebabkan lecutan listrik seperti api! dan mereka malah tertawa-tawa setelahnya.

 

“Hey, Prima, come here, let’s try! It’s really fun!”

Saya cuma geleng-geleng serem melihat tingkah mereka! >,< * tobat deh gue…


Surat kepada Teman…

Hanya sebuah surat biasa berisi harapan dan doa…

 

Pelaihari, 9 Februari 2011

Teruntuk teman-temanku dari SD Tuntung Pandang di seluruh Indonesia,

Teman-teman,

reunian pertama

Semalam, sekali lagi aku bertemu dengan teman masa kecil kita. Donny. Bersama dengan Yeni, teman kecil kita juga, kami bertiga makan malam di sebuah restauran sederhana. Jangan ditanya bahagianya aku saat itu dan apa saja yang kami bicarakan saat itu. Meskipun hanya beberapa jam, tetapi rasanya sudah mengobati rasa kangen aku, sekaliguas membangkitkan perasaan sentimental aku. Sensasinya luar biasa… sayangnya  aku lupa mengambil gambar, jadi gak bisa pamer deh… 😀

Sebelum ini aku juga bertemu dengan beberapa dari teman masa kecil kita. Nana, Astri, Shinta, dan Risa. Mereka sebagian sudah berkeluarga dan memiliki momongan. Lagi-lagi sensasinya luar biasa. Masih banyak teman-teman lain yang aku temukan, tetangga, dan adik kelas, yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

Jika cerita dari awal, kita ingat kita adalah anak-anak dari SD Tuntung Pandang, SD yang sudah tidak ada lagi. SD itu ditutup bersama ditutupnya PG Pelaihari, Kal-Sel sekitar tahun 2000-2002. Kita bisa membayangkan, kita dulu tinggal ditempat yang terisolisir dari daerah perkotaan, jauh di tengah hutan dan kebun tebu. Kota kecil bernama perumahan PG Pelaihari itu seperti menjadi rumah masa kecil kita. Sebagian besar dari kita menghabiskan masa TK dan SD di sekolah yang sama, di perumahan yang sama yang jaraknya tidak berjauhan. Meskipun begitu rasanya itulah yang membuat kita lebih dekat satu sama lain.

Waktu bergulir. Satu demi satu dari kita pergi untuk berbagai alasan. Ada yang ikut orang tua pindah ke Jawa, ada yang pindah ke kota lain, ada yang tinggal di sekitar kota Pelaihari, tetapi yang pasti, tidak ada lagi yang tinggal di dalam perumahan itu. Semua sudah tersebar ke penjuru pulau-pulau di negeri ini. Aku sendiri meninggalkan tempat ini setelah SD. Aku mengambil sekolah menengah di Banjarmasin, 50 km dari Pelaihari, kemudian, pindah lagi ke Bondowoso, Jawa Timur, dan kuliah di Bogor. Setelah 13 tahun rasanya, secara resmi, akhirnya aku kembali lagi ke tempat masa kecil kita, Pelaihari.

Terkadang, hikmah selalu kita sadari di akhir, inilah hikmah aku sebagai pengangguran. Aku sekarang mau tidak mau tinggal bersama orang tua di rumah kami yang baru, bukan perumahan seperti dulu, rumah biasa yang sudah terpisah-pisah dengan rumah teman-teman semua. Dari situlah, Tuhan memberikan aku bingkisan manis di antara kesedihan, ya, Tuhan memberikan aku sedikit waktu untuk kembali bertemu dengan masa lalu kita, tempat-tempat penuh kenangan itu dan teman-teman yang pernah mewarnai masa kecil kita. Sungguh aku bersyukur dan terharu.

Menemukan teman-teman dari  masa kecil itu memiliki caranya masing-masing. Bertemu di FB, info dari teman lain, sms, telepon, bertemu langsung dan lain sebagainya. Tuhan mengatur kebetulan-kebetulan ini dengan sangat apik. Jika saja aku tidak pulang ke tempat ini, mungkin aku tidak punya kesempatan lagi berada di sini dan bertemu dengan mereka. Siapa yang tau kan ?

Setiap dari kita memiliki kenangan yang sama, yang kita simpan masing-masing dalam ingatan. Pahit dan manisnya akan sama menjadi kenangan yang indah dan patut dikenang. Ingat kah kita bunyi lonceng sekolah? Jalanan aspal yang berbatu dan berdebu itu? Rumput dan pepohonan yang kita lewati setiap pagi? Peluit permainan kasti setiap kita berolah raga? Sepatu – sepatu yang berderap saat kita senam setiap pagi? Matahari yang panas saat kita pulang sekolah? Penjual es dan pentol yang setia menunggu di luar pagar? Kantin sekolah yang selalu penuh sesak saat istirahat? Keusilan teman-teman kita? Hukuman-hukuman dari guru yang membuat kita kesal? Acara masak-masak di depan kelas? Persiapan ujian? Hingga akhirnya kita kini sudah bukan anak-anak lagi, dan tempat itu sudah tidak ada lagi… semua hanya ada di ingatan kita masing-masing…

Menemukan kalian satu demi satu seperti sedang membuka gudang tua bernama ingatan, membuka kotak-kotak berdebu itu. Isinya penuh kenangan-kenangan yang tertulis rapi meskipun beberapa sudah mulau usang. Satu demi satu, ku buka dan semua masih sama. Tidak berubah termakan waktu. Tuhan masih menjaga kotak-kotak tua itu, menjaga ingatanku tentang kalian, menjaga rasa sayang yang pernah ada di antara kita. Sungguh aku tidak pernah sedikitpun menyesalinya.

Kita mungkin hanya segelintir manusia biasa, yang punya kenangan biasa yang tidak seindah film-film, tetapi Tuhan begitu sayangnya, membekali kita dengan kapasitas ingatan yang luas dan dalam, menyimpan semua dengan sangat rapi di dalamnya. Tidakkah kalian ingin sesekali membukanya, membersihkan debu-debunya, mengenangnya, dan memastikannya baik-baik saja? Ya, itulah aku dan aku bahagia bisa melakukannya.

Foto dan video mungkin bisa menyimpan banyak kenangan, tetapi ingatan kita menyimpan kenangan jauh lebih banyak dan sulit terhapus…

Teman-teman,

Aku tahu masing-masing dari kita kini sudah banyak berubah, masing-masing dari kita memilih jalannya masing-masing. Kini memang tidak sama dengan dulu. Bahkan ratusan bunga tidak akan sama meskipun lahir dari pohon yang sama, dan aku satu diantara bunga itu yang sedang mencarimu, yang merindukanmu, yang ingin melihat senyum-senyum itu lagi. Apakah kalian juga sepertiku yang mencari jejak-jejak masa kecil kita yang sudah semakin hilang?

Jutaan tunas bunga bermunculan di musim semi, beberapa tumbuh dan mekar, dan beberapa gugur ke tanah. Mereka mempunyai jalannya masing-masing, tetapi mereka tidak pernah melupakan beratnya musim dingin yang pernah mereka lalui bersama.

Teman-teman,

Sungguh senang menemukan kalian lagi satu demi satu. Semoga suatu hari kelak, kita bisa bertemu dan mengadakan temu kangen, meskipun mungkin wajah kita tidak lagi semuda dulu. Tetaplah menjaga serpihan-serpihan yang hampir hilang itu. Aku di sini sedang mencarimu juga. Semoga Tuhan mendengar doa kita untuk dapat bertemu lagi suatu hari nanti.

 

Salam kangen selalu,

Dari teman masa kecilmu,

 

Prima

PS: aku lampirkan beberapa potret yang mungkin bisa menyegarkan ingatan kita… tidak perlu aku tulis foto-foto apa ini, kita semua sudah tau…




 

Aku pernah menuliskan dan melampirkan banyak foto tentang tempat ini dalam postingan:

Tentang sekolah kita…

Tentang Pantai Takisung…

Tentang Dam Ranggang…

Tentang air terjun bajuin..

Dan lain-lain, kalian bisa menemukannya dalam kategori “Kalimantan” di bar kanan blog ini…

Terimakasih teman… 🙂


Saat-Saat Aku Membenci Mama

Tulisan yang terisnpirasi dari buku: For One More Day, by Micth Albom. Didasari dari kisah nyata semasa saya kecil yang disajikan secara fiksi. Untuk semua Ibu, please enjoy… semoga! 😀

 

 

Aku segera mengancingkan seragam putih yang masih bisa kucium wangi sabunnya. Kemudian disusul celana pendek warna merah dan dasi kusam bertali karet. Hari itu hari senin, hari saat upacara bendera dilaksanakan, 30 menit lebih awal dari hari biasa, dan aku melakukan kesalahan besar pagi itu. Bangun terlambat.

 

Rambutku masih basah kuyup. Ku raih tas ransel warna merahku, topi yang tergantung dan kaos kaki dari dalam lemari yang digulung menyerupai bola. Aku sekilas melihat mama hilir mudik di dapur. Ini tidak akan sempat! Aku sempat melihat wajah mama yang ikut panik mendengar derap langkahku di dalam rumah. Aku segera menyeret sepatu yang sudah kucuci hari minggu kemarin dari rak dekat pintu belakang.

 

“Sarapan dulu…” Mama mencoba tenang.

“Ma, aku terlambat” Aku melotot  sempat tidak percaya kalau dia masih sempat memintaku untuk sarapan, seperti biasa.

“Nggak ! Kamu harus sarapan”

“Nggak!”

Bagaimana mungkin aku bisa sarapan, sedangkan aku mungkin tidak akan sempat mencapai sekolah tepat waktu.

“OK, Mama yang suapin”

 

 

Pagi itu mataku hampir berair karena aku tahu aku saat itu benar-benar terlambat. Mama masih menyuapiku, tepatnya memaksaku untuk mengunyah isi piring sarapanku. Mulutku masih meraung-raung sambil mengenakan kaos kaki dan sepatu.

 

“Nggak telat kok, bilang ke gurumu, mama yang suruh sarapan dulu”

Mama membela diri dengan sesuatu yang sudah pasti tidak mungkin aku lakukan. Aku geram. Bahkan pagi inipun aku terlambat bangun karena mama terlambat membangunkanku. Pagi itu seorang anak kelas 4 SD melewatkan menit-menit keterlambatannya dengan mengunyah sarapannya di teras depan rumah.

 

“Sudah!” aku segera meraih sepeda dan melarikannya secepat kilat menuju sekolah. Aku bahkan tidak peduli dengan sosok wanita yang masih memegangi piring yang masih tersisa setengah, berdiri melambaikan tangan.

 

Seperti yang aku takutkan. Pagi itu aku berada di barisan istimewa. Yaitu barisan anak-anak yang terlambat. Berdiri di dekat pagar sekolah. Ada sekitar 7 anak, dan aku salah satunya. Sampai upacara selesai, kami masih berdiri di tempat itu. Sebelum upacara dibubarkan, seorang guru entah bagaimana tiba-tiba meraih mic dan berucap bahwa kami adalah salah satu contoh anak tidak disiplin yang mendapat hukuman jika terlambat upacara. Semua anak berbalik badan. Ratusan mata melihat kami, melihat wajahku. Anak-anak mulai membubarkan diri dan mengambil sampah di sekeliling sekolah sebagai suatu rutinitas pagi. Beberapa orang yang mengenalku memandangku dan kemudian mulai berbisik-bisik. Aku cuma terdiam dan menunduk. Aku ingin sekali menaangis, tapi aku tidak mungkin menangis.

 

Lima belas menit setelah itu, seorang guru mulai menanyakan alasan keterlambatan kami masing-masing. Aku menjawab dengan jawaban klasik, aku bangun kesiangan. Aku tidak mungkin berkata ini semua karena masalah sarapan. Kami  dihukum membersihkan teras di depan ruang kepala sekolah selama 15 menit, tetapi itu terasa seperti satu jam. Semua kelas bahkan bisa melihat kami sedang menyapu di sana. Ini memalukan.

 

Aku memasuki kelasku dengan wajah paling buruk sedunia, bajuku kusut karena mama tidak sempat menyetrikanya pagi itu. Keringat membasahi sebagian lengan dan dahiku. Aku benar-benar terlihat menyedihkan pagi itu, dan seluruh isi kelas seperti sedang mengasihaniku sekaligus menertawakanku.

 

Entah aku lupa karena apa, sekolah hari itu berakhir lebih awal. Kami dipulangkan sekitar pukul 10. Aku kembali ke rumah dengan peluh yang masih belum kering. Aku sengaja mempercepat laju sepedaku, dan berusaha secepat mungkin pergi dari tempat paling tidak nyaman bernama sekolah.

 

“Prim, pulang pagi? Gimana tadi di sekolah? Gak terlambat kan?”

Mama tanpa bersalah membanjiriku dengan pertanyaan sepele yang malas aku jawab. Aku memandangnya sebentar di dapur, wanita itu sedang menggoreng perkedel jagung dengan peluh di dahinya. Aku bisa lihat wajahnya yang kelelahan. Aku cuma diam seribu bahasa. Mama tahu arti pandanganku. Pandangan yang dia kenal semenjak aku kecil. Dan aku berusaha memalingkan muka, meletakkan sepatuku di rak.

 

“Prim…prima…”

 

Aku segera berlari ke kamarku dan berharap mama tidak mengikutiku. Sempat kudengar suara tangis adikku yang berumur belum genap setahun dari kamar yang lain. Ku tutup pintu kamar dan kuhempaskan tubuh di ranjangku yang kecil.

 

Ada yang terbakar di dalam rongga dadaku, sesak dan seolah memaksa air mataku untuk keluar. Aku tidak peduli mengapa mama memanggilku tadi. Sarapan tadi pagi adalah kesalahan terbesar hari ini. Mama tidak pernah sekalipun mengerti aku. Mama tidak pernah tahu sakitnya aku. Aku benci mama saat itu, dan dia tahu itu.

***


Award: You’re My 1st Friend

Sahabat,

Di awal tahun ini, setelah kurang lebih 4 bulan ngeblog,  saya ingin berbagi suatu award kepada teman saya… Ini adalah award kedua saya setelah award pertama saya untuk Mbak Iyha a.k a. adverthiya.blogdetik.com beberapa bulan yang lalu…

Ini dia awardnya!

 

Award bertajuk : You’re My First Friend ini adalah sebuah apresiasi kepada sahabat saya yang menjadi sahabat dunia maya yang pertama bagi saya, dan tentu saja sampai sekarang masih menjadi sahabat yang suka mampir di blog saya. Anyway, ini asli buatan saya sendiri lho 😀

 

Award ini saya persembahkan untuk:

 

1. Hendro a.k.a Kamayhttp://kanvasmaya.wordpress.com

Sahabat saya ini aslinya memang teman saya sewaktu duduk di bangku SMA, saya memberikan award ini karena dia lha yang membuat saya memutuskan untuk membangun blog ini. Awalnya dia cerita kalau dia sedang asyik berblogging ria, dan menurut dia blog itu banyak manfaatnya. Saya pun berkunjung ke blognya. Maka munculah ide untuk membuat blog ini, yang awalnya hanya berisi photo-photo hasil jepretan saya.

Makasih ya hendro, you are the inspirator! My first friend as well…

 

 

2. Hani a.k.a. Pendar Bintang, http://pendarbintang.wordpress.com/

Sahabat yang satu ini saya temukan di salah satu list blogroll dari blog kanvas maya, namanya menarik buat saya! Eh ternyata dihuni oleh seorang gadis cantik pula benama Hani yang asli malang *sama kaya tempat lahir saya* Hani banyak memberikan komentar hampir di setiap post saya semenjak saya mempunyai blog, dia orang lain selain Kamay yang mengetahui perjalanan blog saya mulai dari blog ini masih isinya cuma gambar dan miskin komentar :mrgreen:

Terima kasih banyak untuk Hani yang masih menjadi sahabat saya sampai sekarang. Yes, you’re my first friend as well…

 

*Buat Kamay dan Hani, saya nitip award ini disampaikan kepada sahabat kalian, sahabat-sahabat yang menjadi sahabat pertama kalian di dunia blog! saya yakin mereka berhak mendapatkan penghargaan.

 

 

Sahabat,

Teman-teman pertama kita di dunia maya adalah seorang teman yang memandang kita apa adanya, mengunjungi kita dengan rendah hati dan senyuman, meninggalkan komentar, pendapat dan nasihat di awal-awal kita membangun rumah kita, yang masih sangat sederhana dan apa adanya.

Kebersamaan sampai detik ini yang terjalin bersama dan kenangan-kenangan manis pahit saat kita memulai blog kita masing-masing patut diingat dan dihargai dengan sebuah award.

 

Jika sahabat ingin teman-teman pertama kita tahu betapa berharganya mereka bagi kita, silahkan bagikan award saya kali ini untuk mereka.

Saya berikan kebebasan untuk mencopy-nya dan berikan award ini kepada mereka! *gak perlu ngelink juga gak papa! 😀

 

Semoga award ini bisa memberikan manfaat untuk persahabatan kita

dan menjadi kado indah di awal tahun.

 

Happy Blogging!

 



Oven

Cerita berikut diambil dari pengalaman saya saat di US, kali ini saya bercerita tentang oven…

Masak adalah kegiatan wajib bagi hampir semua orang yang tinggal di US khususnya, di luar negeri pada umumnya. Jasa pembantu yang super mahal dan harga makanan resto (gak ada warung tegal lho ya) harganya bisa bikin megap-megap kalau harus beli tiap hari. Jadi mau gak mau, bisa gak bisa, tetep harus masak, apapun hasilnya! Yang penting makan!

Gue pernah baca tulisan orang indonesia di internet kalau di luar negeri “telunjuk sakti itu tidak sakti lagi” ini sebenarnya merujuk ke kebiasaan orang indonesia yang punya pembantu, apa-apa tinggal tunjuk, mau makan yang berbeda, tinggal melenggang ke warnas atau warteg, pokoknya ada duit mah, semua tinggal tunjuk, sakti bukan? Sayang, telunjuk itu dah gak akan sesakti itu lagi saat kita ada di luar negeri. Pembantumu adalah dirimu sendiri, wkakakakaaka…

 

Well, cerita sedikit, kegiatan masak gue akan di mulai sekitar pukul 6 sore. Abis pulang kerja pukul 4 biasanya gue masuk kamar, nyalain laptop, cek email, FB, ngakak-ngikik kesana kemari terus ganti celana pendek dan kaos oblong. Pergi ke dapur dan membuka kulkas. Belum kok, gue belum mau masak… gue cuma ambil box ice cream, sekantong pecan, dan sendok. Nongkrong lha gue dengan nyaman di beranda belakang, menikmati sore selepas kerja, meluruskan kaki, ditemani semilir angin dan harum rerumputan, sambil makan es krim dan pecan… What a life! Hahhahaha…

Kadang kalau stok ice cream dah ludes, gue akan ambil pisang dan yogurt, kalau gak da juga, gue akan ambil bayam, kacang mete dan mayo, kalo gak ada juga gue ngelirik es buah kalengan … pokoknya sore itu harus menyempatkan waktu duduk manis sambil makan yang enak-enak, hahahahah….

Nah, setelah puas menikmati surga dunia, gue akan menuju ke dunia nyata yang kejam, yaitu dapur! Seperti biasa gue akan cek ricek isi kulkas, cek sayur, cek lauk, ambil, tutup. Lalu cek cabinet, liat bumbu dan makanan kaleng… hmmmmm… baru deh masak!

 

Nah, karena di sana kegiatan masak adalah “kewajiban”, maka fasilitas masak juga sangat memadai. Di Amerika rata-rata dapur menggunakan kompor dan oven listrik dan tentu saja benda multiguna dan sahabat setia kita semua, microwave! Hore! “Microwave, menyelesaikan masalah, tanpa masalah…” :mrgreen: Kotak ajaib ini bisa masak apa aja dari masak nasi, ngangetin makanan, defrost daging beku, mekarin kerupuk, sampe ngeringin kaos kaki, heheee…yang terakhir gak kok, pokoknya dengan alat ajaib itu, hidup gue serasa lebih mudah… *maklum katro!

Microwave ini sebenarnya masih jenis oven, tetapi menggunakan gelombang micro panas, cmiiw. Alat inilah yang menyelamatkan gue dari kelaperan saat belom punya rice cooker. Denger dari Ceko, temen indo, masak nasi bisa pake microwave. Yup, akhirnya dengan pengalaman jatuh bangun, akhirnya gue bisa masak nasi *terharu banget pas pertama masak nasi. Biasanya nasi masukin ke mangkok besar atau tapperware, jumlah air seperti biasa, 1,5x sampai 2x volume nasi, terus gunakan panas paling gede dengan waktu 15 menit. Setelah 15 menit, nasi di aduk-aduk, kemudian masukan lagi, gunakan panas sedang atau rendah selama 5-10 menit. Tada, nasinya jadi deh !

Tapi semenjak punya rice cooker gue bisa masak tanpa gagal *ya iya lha, dan hasilnya gue masukin ke tapperware, terus simpen di kulkas…biasanya bisa buat 4-5 hari. Kalau mau makan, tinggal ambil nasi dinginnya, terus masukin ke microwave, anget deh… nice!

 

Bicara tentang microwave, gak semua benda bisa ikut diangetin. Menurut pengalaman gue liat filem kartun, telor akan meledak jika dimasukkan ke benda ini. Kemudian suatu hari gue punya telor rebus di kulkas, dengan pedenya gue masukin dah tuh telor ke microwave, gue pikir, toh bukan telor mentah. Ternyata sodara-sodara, telur itu meledak ! Wakakakkakak… Gue yang asik nyiapin sayur terkaget-kaget dan segera mematikan microwavenya. Pas gue buka, tuh telor ancur lebur, dan pecahannya sudah lengket di semua penjuru bagian dalam…yang tersisa di piring hanya bagian putih telor segede jempol, haduh….

 

Kejadian lucu lagi terjadi waktu gue dan Agus pertama kali pake oven. Dilandasi dari rasa bosen yang berkepanjangan dengan ayam goreng, akhirnya gue dengan berani menggunakan oven, buat manggang ayam. Maklum katro, gue bingung ngeliat alumunium foil…buat apa yah? Berhubung belum punya nampan buat manggang, ya udah buat alasnya ayam. Trus pencet-pencet bentar, dan oven pun nyala, gue melototin ayam dari kaca luar sambil berkata dalam hati : “ayam, kamu baik-baik ya di sana, jangan nakal…”.

Saran Agus ayam dipanggang dengan temperatur 350o, tapi karena ga sabar gue buat 400. Waktunya gue lamain dari 30 menit, jadi 40 menit. Menit-menit terakhir gue liat tuh ayam dah ngeluarin minyak dari lemak-lemaknya. Trus gue buka dan gue balik, ternyata ga rata masaknya! Gue pun masukin lagi dan menambah derajat panas menjadi 450. Entah kenapa, seketika minyak jatuh di atas besi pemanasnya dan ngeluarin api gede banget, Wak!

Agus dan gue berteriak bareng! WUAAAAAAAAAAAAAAA, api, api, api!!!!! Dalam hati gue, mampus, tamatlah riwayat karir gue disini kalo rumah ini kebakaran. Gue matikan oven, buka ovennya, gue tiup-tiup apinya, pufff…phuffff…..gak ngaruh! ya iya lha. Akhirnya teringat cara memadamkan kompor yang menggila, dengan lap basah!, gue ambil lap dan gue pukul-pukulin ke oven sambil komat kamit baca doa sebelum makan (yang inget cuma itu…), YES! Berhasil, oven sudah padam… semua kembali tenang dan hatipun senang 😀

Ayamnya? Yes, meskipun terjadi tragedi oven terbakar… ayamnya berhasil selamat…untuk lebih menyakinkan ayamnya dah masak dalemnya, gue masukin ke microwave, dan gue kasih kecap+saos…hmmmmm yummy… not bad.

 

Semenjak itu gue sering tanya-tanya ke native, cara-cara pake oven, fungsi alumunium foil, derajat panas, dan bedanya bake (panas bawah) dan broil (panas atas). Lumayan meskipun gak expert banget, gue bisa menggunakan oven dengan bijak dan berdaya guna 😀 Memasak dengan oven itu ternyata menyenangkan sodara-sodara!

Kita tentu menghemat minyak, dan makanan jadi lebih sehat. Banyak sekali makanan di Amerika yang dimasak dengan cara dioven. Dari ayam, daging, pizza, buffallo wings, makanan siap saji dalam kotak juga banyak yang disiapkan dengan dioven atau microwave. Makanan yang gue oven biasanya bisa gue simpen di kulkas, ketika akan dimakan, lagi-lagi, gue pakai microwave buat ngangetin, hehehehe…benar-benar dua oven yang sangat berguna… Mereka banyak menghiasi kegiatan masak gue selama gue tinggal di sana.

 

Salah satu sudut dapur rumah di FL

 

Dapur rumah di NC, karena ini rumah asrama, maka penghuninya banyak, dan microwave-nya ada 3! 😀

 

PS: Perhatikan bahan plastik atau container yang digunakan sebagai wadah makanan saat dimasukkan ke microwave, apakah microwave-able? biasanya ada tandanya di bagian bawah. Stearofoam dan aluminimum foil gak boleh masuk, kalo tissu masih boleh…


Trie

Puluhan tahun silam, hiduplah gadis kecil bernama Trie. Trie adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya seorang perempuan bernama Eka, kakak keduanya seorang laki-laki bernama Dwi. Ibu mereka adalah seorang pedagang, sedangkan ayahnya adalah pegawai di suatu pabrik nasional. Kehidupan mereka cukup sederhana. Mereka tinggal di rumah sederhana tempat para karyawan pabrik tinggal.

 

Trie adalah gadis manis yang murah hati dan penurut. Sebenarnya dia rajin dan cekatan dalam bekerja, hanya saja pembawaannya sebagai anak bungsu membuat dominasi Eka, kakaknya, dalam mengurus kegiatan rumah tangga, sedangkan Dwi seperti anak laki-laki lain, senang bermain di luar. Maka Trie lebih senang manghabiskan waktunya di luar bermain dengan teman-temannya.

 

Eka tipikal kakak yang galak dan pemarah. Dia senang membentak dan egois. Dia kadang berbuat tidak adil kepada Trie. Sedangkan ibu mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan. Malah cenderung tidak memperhatikan perkembangan Trie,  semua prihatian lebih tertuju kepada kakak tertua, Eka dan Dwi sebagai kakak laki-laki.

 

Jika malam tiba Trie harus berbagi kasur dengan Eka. Eka selalu tidur awal, dan memberi batas kasur dengan guling. Tentu saja bagian Trie sangat sempit, kadang Trie secara tidak sadar masuk ke wilayah tidur Eka. Itu membuat Eka geram dan menendang Trie hingga jatuh di kasur. Dari situlah Trie belajar untuk tidur dengan tenang dan tak banyak bergerak.

 

Satu kali, Trie lapar sepulang bermain dari luar, dia melihat Eka sedang mengulek sambal untuk nasi goreng. Trie mengatakan bahwa dia senang jika Eka mau berbagi dengannya, seraya ikut membereskan isi dapur. Tetapi Eka malah emosi dan menjadi galak, dia bilang Trie hanya mau enaknya saja, pulang jika hanya lapar. Tiba-tiba sambal nasi goreng itu dilumurkan ke muka Trie. Sontak Trie kaget dan menangis. Dwi datang menghibur Trie yang sedang kepedihan. Dari situlah Trie menjadi suka menahan keinginan, dan takut akan meminta. Dia akhirnya senang belajar untuk melakukannya sendiri, tanpa harus banyak bicara.

 

Trie anak yang suka menggambar. Ibunya pernah memarahinya karena pensilnya sering habis atau hilang. Cap sebagai anak boros dan ceroboh sempat melekat padanya. Selama ini Trie diam-diam menggambar pada satu kertas, kemudian menghapusnya, menggambar, menghapusnya lagi, niatnya hanya satu yaitu menghemat kertas, tetapi sayang dia tidak bisa menghemat pensilnya.

 

Ibunya mengancam tidak akan membelikannya pensil jika habis atau hilang. Sejak itu Trie hanya punya dua pensil, satu pensil tulis dan satu pensil warna merah yang dibelikan ayahnya. Satu hari, Trie kehilangan satu pensil tulisnya yang hanya tinggal sepanjang kelingking. Siang itu dia tidak berani pulang sekolah. Dari jam pulang sekolah dia terus mencari pensil kecil itu di setiap sudut kelas. Di halaman depan, kemudian di taman. Teman-temannya telah pulang dan sempat berkata untuk membeli yang baru. Uang dari mana pikirnya? Dia tidak putus asa, dia tetap mencari.

 

Sore mulai merayap. Trie masih di dalam kelas, diam-diam air matanya menetes. Dia takut kalau pulang ke rumah dan berkata pensilnya hilang, Ibunya akan memarahinya. Trie sudah berjanji akan menjaga pensil itu dan dihemat sampai tahun ajaran baru. Trie akhirnya pulang ke rumah dengan mata sembab. Dia tidak berkata-kata malam itu. Dia hanya bilang pulang bermain dan segera tidur. Lagi-lagi malam itu dia menangis tanpa suara. Iya ingat pensilnya yang hilang.

 

Pensil itu ternyata tidak hilang. Teman Trie tanpa sengaja membawa pensil itu pulang. Trie sangat bahagia menemukan pensil kecilnya. Tak henti-hentinya dia bersyukur, semenjak itu dia menghemat pensil kecil itu, berhenti menggambar dan menggunakannya benar-benar sampai tahun ajaran baru.

 

Eka terkenal sangat bandel di sekolah. Eka dan Trie disekolahkan di sekolah kejuruan untuk anak-anak putri. Guru-guru sangat benci dan dendam terhadap Eka selama ini. Saat Trie masuk sekolah itu, guru-guru kemudian dengan sengaja menghukum Trie dengan tugas berat seperti mengepel dan membersihkan kamar mandi tanpa alasan jelas. Mungkin sebagai pembalasan dendam ke Eka yang diberikan melalui Trie, adiknya. Trie yang rajin dan baik hati tidak pernah mengeluh.

 

Seringkali Eka menyuruh Trie mengerjakan tugas rumahnya seperti menggambar dan menjahit. Trie yang penurut hanya bisa mengiyakan, Trie sering mengorbankan waktu tidurnya untuk mengerjakan PR-nya sendiri dan PR Eka. Di akhir tahun Eka tidak pernah lulus dari sekolah itu, dia berhenti. Sedangkan Trie menjadi anak kesayangan guru-guru. Bahkan dia sempat mendapat beasiswa supersemar, dan direncanakan oleh sekolah untuk melanjutkan sekolah tinggi di Yogyakarta. Tetapi nasib berkata lain, Trie akhirnya memilih menikah. Impian untuk sekolah tinggi itu dia pupuskan.

 

Tahun-tahun berlalu. Hidupnya sudah lebih bahagia bersama suami dan kehadiran si kecil. Si kecil tumbuh menjadi anak yang sehat dan membanggakan.

 

Saat si kecil kehabisan pensil tulisnya, Trie membelikan dua pensil sekaligus. Trie berkata, simpan pensil satunya, siapa tahu nanti hilang.


Saat si kecil ingin menggambar, Trie membelikannya satu set pensil warna. Trie selalu mengatakan jangan pernah berhenti menggambar.


Saat si kecil ingin nasi goreng, Trie mengajaknya ikut serta memasak. Trie berkata Ayo bantu mama memasak!


Saat si kecil mendapat PR, Trie mengarahkannya untuk tekun dalam bekerja. Trie berkata kerjakan tugasmu dengan penuh kemandirian, bantu teman jika mereka membutuhkan.


Saat si kecil punya adik, Trie mengajarinya untuk berbagi dan menyayangi adik-adiknya. Trie berkata, adikmu adalah saudaramu di masa tua kelak, jangan pernah ragu untuk berbagi.


Saat si kecil kini tumbuh besar, Trie terus menyemangati untuk sekolah yang tinggi dan memberikan kebebasan mengambil keputusan.

 

Hingga Si kecil kini beranjak remaja Trie tidak pernah mengeluhkan masa kecilnya. Jika ditanya dia memilih untuk diam dan tersenyum.

 

Ibu selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Jauh lebih baik dari yang kita perkirakan, jauh lebih baik dari masa kecilnya sendiri.

 

 

Teruntuk Mama tersayang, Trie Ervianti.

Selamat Hari Ibu


Toilet Flush

Sebuah tulisan terinpirasi dari tulisan om NH18 bertajuk Jongkok VS Duduk


Flush atau kegiatan menyiram, atau membilas setelah kita buang air adalah kegiatan wajib yang sering kita lakukan, (ya iya lha sering!) Bagi kita yang menggunakan wc jongkok, kegiatan menyiram ini di lakukan secara manual. Caranya sudah tidak perlu saya jelaskan, yang pasti selain toiletnya disiram, “muara” (minjem istilah om NH) kita juga wajib disiram, supaya bersih dan kinclong kembali 😀

Berbeda dengan toilet jongkok yang serba manual, toilet duduk sudah dibekali flush yang dirancang untung menyiram bagian toilet dengan cara menggerakkan gagang atau menekan tombol penyiram (pasti tau kan?).

Nah dari pengalaman saya dan cerita teman-teman, terkadang banyak dilema yang muncul dari kegiatan siram menyiram ini. Khususnya bagi orang Indonesia yang hanya akrab dengan toilet jongkok yang serba manual.

 

Menyiram muara

Toilet duduk banyak memberikan masalah bagi orang Indonesia yang terbiasa menyiram “muara-nya” setelah ritual. Di dekat toilet duduk biasanya disediakan tisu gulung untuk “mengelap”, tetapi tentu saja rasanya kurang plong kalo tidak disiram air. Bersyukurlah jika ada shower kecil di dekat situ, sehingga kegiatan siram “muara” tidak menjadi masalah.

Jika tidak, maka kreatifitas kita dipaksa bekerja. Ada yang selalu berbekal tissue basah dalam tas sebagai sentuhan akhir, ada yang mengambil tisu, kemudian basahi di wastafel, kemudian melakukan ritual dengan tenang. Saya sendiri dulu berbekal jirigen plastik bekas susu yang diisi air bersih, maklum jarang ada gayung di sana, jadi ketika selesai tinggal siram deh 😀

Oh iya, hati-hati juga saat menyiram muara jangan sampai air meleber kemana-mana, mekipun itu air bersih, orang eropa atau amerika tidak suka lantai kamar mandi yang becek atau basah.

 

Flush Rusak

Repot kan kalo rusak! Saya pernah kejadian seperti ini, saya terbiasa ngeflush sebelum melakukan ritual, tiba–tiba setelah selesai, saya mau ngeflush, gagang flush nya jadi los! OMG, tangkinya gak terisi air! Rupanya toilet itu suka ngadat mendadak kalo kita nekan gagang flushnya berlebihan, ada-ada aja, untungnya ada ember di sekitar situ, saya isi air, lalu saya siram secara manual. Fiuhhh… Kadang tragedi flush rusak ini bikin puyeng, keluar toilet bisa keringetan! 😀

Satu lagi, jangan percaya begitu saja, jika anda selesai nge-flush, lihat apa “jejak” anda sudah tersiram dengan baik, jika tidak, flush sekali lagi. Saya pernah dapet jackpot hanya karena orang main tutup dan flush, tanpa check lagi. Rasanya: horror!

 

Automatic Flush

Jaman sudah makin canggih,bukan cuma urinoir yang pake sensor, toilet juga. Umumnya flush auto ditemukan di toilet umum di mall, bandara, hotel, convention hall, dan lain-lain. Ada jenis toilet yang dibekali flush auto dan manual, jadi saat sensor rusak, kita tetap bisa flush secara manual. Tetapi ada juga yang full auto, ini yang sering bikin repot juga.

Sensor akan menembak ke badan kita yang berada di dekat toilet dalam waktu agak lama. Saat kita menjauh dari sensor, maka flush akan keluar sendiri. Sensor dapat berada di belakang, samping, atas, bahkan di pintu! 😀

Saya typical orang yang rajin ngeflush, satu kali ritual bisa ngeflush 4 kali, jadi untuk yang pake sensor, saya harus minggir dulu dari area sensor, kemudian masuk ke areal sensor lagi, begitu bolak balik, 😀 repot kan, mana celana lagi diturunin pula!

Oh ya, sebaiknya kita harus tau dulu di mana sensornya! Saya lupa, rasanya di bandara Minneapolis, US, toiletnya punya sensor di pintu, kita gak akan bisa ngeflush sampai kita keluar dari pintu toilet! Hahahahahahah… kebayang gak??? “Makkk, kagak bisa disiram!!!” Kita pasti sudah “mampus deh gue” gara-gara gak nemu dimana sensor flushnya, eh pas pintu ditutup, tuh flush keluar! 😳 Padahal muka udah pengen nangis!

 

Lavatory

Lavatory atau toilet pesawat adalah satu toilet yang unik. Kita bisa melakukan skimming tentang apa saja yang ada di hadapan kita sebelum benar-benar melakukan ritual. Ruang maha sempit ini memang sedikit membuat stres, udah sempit, macem-macem lagi tombolnya 😀

Toilet pesawat didesain tanpa air di bagian lubangnya, flushnya menggunakan air bertekanan tinggi yang mengeluarkan suara seperti “deru” air, dan seketika itu pula, airnya menghilang dengan cepat bersama “jejak” kita. 😀 Saya jujur kaget saat pertama kali, hahahhahah…

Nah, flush lavatory ada yang menggunakan tombol, ada yang menggunakan sensor, hahahaha.. kebayang gak sih saya harus minggir bolak balik dari sensor hanya untuk memicu flushnya keluar, mana lagi tuh ruangan sempit banget…Hahhahaha… lebih riweh dari toilet auto biasa !

Satu lagi jangan lupa mengunci pintu lavatory, karena akan terhubung ke lampu tanda di bagian atas yang menunjukkan toilet sedang digunakan atau tidak.

 

Bagaimana dengan sahabat sendiri ? Pernah mengalami dilema dengan flush toilet ?

 

Pictures: www. google.com


Bersahabat dengan Kesederhanaan

Sahabat,

 

Pertengahan tahun 2009 saya pulang kembali dari ke tanah air setelah satu tahun tinggal di Amerika. Tentu saja kondisi Indonesia sudah sedikit banyak berubah, meskipun hanya setahun, saya bisa merasakan kemajuan pesat di berbagi bidang. Begitu pula dengan gaya hidup yang semakin syarat dengan teknologi dan trend.

 

Lalu saya berpikir, apa kemajuan yang saya peroleh selama ini? Ya saya akui pengalaman bekerja dan tinggal di luar sedikit banyak menambah ilmu dan wawasan saya tentang banyak hal. Bagaimana dengan gaya hidup dan pola pikir? Hmmm..ini satu yang menarik bagi saya. Secara tidak sadar saya telah mengubah paham-paham yang memenuhi otak saya sebelum saya tinggal di luar negeri.

 

Dulu saya berpikir untuk selalu tampil wah, ingin tampil dengan “kulit” yang mentereng, mendahulukan gengsi, brand-minded, ingin dipandang tidak dengan sebelah mata, memandang orang hanya dari “kulit”nya. Sedikit banyak saya sering terlibat persaingan kurang sehat atau sikut sana-sikut sini. Intinya kesemuanya berhubungan dengan materi dan gengsi.

 

Ketika lingkungan saya menjadi semakin bergejolak dengan hal-hal di atas, saya malah banting stir dengan satu kata: kesederhanaan. Bukan karena saya tersadar mendadak, atau tiba-tiba saya dapat hidayah di sebuah pengajian, tetapi ini semua berasal hanya dari: kebiasaan. Ya, kebiasaan saya selama tinggal di luar negeri.

 

Banyak gejolak dalam diri saya sendiri saat menghadapi kondisi lingkungan di tanah air. Tidak jarang saya menjadi stres sendiri dengan segala pro-kontra dalam pikiran saya. Maju atau mundur? Iya atau tidak? Bagaimana baiknya?

 

“Prim, kayanya lu harus ganti BB deh! Biar kita bisa BBM-an, biar gaul gitu lho… “

Saya kembalikan jawabannya pada diri saya, apa yang saya lakukan jika saya berada di luar negeri ? Handphone saya di sana biasa saja, tidak perlu bermerk wah, fitur yang sesuai kebutuhan,  jauh dari yang namanya trend, dan pastinya yang murah ! saya belum butuh BB atau yang lain saat ini.

 

“Prim, baju merk X lagi diskon lho… borong yuk ! “

Saya berpikir lagi, harga baju sangat mahal di luar sana, saya bahkan tidak sempat memperhatikan brand, yang penting nyaman dan murah atau ada diskon. Orang sana juga kebanyakan tidak sibuk dengan brand dan fashion. Tidak jarang saya pergi ke toko barang second hand, hanya untuk mendapatkan barang bagus layak pakai dengan harga murah. Lagipula baju saya sudah cukup banyak. Lain kali saja.

 

“Prim, liat deh laptopnya: Apple! Keren banget ya,pasti orangnya tajir abis, bla, bla…”

Saya berpikir, saya sudah pernah menyentuh brand itu, rasanya biasa saja, tidak membuat saya mendadak menjadi pandai dan bijaksana. Tidak penting inputnya, yang terpenting adalah sebaik apa outputnya bagi orang sekitar. Sahabat, bukan saya menjelekkan produk tersebut, hanya saja saya bisa mendapat barang dengan fitur lebih baik dengan harga yang sama. Brand-minded nyatanya lebih menyusahkan buat kantong dan hati. Saya salah satu korbannya.

 

“Males deh ngomong ma dia, kampung banget, dia kan cuma kerja jadi SPG, bla, bla”

Saya berpikir, masa sih? Di luar sana, boss berbicara dengan anak buah seperti teman, hangat dan professional, jauh dari soal diskriminasi. Tidak sedikitpun terlintas apa jabatanmu? Seberapa mahal mobilmu? Toh, manusia sama, miskin kaya sama saja. Sama makan nasi dan minum air. Apa penampilan dan materi akan melahirkan kasih sayang tulus dan persahabatan? Tidak. Saya lelah dengan kesenjangan sosial yang diciptakan dengan sengaja. Tidak melahirkan apa-apa kecuali iri hati dan kesombongan. Saya jadi malah capek hati sendiri.

 

 

Sahabat,

 

Banyak hal yang kemudian saya kiblatkan pada kesederhanaan hidup yang saya alami selama tinggal di luar negeri. Kesederhanaan yang membuat saya merasa lebih nyaman, apa adanya dan tanpa kepura-puraan. Pola pikir yang banyak mengajari saya tentang hidup lebih tenang dan lapang. Membebaskan pikiran saya dari firasat dan prasangka yang membuat saya tersenyum lebih tulus dan lebih cerah.

 

Tentu tidak mudah untuk sebuah permulaan. Banyak godaan dan aral yang melintang yang membuat saya sedih dan gundah seperti contoh yang saya sebutkan di atas. Tetapi selalu focus pada tekad dan kenangan saya selama tinggal di luar negeri membuat saya semakin kuat dan kuat menjalani hidup dengan kesederhanaan. Tahun ini memang sangat sulit bagi saya dalam mengolah hati dan pola pikir, tetapi saya yakin akan lebih mudah dengan berjalannya waktu.

 

Saya bangga karena saya pernah belajar kepada sebuah kehidupan berbeda, di negeri yang berbeda, di mana saya bersahabat baik dengan kesederhanaan. Meskipun kini saya sudah jauh dari negeri itu, kesederhanaan meninggalkan jejaknya di hati saya. Dan saya berjanji akan mengenangnya terus.

 

Saya pribumi yang belajar dari sebuah perjalanan hidup di negeri orang. Bukan hanya sekedar ilmu dan pengetahuan, tetapi banyak hal yang tidak dapat dibeli dengan uang. Tuhan tidak hanya memberikan saya kesempatan luar biasa untuk tinggal ke luar negeri, tetapi  sekaligus memberikan saya kesempatan untuk belajar. Belajar hidup yang lebih baik.

 

Saya kuatkan tekad di tahun mendatang. Sadar tidak sadar, mau tidak mau, saya merasa inilah kesederhanaa yang saya inginkan, dan saya akan berjuang lebih keras untuk itu. Ada tiga poin penting yang selalu saya ingat dalam menjaga persahabatan saya dengan kesederhanaan :


  1. apakah saya sudah tulus dan apa adanya?
  2. apakah ini hanya keinginan dan gengsi atau memang kebutuhan?
  3. apakah saya menilai orang ini hanya dari penampilan dan materi semata?

 

Saya sering mempertanyakan tiga poin tersebut pada diri saya sendiri. Yup, semoga tahun depan saya bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang kuat dan tegas.

***

 

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.

 


Anak Desa ke Amerika (Part 2)

Ini adalah catatan perjalanan saya saat pergi ke US 2008 silam. Bagi yang belum membaca bagian pertama silahkan membaca disini: Anak Desa ke Amerika (Part 1)

 

Pesawat dari Jepang akhirnya mendarat di Minneapolis, MN. Bandara ini akan menjadi gerbang masuk bagi gue dan Agus sebagai non-imigran, kalo gue lolos di imigrasi maka akan lebih gampang kesononya (begitu sih kata yang senior-senior). Tahu rasanya menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam ini? Biasa aja tuh. Wakakkakakaka…. *songong mode: on

Minneapolis Airport, sempet narsis

So abis kita keluar dari pesawat  gue dan agus dah lari-lari kaya kuda lumping makan beling. Buru-buru biar cepet diurus sama imigrasi, yup, akhirnya dapat awal-awal juga. Padahal gak ngaruh. Bandara ini gede, gue sempet ngelirik ke area luar dari balik kaca-kaca tebel itu, ini kan awal summer? Kenapa diluar mendung sendu begitu? Gue terus inget MN kan emang “Ice Box” nya US,so jangan ngarep anget-anget pas summer! lol. Gue langsung  antri, terus gue dan agus digiring ke ruangan khusus teroris, wkakakakaka… alias ruangan khusus untuk para non imigran dengan status istimewa kali ya. Beginilah nasib orang indo, apalagi gue yang pertama kali dateng ke sono, gue diajak ramah tamah* dulu (baca: di bawah pengawasan) 😀

Kata gosip dari yang sudah-sudah, mending yang mau berangkat turunnya sini aja, lebih sepi yang non-imigran…jadi diurusnya cepet, gak serame LA pastinya. Intinya kita cuma dikacangin terus suruh isi form, dan tunggu lumayan lama karena biasanya mereka akan cek database kita, dan ngurus orang lain selain intern kaya kita. Aneh-aneh yang masuk sana, ada orang rusia yang ngamuk-ngamuk karena gak lolos ntah karena alasan apa. Ada orang hispanic yang disuruh jelasin apa yang ada di kopernya sambil di ubal-ubal tuh koper, Duh!

Setelah mulai sepi, baru deh, kita dipanggil, ditanya ini itu dan photo dan sidik jari, dan ada kejadian aneh waktu dia mengidentifikasi rambut gue, gue bilang “black” dia bilang “Dark Brown”! eh? Kok bisa? Gue ngotot ini nih item, jelas-jelas gue gak suka maen layangan atau mandi di kali 😛 Akhirnya setelah gue dinyatakan berambut item, gue dapet stampel dari imigrasi dan ucapan: Good Luck! Kita bisa pergi deh…Hore!

Kok bagasi ga diperiksa yah??? Justru ternyata bagasi gue dah di bobol waktu tadi gue nunggu, wakakkaka…, anehnya gemboknya gak rusak, malah di tempel di kopernya dengan keadan rapi 😛 canggih amat!

Pas di tempat declare bagasi, barang-barang yang ada makanannya dibongkar abis-abisan! Anehnya indomie rasa ayam bawang gue diambil just because kata “ayam”, padahal rasa soto dan mi goreng kan juga ayam! aneh. Konyolnya dia bilang “Product from Malaysia is not good”, wkakakakaka…gue kan dari indo pak, kenapa jadi negara sebelah yang kena aib, wkakakaakakak… gue diem aja, pis ah!

Gue mulai sadar orang sini gak bisa mengucapkan nama belakang gue dg bener, ada yang manggil yutebret, ada yang hatebret, bahkan ada yang nyerah, dan bilang “gimana aku nyebutnya???” duh…..gue juga baru ngeh kalo mereka dari tadi manggil gue, heheheee, kirain mereka lagi nge-rap!

Penerbangan di lanjutkan ke Ohio.

Columbus Airport, OH

Sampe di Columbus, OH

Udah mulai tenang… bisa jalan-jalan dan beli souvenir, pertama kali dapet duit receh. Keliyeng-keliyeng liatnya, ini berapa cent ya??? Whatever, masuk kantong langsung.

Hahhaha…di bandara Columbus ini kita dengan sotoy-nya nyasar ke pintu keluar yang buntu, mana koper berat banget lagi. Maka dengan berbekal ilmu “bacalah” dan “tanyalah” Kita berhasil naik taksi ke University Plaza Hotel (Hotelnya The Ohio State University). Si abang taksi-nya orang item udah tua. Berhubung baru liat dollar yang kerincingan, gue ngelirik tuh duit koin itu berkali-kali. Pas bayar taksi gue kasih dah tuh satu lembar 50 dollar dan semua receh, biar si abang itung sendiri, wkakakaka…sampe sempet bikin “cape deh” si abang . Gue inget dia sempet ngomong “No Tips!”. Mungkin dia gak boleh nerima tips kali ya. Bingung gue.

Nyampe hotel, gue mulai ngutak atik peralatan dari tipi mpe showernya. Untung gue ga gaptek-gaptek banget, agus aja ga ngerti gimana cara nyalain showernya, padahal dia dah siap mandi, lol.

Ohio dingin brrrrr… Jam 8 malam masih terang  benderang. Suasananya beda banget, sunyi, jalan-jalan sepi gak jelas, ada penduduknya gak ya? 😛 Karena ga bisa pake telpon dari kamar, gue titip pesan ke Univ lewat telpon di front desk, gratis kok…trus tanya passcode bwt wifi nya ! yuhuuuuuuuuu ! cepet banget!

Paginya nyari sarapan murah di Burger King, ternyata buat sarapan, masih belum ada menu aneh-aneh,  akhirnya kita cuma makan roti digoreng gitu dan sirup super manis. Kesini-sini gue ngeh itu yang namanya pancake, biskuit dan syrup (-_-‘), oh ya plus susu cokelat dingin, wkakakakak… aneh emang. Udah gitu kita belum mengenal self-service,  itu nampan masih teronggok manis plus sampahnya di meja! Parah!

Agus, Jean, Adrian Luke dan Rod

Jam 9 pagi orang OSU (Ohio State Univ) bakal jemput kita. Kita pikir kita cuma berdua intern-nya, ternyata ada yang lain. Luke dari UK, Jean-luk dari France, Adrian dari Panama, cowok semua. Like usual kita Orientation Day,dengerin Mr. Chrisman cuap-cuap, dan kasih nasihat ini itu terutama berlalu lintas bagi anak UK dan Indo yang nyetir di kiri, pengalaman sudah banyak yang kecelakaan, wkakakak…, terus lanjut makan siang super wah di chinese resto, dan jalan-jalan ma Rod keliling OSU. Udah gak perlu dijelasin gimana heboh ma katro nya, pokoknya tuh Univ gede gila, terutama fasilitas olahraganya…

Abis itu jam 3 kita langsung terbang ke Florida tempat host kita. Pas di bandara kita cuma betiga ma Jean-luk, sedangkan Luke dan Adrian berangkat besok. Di Bandara, Rod ngedrop gue, Agus dan Jean, sempet say goodbye pake acara telat kasih souvenir dan nitip souvenir ke orang office. Lu tau gue ngasih apa? Angklung! Wuakakakkaa.. gue bawa 4 biji gede-gede, NIAT! *untung gak plus duren ma pete 😀

OSU Stadium

Kejadian konyol lagi neh… Koper Agus dituker sama orang! Ntah dituker entah dimaling. Kok bisa? Kapan? Agus kalap dan lari ke dalem buat nyari bantuan pernafasan aka security. Terus gue liat koper “bukan punya agus itu” ada tulisan Luke bla-bla, United Kingdom. Nah lho! Ternyata sodara-sodara saking riwehnya koper yang dituruni Rod ternyata bukan koper agus, tapi punya Si Luke, walhasil gue ma Jean Cuma bengong sambil nyengir kuda sambil mikir si Agus tadi kok bisa gak ngeh kalo itu bukan kopernya?

Agus kira ada orang yang ngambil kopernya dan nuker ma koper lain, dan dia tiba-tiba udah bawa-bawa polisi bandara gede banget + berkacak pinggang, gile sumpah serem banget ! “Tidak ada pencuri koper di sini” Dia bilang gitu ke Agus. Agus cuma terbata-bata gak jelas setengah mewek intinya “Pak, bantuin aye pakkkkkk..koper aye ilangggg!!!!!”

Trus gue jelasin masalahnya pelan-pelan dengan english pas-pasan ke pak polisi dan dia ngerti (untungnya… padahal gue dah mulut berbusa+muncrat-muncrat). Trus  pak polisi bawa agus buat  telp Office. Masalah selesai. Rod datang dan bawa koper yang bener, Thanks God! Si Jean cuma diem bengong liat kekonyolan gw dan agus, dia cengok ala boneka dengan mata biru dan bulu mata yang super blondie *orang katro jarang liat bule dari deket ya begini… 😀

Permasalahan kembali muncul saat kita nyampe Orlando, Florida. Fyi, bandara orlando keren abis! Mereka membuat susana Bandara sangat bernuansa wisata! Mulai dari tanaman tropis, palm, sampe gambar dinding yang bertema Disney, Universal Studio, SeaWorld, dll. Untuk ke areal kedatangan kita harus naik monorel yang melalui seperti danau yang keren. Seru deh!

Document yang ketinggalan di pesawat

 

Oh iya, permasalah berikutnya, Agus ninggalin document  orientasi dari ohio di dalam cabin! God! Ada-ada  aja. Pala gue botak lama-lama kalo begini. Kan kita dijemput ma Ceko dan Jorge di bandara. Udah deh, dia ma Ceko lari ke information desk nyari dokumen ketinggalan itu. Gue cuma nunggu ma Jorge dan ngorol kesana kemari. Untung semua bisa lancar, Agus got the document, terus kita lanjut perjalanan pake mobil ke Apopka… perjalanan 1 jam, kita sempet makan di McD, dan tidur dengan selamat di rumah baru yang lumayan nyaman.

 

 

Satu lagi… summer di Florida panas banget. Lebih-lebih dari bogor! rasanya matahari deket banget ma kepala.

***

 

Yah, begitulah catatan perjalanan saya ke Amerika. Semoga bisa memberikan manfaat dan wawasan bagi yang mau ke sana. Jangan sampe katro kaya saya ya 😀

Happy Friday!

 


Anak Desa ke Amerika (Part 1)

Tulisan ini ditulis pada Juni 2008 untuk milis kumpulan anak-anak program internship. Saya menuliskan kembali dengan sedikit editan. Semoga bermanfaat dan menghibur.

Semua dimulai dari bandara Soekarno Hatta *ya iya lha…, Gue ke US bareng Agus, temen satu host di sana. Resminya gue cuma di antar oleh 2 teman kostan (thanks mas eka+amay), tapi ada juga Indah adik kelas yang nganter gue + Agus, sedangkan agus di anter banyak banget orang, dari orang tua, sampe temen2nya yang numplek-bleg di mobil APV, gile…satu RT masuk!

Proses check in kita ternyata terlambat… soalnya layar monitor informasi penerbangan yang ga beres (kecewa dah…), jadi kita harus ngantri panjang banget dan kita termasuk orang-orang yang terakhir check in, buktinya ga ada orang di belakang barisan kita. Meskipun akhirnya masih bisa sempet balik keluar dan photo-photo*tetep narsis

Saya dan Agus di dalam pesawat Emirates

Nah, kita kan naik Emirates, fyi, makanannya lumayan enak, maksudnya, cocok di lidah orang indonesia… dan itu kayanya menjadi makanan yang “cocok di lidah” terakhir sepanjang perjalanan gue…hehehehee… dan di jamin halal!

Terus nyampe Changi, Singapore, sekitar jam 10 malam, agak bengong dikit, karena kita ga tau harus ngapain atau kemana. Jadi dengan langkah pede, gue dan Agus menuju kemana orang-orang berjalan, alias ngikut.. heheheee… Kesotoyan ini pun berakhir dengan aksi muter-muter gak jelas, hahahahah…kok kita kembali ke tempat ini ya? *wak!  Ketemu ma information desk, kita buru-buru tanya deh, trus tanya lounge kita dimana, eh ternyata masih satu tempat, cuma beda level, hehehee.. Pelajaran pertama buat yang mau berangkat, jangan malu bertanya, daripada sesat di bandara. Mereka ngerti kok kalo kita orang awam, tapi plis, pasang telinga baik-baik dan bicara agak keras, mereka budek kalo kita ngomong sambil flirting a.k.a malu-malu.

Sampe di lounge, dasar insting mamalia, ngeliat kasur anget langsung hibernate 😀 tapi kayanya Agus ga bisa tidur, dia cuma tidur bentar dan keluar ngutak-ngatik internet gratis… gue? Sukses bersama selimut dan bantal! sampe jam setengah tiga pagi gue bangun, agus dah kemana tau. Gue terus mandi tuh… trus saking dinginnya ac, kamar mandi itu jadi ikutan dingin, terutama kalo kita jauh-jauh dari showernya 😀 Pelajaran kedua, pelajari cara kerja showernya, ati2, mana air panas, mana air bekas AC, hehehee… setiap perubahan arah pada keran shower menunjukkan bagaimana hasilnya, kalo ternyata air mendidih yang keluar, coba diangin-anginkan trus tiup-tiup dikit, ya ga lha! 😛 pokonya sebelum lepas baju, pastikan kamu dah ngerti cara pengaturannya… sediakan waktu 3 menit buat ngutak-ngatik dan ngerusakin, hehehee

Di Changi Airport, Singapore

Kita berangkat ke tempat check in jam 4 pagi meskipun pesawat take off jam 6, sekedar memastikan agar kita gak bingung atau nyari-nyari dimana gatenya. Sepanjang Changi banyak hal yang bisa buat cuci mata, dari bangunannya, took-toko  free duty, resto, kran minum langsung, sampe eskalator yang automatic hidup kalo dideketin (meskipun terlihat mati, mereka hidup lho….ati2 kaget, heheheee). Setelah berhasil berdecak kagum dan foto-foto, kita check in di tempat check in pesawat kita: Northwest. Be calm dengan penjaga yang Tanya-tanya segala macam tentang bom dan bawaan kita. Beginilah nasib jadi orang indo. Masa gue ditanya siapa yang packing tas gue? Ada bom gak kira-kira? Ya elah pak, bom mah gak ada, ada juga bumbu pecel! Wakakkakaka… Mereka bisa bahasa melayu, jadi nyantai aja. Meskipun ada penjaga yang terkesan ganas-genit! duh gitu deh… pokoknya gak banget. Kebanyakan orangnya india aca-aca gitu 😀

Waktu check in, gue tanya aja tentang kapan dan dimana bagasi diambil kan gue ceritanya baru pertama, mana transit-transit pula, dan minta duduk yang pewe ke si mbak.

Nah, kejadian heboh pertama terjadi, waktu gue mau masuk ruang boarding, wajib mengeluarkan boarding pass dan paspor. Agus dah duluan, gue sibuk nyari paspor… Wak! paspor gue ilang! Gw masih berpikir ini cuma mimpi! Agus yang udah cengok di dalem cuma bengong plus bingung liat gue. Gue di luar langsung bonkar muat barang, nyari paspor nyempil di mana… dari charger, majalah mpe chiki-chiki keluar semua! Akhirnya karena putus asa, gue curhat ma gate keeper-nya. Minta tolong tanyain Agus di dalam apa dia bawa paspor gue, ternyata ga! Gue lemes seketika, masa gue harus balik ke Indo? Oh NO! Pengen nangis mode : on

Tempat check in! Apa mungkin di sana? Gue segera lari-lari kaya orang kesetanan balik ke tempat check in, dengan mata berkaca-kaca dan tas yang murat marit kaya kena bom, gue lari di eskalator tea, duh lumayan jauh pula. Untung Changi masih sepi, ga kebayang mereka liat ada anak kampung blesteran jawa-batak sesenggukan, lagi bawa ransel lari-lari nyari paspor! Voila! Paspornya masih tergeletak di sofa yang gue dudukin, padahal bapak-bapak yang disebelah gue duduk masih dengan posisi sama: tidur sambil ngiler. Untung ga ada yang ambil…sujud syukur banget dah! Pelajaran ketiga: “periksa bawaan anda sebelum meninggalkan tempat, jangan sampai barang anda tertinggal atau hilang dicomot tuyul…semoga selamat sampai tujuan… “ *bagus kan, dah kaya di dalem bus way 😀

Cerita berikutnya terjadi di atas pesawat…

Gak tau kenapa mungkin karena ulah gue yang rada pecicilan di atas pesawat,  mbak pramugari, lebih tepatnya ibu pramugari karena udah emak-emak, sampe  kenal ma kita, terutama gue! keliatan banget kita tuh dah kaya anak kecil belasan tahun yang lagi berpetualang naik peswat cuma buat ngerjain pramugarinya 😀 FYI, orang sono bilang gw masih kaya 17, padahal kan gw dah 23!

Pertama, waktu di kasih roti si ibu pramugari, sebut saja “Si Ibu”, gue dah makan kaya orang kesetanan a.k.a kelaperan,  trus dia bilang, “Take your time…” sambil nepuk pundak. Intinya, jangan cepet-cepet! Kamu ntar keselek, kan airnya belum dateng. Gue cuma nyengir kuda sambil mulut penuh roti. Malu banget dah. Oh iya, yang namanya dijonaisse (munkin temennya mayonaise), sumpah ga enak banget. Huek! kaya pipis basi. Baunya terngiang-ngiang  sampe ke jidat, *welcome to western food style!

Trus, sepanjang di atas pesawat Si Ibu itu yang seliweran di gang gue (gang? Gang kelinci kaleeee), mulai dari nawarin minum, mpe nawarin maenan dan produk pesawat buat anak-anak udik kaya gue 😛 Inget banget waktu gue di tawarin minum. Si Ibu berdiri di bagian depan gang, kira-kira 3 m dari gue. Si Ibu tanya  “drink????” karena gak ada yang jawab, akhirnya gue angkat tangan, dan menjawab tanpa bersalah “Orange juice!”, wakakkakakaka… kampung abis! trus Si Ibu dengan muka “plis deh” bilang pake gerak-gerak telujuk… “ Wait your turn, Okey???” berasa jadi anak TK gue! trus gue jawab dalam ati : terimakasih ibu guru….. malu banget sumpah, trus pas dia nuangin minum buat gue, dia tanya, temen kamu mau apa? * waktu itu agus lagi ke toilet, “sama, orange jucie…”, trus dia nuangin, “this for your friend… this is for you…”  kok dia jadi ngedikte gitu? sambil bengong, gue ngeliat dia senyum 😀

Daaaannnnn dengan sukses tiba-tiba gue menumpahkan satu gelas orange juice itu tepat ke badan gue! Damn! Parahnya mpe muncrat ke selimut, bangku dan ke stokingnya Si Ibu, selamat! stoking anda beroma jeruk! Wak!

Dia langsung dengan sigap menyita selimut gue “ You can’t use this” karena dah basah dan dia pergi kebelakang, lalu balik bawa tisu basah banyak banget, dan bilang “Clean your self please” Sumpah ga enak banget… why did it happen to me!! Jangan ditanya muka Si Ibu waktu itu, kaya mau nelen gue kali! Makanya dia inget banget muka gue. Selamat gue sudah jadi salah satu penumpang dibawah pengawasan! 😀

Kejadian lagi, gue dengan pedenya melenggang mpe ke pantat pesawat dan tanya restroomnya mana? Si Ibu bilang “tuh” sambil nunjuk kotak sempit deket dapur. Gue akhirnya pup dengan sukses, meskipun tempatnya dah kaya peti mati! *mentok kanan-kiri. Gue rasa Si Ibu tuh lagi ketawa dalam ati, jelas-jelas  gue duduk di depan, dan di bagian tengah pesawat ada toilet juga, kenapa gue jadi malanglang sampe ke belakang? 😛 Setelah pup, gue keluar sambil senyum, nanya ke pramugari yang lain yang lebih cantik… “ minta air putih dunk”, tiba-tiba ga disangka, Si Ibu nyapa dari belakang  “mau air putih?” tapi dengan gaya bicara “mau gue gampar lu?” *wak! Habis selesai minum, gue tanya naroh gelasnya gimana. Dia nunjuk buang di situ. Karena masih siwer ma keadaan dapur pesawat, gue buang gelas plastiknya ngasal, di atas tutup tempat sampahnya. Si Ibu lagi-lagi, langsung tertawa sambil melengos, bilang “Duh kamu buang sampah aja ga becus, tempatya bukan disitu honey, tapi disono!” sambil nunjuk lautan pasific dari jendela, wkakakakaka… Pokoknya ada aja yang bikin dia mengelus dada, sumpah gue ga enak banget.

Sampai akhirnya pesawat mendarat di Jepang. Waktu gue turun dari pesawat, dia dengan sopan menyapa penumpang turun, “Thank you” “Have a good day” dan tau apa yang di lakukan ke gue??? Sambil ketawa ngakak dia neplok-neplok bahu gue keras banget! Kaya Ibu ke anaknya, dalam ati: “Mimpi apa gue bisa ketemu anak kaya lu!”Wakakaka… dah kaya kenal dekeeeeettttt banget, gara-gara gue tukang rusuh di pesawat. Padahal untuk pelayanan gue acungin jempol banget deh si Ibu, dia sigap dan ramah. Hiks, gue jadi sempet nyesel… kenapa ga photo bareng dia yah? Lumayan kan buat kenang2an.

Lanjut…

Di Narita Airport, Jepang

Transit di Jepang! Banyak gadis-gadis jepang yang inggrisnya aneh, aksen inggrisnya udah kaya orang pake behel, sambil ngemut permen 3 biji! Beruntung gue dari Indonesia yang ga punya aksen seaneh gitu, sepanjang jalan, gue cuma ngetawain aja. Gak sempet beli apa-apa, langsung masuk lagi ke pesawat selanjutnya…

Dan kejadian tak terlupakan terulang lagi…. mentang-mentang Northwestnya berangkat dari Jepang, makanan pertama gue langsung ikan laut masak kuning gitu, salad tanpa dressing, dan Sashimi! ya ampun salmon mentah gitu! Dengan semangat dan kuat hati akhirnya langsung dimakan! duh..kok rasanya ga karuan gini. Sambil ngunyah…inget-inget Pak Bondan di acara kuliner, kayanya shasimi pake cuka? Ya ampun! Cukanya ternyata nyempil ga keliatan, kirain puding! Gubrak! Pantesan rasanya pengen muntah langsung makan salmon fillet itu. Akhirnya gue dan Agus dah kaya acara masak bareng, salmonnya di celup-celup di cuka dulu sampe masak atau berubah pucet, trus ditiriskan dan di santap (lumayan menghilangkan bau amis sekitar 50%), Tapi tetep aja, serasa abis ngelakuin dosa apa gitu. Bau Shasiminya sampe nempel ke gelas-gelas…huek!

Makan paginya lebih aneh. Kaya campuran keju, sour cream ga jelas ma sayur asin. Gue ga habis! Jadi tiba-tiba kangen ma WarNas sebelah kostan 😀 menderita bathin banget!

***

Bagaimana kelanjutan kisah ini? Apa yang terjadi saat Si Anak Desa menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam?

Nantikan kelanjutannya di Anak Desa ke Amerika (Part 2)


Degradasi HP (Part 2)

Tulisan ini adalah kelanjutan dari Degradasi HP (part 1). Silahkan membaca bagian pertama jika belum. 😀

Sahabat, setelah saya tinggal di US, keadaan ternyata jauh dari yang saya bayangkan. Di sana penggunaan hp tidak sebebas di Indonesia, di mana kita bisa seenak jidat ganti nomor dan ganti hp. Di sana beberapa provider mengharuskan kita untuk melakukan kontrak tahunan untuk paket pasca bayar atau untuk pra bayar mereka umumnya menjual paket nomor dan hp sekaligus. Registrasi nomor pun juga cukup ribet, tidak semudah di Indonesia.

Setelah melalui pemikiran panjang dan obrolan dengan teman, akhirnya saya mengambil paket prabayar yang dibayar di muka setiap bulan, paket ini juga mengharuskan kita membeli hp dengan nomor yang sudah terinjeksi/terkunci permanen pada hp. Provider itu bernama Metro PCS. Menurut saya biayanya relatif murah meriah.

Itu penampakan fisik hp-nya. Tidak diketahui apa merknya. 😆

Setelah saya pindah state, ternyata  mau tidak mau saya harus mengganti nomor dengan provider lain, karena provider sebelumnya tidak menjangkau state yang dimaksud. Providernya lebih lebih terkenal : AT&T

Ini penampakan hp, yang  barusan diketahui sebagai Samsung B289.

Kedua hp diatas punya kesamaan yaitu murah meriah dan gak  neko-neko fiturnya. Saya bahkan tidak pernah menggunakan internet dengan hp ini, selain tidak tahu settingannya saya juga takut biayanya mahal.

Kehidupan per-handphone-an di US ternyata tidak sedasyat di Indonesia, di mana orang berlomba-lomba memiliki hp dengan bajet luar biasa dan fitur yang paling terbaru. Di sana masyarkat tidak terlalu excited menggunakan hp yang wah, bagi mereka yang penting call, sms, and gprs. Gprs digunakan hanya untuk melihat berita utama dan prakiraan cuaca hari ini. That’s all 😀 Mereka gak terlalu excited dengan ringtone super heboh, wallpaper yang tak berhenti beranimasi, apalagi chat! Kata mereka ribet kalo di hp, mereka prefer menggunakan PC.

Di sana mereka juga tidak terlalu memperhatikan merk hp, jika ditanya apa beda Nokia dan Samsung? Mereka menjawab: keduanya bagus. atau: Samsung lebih murah. Mereka tidak membicarakan fitur atau trend saat ini. 😀

Saat saya perlihatkan hp yang saya bawa dari Indonesia (w830i dan K850i), mereka tertegun tidak tahu. Mereka bilang pasti hp saya itu sangat mahal dengan fitur yg super rumit 😀 Di US orang-orang tidak mempermasalahkan kecanggihan hp, tapi mereka akan ribut kalau tiba-tiba mereka tidak bisa ditelepon karena habis pulsa (fyi, terima panggilan dan sms saja bayar). :mrgreen:

Memang saya akui hp-hp semacam Iphone dan BB sangat banyak di sana, tetapi siapa yang membeli? hanya orang-orang dengan kelebihan uang yang membeli hp-hp itu. Kebanyakan masyarakat di sana lebih concern kepada bagaimana agar hp-nya selalu berisi pulsa. Karena biaya panggilan sangat mahal jika dibandingkan dengan di Indonesia, mereka tidak sempat berpikir untuk “bergaya”. Isi pulsa saja megap-megap 😀

Sepulangnya dari US, saya kembali  membawa dua hp saya, tentu saja keduanya masih mulus, karena memang tidak pernah dipakai di sana. Hp dari US? Yang satu sudah saya berikan teman di sana, satu lagi mungkin sudah mati secara automatis akibat out of region.

Dengan ringan saya menjual K850i saya. Harganya sudah terjun bebas dari pertama saya beli. Toh saya tidak membutuhkannya lagi. Mau telepon saya punya W830i, mau moto saya punya kamera, mau video saya punya camcorder, denger musik pun saya punya mp3 player. Satu hp saja cukup.

Beberapa bulan kemudian hp kesayangan saya W830i tiba-tiba mati total (Sekarang sudah OK, dah saya berikan ke adik saya). Saya beranjak ke toko hp dan membeli hp sederhana Nokia 2323. Fiturnya tidak banyak, hanya call, sms, dan gprs. Bisa cek email sudah cukup bagi saya. Sampai sekarang saya masih menggunakan hp yang saya beli dengan harga 450 ribu itu. Murah dan memenuhi kebutuhan saya.

Semakin hari saya semakin sadar bahwa kesederhanaan yang pernah saya alami di US memberikan banyak pengaruh pola pikir saya sekarang. Saya tidak tergiur dengan tawaran teman-teman saya untuk ganti hp, rasanya masa-masa “tergiur” itu sudah lewat bagi saya. Selain berhemat saya juga berpikir apa saya benar-benar  membutuhkan semua fitur canggih itu? Tidak penting apa hp-nya, tetapi yang terpenting apa fungsinya sudah berjalan dengan baik, apa ada pulsa di dalamnya, apa saya bisa cek email saat jauh dari laptop. Itu saja.

Saya tidak malu saat teman melihat hp saya yang cupu ini, saat mereka berkata sekarang sudah jamannya Andr**d, dan lain sebagainya. Bagi saya kesederhanaan masyarakat amerika membuat saya jauh dari pikiran mengejar trend, fitur super canggih, atau malah sekedar gengsi. Itu semua membuat saya jauh lebih tenang dari segi hati dan pikiran. Dengan hp sederhana ini saya tidak perlu sibuk memperindah tampilan system, mencari aplikasi canggih, atau sibuk membalas Messenger, saya juga gak rugi banyak kalau hp saya ilang dicopet :mrgreen:

Ah! Saya senang menjadi sederhana. Gak capek. Gak repot. Gak stress. Yang penting call, sms, gprs.

Itu mungkin yang pelajaran hidup yang penting bagi saya. Bagaimana dengan sahabat?

 

Happy Blogging!

***

PS: Today, I’d like to wish  my lovely sister, Ega Nauli Adisti, Happy Birthday and Happy Sweet 17! 😀

All I wish always the best for you, and I am going to miss having dinner together here with mom, dad, and our little brother. Please take care and keep the best of you. We’re missing you 🙂


Degradasi HP (Part 1)

I had stopped thinking all about those gadget! it’s much better.

Terinspirasi dari sahabat blogger Rama dalam tulisan: Sejarah Handphone Anda Pertama Kali Sampai Sekarang. Saya teringat hp-hp yang pernah simpang siur dalam kehidupan saya 6 tahun terakhir. Ternyata di balik pergantian hp-hp tersebut terdapat pelajaran hidup bagi saya, yaitu hidup sederhana.

 

Kira-kira beberapa bulan setelah saya duduk di bangku kuliah di Bogor saya mulai merasa bahwa saya butuh hp. Teman-teman di kelas sebagian besar sudah memiliki hp, sedangkan saya sendiri yang berasal dari kampung tidak mengenal benda ajaib itu 😀 Didorong oleh kebutuhan komunikasi dan bisikan teman-teman saya akhirnya menabung dan saya membeli handphone pertama saya, Nokia 6610.

Hp ini waktu itu sudah lumayan middle class, karena sudah dibekali layar warna dan suara polyphonic. Gaya euy akhirnya punya hp, bagus lagi! :mrgreen:

Perkembangan hp jaman itu cukup pesat. Saya mulai melirik hp lain yang kelihatan lebih lengkap fiturnya. Saya pun tukar tambah hp saya itu dengan Nokia N-Gage. Hp gamers ini benar-benar membuat hari-hari saya disibukkan dengan bermain game, semua game saya pasang dan hampir semua saya tamatkan.

Tidak lama, muncul N-Gage QD. Versi baru dari hp gamers ini memanjakan pecintanya dengan memaksimalkan fungsi layar, kecepatan kerja, keypad navigator yang lebih empuk dan bentuknya yang lebih nyaman. Saya tergiur! Ya saya pun mengganti hp saya lagi.

Sahabat, semenjak saya makin gila bermain game saya merasakan waktu saya terbuang dengan percuma, saya lupa waktu dan lupa belajar. Nilai ujian saya sedikit banyak turun. Saya sadar saya harus menghentikan kebiasaan buruk ini. saya menjual hp ini, dan membeli hape dengan sangat ceroboh. Sony Ericsson P800.

Ini adalah hp dengan umur paling pendek bagi saya, 5 hari! Bukan karena rusak atau hilang. Hp ini membuat saya stress dengan fungsi touchscreennya yang menurut saya ribet untuk orang seperti saya yang pecicilan. Too complex! Saya pun mengembalikannya dan membeli hp middle class berkamera lumayan SE K500i.

Dari hp inilah saya mulai merasa saya suka PHOTO! Saya mulai suka memotret dan merekam video.  Tidak lama hp ini hilang di copet di terminal Bubulak! 😀 Naas nian nasib saya. Di saat saya tidak punya uang saya membeli hp murah meriah untuk sementara. Nokia 6510. hp monokrom pertama saya! :mrgreen:

Tentu saja nafsu untuk berburu hp berkamera handal tidak berhenti begitu saja. Saat tabungan saya sudah cukup, saya segera membeli hp dengan kamera yang keren saat itu SE K750i.

Hobby foto-foto akhirnya berkembang pesat dengan hp ini. Saya juga mulai iseng-iseng belajar cara flash dan mengoprek software hp ini. Gila! saat itu saya sampai bisa mengubah software hp ini menjadi hp type lain, dengan suara keras, kamera super focus, dan tampilan beranimasi yang ajaib. Ilegal prosedur ini saya kuasai dengan begitu mudah, tetapi membuat saya sibuk sendiri dengan dunia gadget, setiap hari selalu berpikir bagaimana dengan ini, bagaimana dengan itu. Saya kan harusnya focus di kuliah!

Tuhan memang tau apa yang saya butuhkan. Sahabat, hp kesayangan saya ini akhirnya hilang di kampus, ntah bagimana caranya. Tuhan seperti mau bilang: “Stop sibuk dengan hp, back to study!”

SE W830i ini yang akhirnya menemani saya setelah kehilangan hp untuk kedua kalinya. Saya menyukainya karena kualitas suara yang memukau. Ini hp yang paling saya sayang dia antara hp-hp yang lain. Kepergian saya ke US membuat saya berpikir bahwa saya membutuhkan dua hp. Tidak tanggung-tanggung saya membeli Sang Jawara hp berkamera SE K850i dengan kamera 5 MPix!

Dengan berbekal dua hp keren ini (SE w830i dan K850i) saya terbang ke US untuk magang selama setahun.

 

Apa yang terjadi setelah itu?

Apakah perjalanan hp saya akan semakin gemerlap atau sebaliknya?

Apa yang membuat semuanya berubah drastis?

Pelajaran hidup apa yang saya peroleh?

 

Cari tahu jawabannya di Degradasi HP (part 2)!

 

Happy Blogging!


Impian Bungkus Sugus

When a dream comes true…

Apa sahabat tahu permen Sugus? Sekitar tahun 1990-2000-an permen lunak ini sangat populer dan banyak variannya. Mulai dari satu rasa, dua rasa, tiga rasa, sampai mix dengan yogurt, kesemuanya rasa buah-buahan. Dulu permen ini bisa ditemukan hampir di semua warung, tetapi sekarang saya sudah jarang melihatnya, mungkin mulai tergeser oleh permen-permen lain.

Saya bukan mau nostalgia dengan permen ini, tetapi saya teringat sebuah cerita masa kecil saya tentang permen sugus. Cerita tentang mimpi yang menjadi nyata. Mimpi Bungkus Sugus! 😀

 

Saya lupa tepatnya mungkin sewaktu saya duduk di bangku SD kelas 4, ada undian permen sugus yang hadiah utamanya jalan-jalan ke Disney Land. Ntah Disney Land yang di negara mana, pokoknya Disney Land. Iklan-iklannya banyak tersebar di majalah anak-anak, terutama Bobo langganan saya.

Memandang iklan undian berhadiah itu berkali-kali membuat saya bertekad kuat mendapatkan hadiah tersebut. Paling tidak dapat hadiah hiburan saya pikir. Undian itu mengharuskan peserta mengirimkan bungkus permen sugus sebanyak 10 buah (kalo tidak salah) dalam amplop, dikirim sebanyak-banyaknya.

Dimulai lah perburuan bungkus permen sugus. Setiap hari saya membeli permen sugus. Tidak sampai di situ, saya juga minta bungkus sugus ke teman, mencari di tempat sampah, sampai minta dibelikan permen sugus satu pack.

 

Awalnya semua berjalan lancar. Bungkus sugus yang mulai banyak saya simpan di bekas kotak sepatu. Hingga kotak itu terlihat penuh saya mulai menata satu demi satu, mengelompokkan 10 bungkus, kemudian mengikat dengan gelang karet, sampai banyak sekali, saya lupa berapa yang pasti saya optimis akan menang 😆 *optimisme anak-anak*

Rupanya gerak-gerik mengumpulkan bungkus sugus ini tercium si mamah. Mamah awalnya diam, cuma tanya buat apa. Hingga suatu hari, mamah minta tolong untuk bantu di dapur tapi saya tidak mengindahkan dengan alasan sibuk. Beberapa kali memang sudah terjadi seperti itu. Si mamah kesal dan semakin kesal saat melihat saya malah sibuk menata bungkus  sugus yang ratusan jumlahnya.

Mamah dengan marah mengambil kotak berisi ratusan bungku sugus tersebut, dan mengancam akan membakar semuanya. Saya sontak menangis dan meraung-raung minta ampun.

“Kamu jadi males gara-gara ngumpulin sugus! Mama gak suka!”

“Tapi mah, hadiahnya Disney Land…” saya mulai terisak-isak.

“Kamu mau kirim semuanya? ada ongkos kirimnya???”

Saya cuma diam. Rumah kami memang jauh di Kalimantan. Semua bungkus sugus itu nanti harus dikirim ke Jakarta. Padahal saya gak punya uang untuk beli perangko sebanyak itu. Saya kembali terisak di dalam kamar. Tiba-tiba dari jendela kamar saya bisa lihat bak sampah di depan rumah sudah mengeluarkan asap.

‘Mah, bungkus sugusnya mana?” saya gugup.

“Sudah habis dibakar!” Jawab mama datar.

 

Kaki saya mendadak lemas. Saya menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Perjuangan saya selama ini sia-sia. Impian Disney Land itu pupus sudah. Jangankan Disney Land, Dufan saja saya belum pernah. Saya sedih, seperti kehilangan semangat hidup. Saya merasa mamah jahat pada saya.

**

 

Kira-kira 4 tahun kemudian saya sudah duduk di bangku SMP. Saya sudah lupa tentang tragedi itu. Siang itu, saya membereskan gudang yang kotor di belakang rumah. Banyak kerdus-kerdus lusuh dan barang yang sudah tidak terpakai. Tiba-tiba saya menemukan kotak sepatu penuh debu yang tidak asing. Kotak Bungkus Sugus!

Saya membukanya. Bungkus-bungkus sugus itu masih rapi terikat dengan gelang karet. Sama seperti terakhir saya melihatnya. Mamah tidak pernah membakarnya, dia menyimpannya dengan sangat baik.

Mata saya nanar, mengingat kenangan masa kecil itu, betapa saya sempat membenci mamah. Dia merebut kotak ini agar saya lebih rajin dan patuh pada orang tua, semua demi kebaikan saya. Saya menutup kotak itu sembari tersenyum, sekarang sudah tidak ada lagi undian sugus. Akhirnya saya putuskan untuk benar-benar membuang kotak itu.

**

 

September 2008, akhirnya saya menginjakkan kaki di Walt Disney World, Florida USA. Taman bermain yang jauh lebih besar dari Disney Land di Los Angles. Sebuah rezeki yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Impian bungkus sugus adalah hal pertama yang saya ingat saat pertama kali menginjak Disney World. Tempat yang pernah membuat saya menangis sewaktu kecil. Tempat yang saya hanya lihat di iklan majalah Bobo. Kini saya benar-benar mewujudkan impian itu. Dream really comes true.

 

Terimakasih Tuhan yang telah mewujudkan impian kecil itu.

Terimakasih bungkus Sugus yang membuat saya berani bermimpi.

Terimakasih Mamah yang mungkin telah berdoa saat dia menyimpan kotak itu

“Nak, semoga kelak kamu akan menginjakkan kakimu di Disney Land”

***

 

Sahabat, mimpi seperti mengulur layang-layang, semakin kuat kita mengulurnya ke atas, semakin dekat dia dengan langit, semakin dekat dia dengan Tuhan.


Alergi Teh

Yeah, it sounds weird, but it happened to me…

Hi Sahabat Blogger, siapa yang suka teh? Mungkin hampir semua mengatakan “Iya saya suka”, tidak ada yang salah, saya juga suka kok 😛 Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya kena “alergi” teh! Kok bisa???

Awalnya semenjak saya kuliah di Bogor saya mulai mengenal teh sebagai menu wajib harian. Yeah, sudah budaya orang sunda hampir setiap hari minum teh, mau manis atau tidak, yang penting teh! Makan di warung nasi, teh, makan nasi uduk, teh, sampai jika kita beruntung kita bisa menemukan satu termos berisi teh yang selalu hangat dan standby di dapurnya orang sunda.

Nah, sejak kecil saya tidak dibiasakan minum teh, mungkin sebagian besar masyarakat  jawa tidak menjadikan teh sebagai menu wajib harian. Minum teh kalau ada makanan serupa pisang goreng atau makan besar, atau ketika sedang bertamu. Intinya tidak sesering orang sunda. Mudahan saya tidak salah ya 😛

Saat sibuk di bangku perkuliahan itu, pola makan saya sedikit tidak teratur, makan tidak tepat waktu. Saya juga punya kebiasaan beli teh kemasan dalam botol kaca atau plastik, yang saya sering bawa kemana-mana. Apa lagi yang berlabel “green tea”, rasanya segar sekali setelah meminumnya. Tidak aneh memang karena sedikitnya teh mengandung kafein (lebih rendah dari kopi) yang menstimulus syaraf kita untuk bangun! Hahhahaha… Pokoknya saya sempat addict dengan yang namanya teh! Tea Lover!

Memang semua hal yang berlebihan itu tidak baik. Saya kemudian sering mengalami sakit kepala yang tidak jelas asal-usulnya. Makan sudah, istirahat sudah, hujan juga gak, tapi kenapa saya sering sakit kepala?? bahkan sakit kepala ini juga disertai rasa lemah seperti habis bekerja keras, badan saya seperti tidak ada tenaga, kalau sudah begini saya segera tidur.

“Muka loe kok pucet, prim?? Coba liat bawah mata lu, pucet gak?”

Saya periksa dalam kelopak bawah saya, putih! Pucat sekali…teman saya bilang: Itu ANEMIA! Kok bisa?

Saya kemudian pergi ke dokter, memeriksa apa sebenarnya yang terjadi. Dokter bilang saya tidak apa-apa. Tubuh saya normal. Hanya sedikit perlu istirahat dan minum suplemen penambah darah jika perlu. Saya pulang dan pergi ke apotek terdekat, beli vitamin tambah darah dengan inisial: SB*pasti tau lha…

Semenjak itu saya merasa tertolong sekali, setiap saya mulai merasa keliyeng-keliyeng saya langsung minum SB, gak perlu menunggu lama, 10-15 menit saya sudah normal. Tetapi anemia dadakan itu masih sering menjangkit saya, aneh! Di dalam tas saya pasti ada obat SB tersebut buat jaga-jaga maksudnya. Temen cewek saya malah bilang: “Kaya orang lagi haid aja, bawa SB kemana-mana” 😀

Suatu hari temen cewek saya bilang:

“Loe suka anemia prim?”

“Iya, kenapa ya??”

“Loe suka minum teh ya?”

“Eh? emang kenapa? emang ngaruh?

“Iya lha! teh kan ada tanin-nya, mana boleh orang anemia minum teh!”

 

Saya seperti tersambar petir siang bolong! TANIN? apa pula itu? Jangan-jangan benar apa yang dibilang teman saya itu. Anemia ini karena terlalu banyak minum teh???

Saya pergi ke dokter lagi hanya sekedar konsultasi singkat. Well, kira-kira penjelasannya mirip seperti ini:

Selain rasa nikmat menyegarkan, dalam air teh juga terdapat rasa sepat. Rasa sepat ini timbul karena adanya zat tanin di dalam air teh yang kemudian bereaksi dengan protein mukosa di dalam mulut. Sama halnya bila kita makan buah salak atau jambu biji, kadang-kadang timbul rasa sepat, karena keduanya juga mengandung tanin.

Yang dipermasalahkan dengan adanya tanin dalam air teh bukan rasa sepatnya, tetapi karena sifat zat ini yang dapat mengikat mineral. Barangkali sering kita lihat adanya lapisan tipis di permukaan air teh, bila air yang dipergunakan banyak mengandung mineral (air sadah). Lapisan tipis tersebut sesungguhnya adalah hasil reaksi antara mineral dengan tanin, membentuk tanat. Pabila tanin tersebut bereaksi dengan mineral-mineral dalam makanan, maka mineral tersebut akhirnya tidak dapat digunakan tubuh dan terbuang bersama feses.

Suatu studi yang dilakukan oleh dr.Yona Amitai dari Children’s Hospital Medical Center di Boston, menemukan bahwa anak bayi di Jerusalem yang meminum air teh sebanyak 250 ml per orang per hari, mempunyai kadar besi yang rendah dalam darahya. Disimpulkan bahwa hal ini terjadi karena adanya pengikatan besi oleh tanin dari air teh, sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh tubuh. Ditegaskan bahwa mineral besi yang dapat diikat oleh tanin tersebut adalah apa yang disebut non heme iron, yaitu yang berasal dari serealia, sayuran atau buah-buahan. Sedangkan yang berasal dari daging adalah heme iron, yang dapat segera digunakan oleh tubuh. Mengingat bahwa umumnya di Indonesia konsumsi daging masih sangat rendah, terutama pada golongan kurang mampu, maka pengaruh konsumsi air teh pada bayi/anak patut diwaspadai sebagai salah satu penyebab anemi gizi yang masih merupakan salah satu maslah gizi nasional. (Sumber: http://ipb.ac.id)

Kesimpulan: Teh mengandung TANIN, tanin mengikat zat besi, zat besi dibutukan tubuh membentuk hemoglobin, kekurangan hemoglobin berarti anemia!

Saya mulai kilas balik, ternyata benar, setiap saya pusing, saya minum teh, dan kondisi saya semakin drop. Parahnya lagi saya sudah sangat sensitif dengan tanin! Sedikit saya minum teh, saya segera minum SB untuk mengimbangi teror tanin tersebut. Jika tidak, jalan saya seperti mau roboh persis gejala darah rendah akut. Siapa sangka saya yang seger buger begini “kalah” sama minuman ringan bernama teh! Saya sempat stress karena mau tidak mau saya akhirnya harus STOP MINUM TEH!

Teman-teman dekat saya sudah tahu kalau saya “alergi” teh, mereka seperti sudah hafal slogan “Jauhkan Prima dari Teh!

Satu kali saya ingin sekali minum teh, saya beli satu kotak kecil teh di minimarket, teman di sebelah saya menyindir: “Mau bunuh diri loe???” 😀 saya pun meletakkan lagi teh itu. Duh, ini rasanya jadi pecandu yang mau sembuh…

Dan setiap kali saya drop dan tiduran saja di kamar, teman saya bilang: “Loe pasti nge-teh…” Yeah, mereka benar. Saya yang tadinya dapat penghargaan “Penggemar Teh” berubah menjadi “Penggemar SB”, ntah sudah berapa kali saya bolak-balik apotek hanya untuk beli SB. It’s suck!

Sahabat, 6 bulan saya puasa teh, kondisi saya kemudian menjadi lebih normal, 6 bulan kemudian, saya mulai minum teh dengan kuantitas yang kecil, bisa cuma berapa sedot, sekali dalam satu minggu. Setahun kemudian saya sudah tidak pernah lagi anemia. saya juga tidak se-addict yang dulu dengan teh. Saya minum teh secukupnya.

Sekarang setiap saya melihat botol teh, saya cuma tersenyum mengingat kisah ini.

Apa sahabat juga pernah mengalami atau mendengar hal ini???

 

Salam Sehat!

 


Aku Kuat

Tuhan hari ini aku ingin mengaku, bahwa aku tidak setegar apa yang aku katakan… (Yesterday’s status on FB)

 

Sahabat Blogger, kemarin menjadi hari yang tidak terlalu meyenangkan bagi saya. Berawal dari kegiatan chat di skype oleh seseorang yang penting bagi saya dan masa depan saya. Inti dari percakapan itu bahwa dia tidak bisa menjamin apakah saya bisa benar-benear bekerja di tempat itu. Saya jujur sangat kecewa. Dengan kata lain saya 80% failed.

 

Sejenak berbaring di kamar yang sempit ini, laptop saya masih memperdengarkan lagu-lagu lama. Saya berpikir satu lagi ujian menimpa hidup saya, Saya Kuat begitu kata hati saya.

 

Tidak berapa lama, saya mendapat kabar bahwa seorang sahabat akan segera terbang ke US minggu depan untuk jangka waktu yang lama. *deg! Rasanya sedih tidak sempat berpamitan dan bersua sebelum kepergiannya. Ah, mengapa begitu cepat! Satu demi satu sahabat pergi menggapai impian masing-masing, sedangkan saya masih terbaring sendiri di kamar ini. Sendiri. Tanpa pekerjaan.

 

Saya Kuat kata saya lagi.

 

“Prim, rasanya HRD menginginkan orang yang mau bekerja dalam jangka waktu lama, karena ini bukan masalah jual barang, ini masalah jasa, dan mereka membutuhkan tanggung jawab moral..”

Satu lagi kalimat terngiang di telinga saya… Apakah dilema seperti ini akan selalu menghantui saya. Menunggu sesuatu yang lain tanpa kepastian.. sampai kapan?

Saya Kuat.

 

Seorang sahabat mengajak chatting, tetapi semua semangat yang diucapkan lewat tulisan-tulisan semakin membuat hati saya sakit. “Semangat Prim ! jangan sedih ya… ” Damn! Saya semakin labil. Saya segera berpamitan dari dunia chat dan memutuskan untuk tidur sejenak. Saya lelah.

 

Tuhan, saya mengaku saya tidak sekuat yang saya ucapkan. Mohon segera kirimkan ribuan balok es agar hati ini menjadi kaku dan setegar batu karang. Saya pun tak lama tertidur dalam doa.

 

Sebelum tidur pikiran saya terbang melayang jauh ke masa lalu, kenapa saya masih selemah yang dulu. Tidak sekuat apa yang saya ucapkan. Tidak sekuat yang orang lain kira.

**

 

Saya mengingatnya sebagai “Tragedi Kebun Jeruk

 

Sore itu adalah hari terakhir seorang pemuda bekerja di negeri seberang. Rasanya begitu berat meninggalkan tempat di mana dia sudah terbiasa. Tetapi hidup terus berjalan dan waktu tidak menunggu siapapun. Pemuda itu tetap harus maju ke depan.

 

Masih ada beberapa hari ke depan untuknya berpamitan. Tetapi memakai baju kerja dan kelelahan hari ini rasanya akan menjadi hal terakhir yang patut dia ingat. Saya pasti bisa, hadapi dengan senyumanSaya Kuat.

 

Pemuda itu berjalan ke pelataran parkir mobil, menyalakan mesin, dan melaju pulang. Ini sore terakhir. Semua ingatan di tempat ini akan berakhir dengan tanda titik, bukan koma.

Gedung ini

Jalanan ini

Pertigaan ini

 

Seperti biasa, Pemuda itu nyalakan musik bernada riang “Horrreyyy!” Dia selalu riang saat pulang kerja, itung-itung menghilangkan rasa lelah.

Perjalan pulang berlanjut. Pemandangan – pemandangan ini yang akan dia rindukan.

Mata pemuda itu diam-diam memandang tempat ini dengan penuh kasih. Jalanan ini yang dia lewati setiap hari selama setahun, tanpa lelah. Segera akan hilang.

Saat melalui kebun jeruk, ntah kenapa pemuda itu tidak bisa lagi mendegar lagu riang yang sedang dimainkan. Tidak terasa air matanya menetes. Dia mengusapnya, kemudian dia kencangkan volume lagu. Lebih keras lagi.

 

“Saya Kuat”

 

Di antara deru mesin dan lagu.

Setir mobil menjadi tidak stabil. Dia parkirkan mobil di pinggir jalan sepi itu.

Dia terdiam sejenak. Kepalanya bersandar pada stir.

Terisak.

Pemuda itu pun menangis sejadi-jadinya. Konyol seperti anak kecil.

 

Angin lembut di awal musim dingin itu menemani isakan seorang pemuda yang terduduk di bangku mobil. Sinar keemasan  matahari sore tidak mampu mengeringkan butiran air matanya. Samar-samar aroma jeruk menemani badannya lunglai bersandar. Sudah lebih dari 5 menit berlalu. Beberapa mobil berlalu seperti biasa. Mereka tidak tahu bahwa seorang pemuda sedang menangis di dalamnya.

Dia merasa malu pada dirinya sendiri. Dia tidak sekuat yang dia ucapkan.

Mobil pemuda itu kemudian beranjak pelan ke arah danau Apopka, tempat dia biasa melepas penat sepulang kerja.

 

Ini menjadi pertemuan terakhirnya dengan danau itu. Wajahnya menyapa danau itu dengan senyuman dan mata nanar. Di langit segerombolan burung-burung dari utara tampaknya mulai meninggalkan tanah yang mulai mendingin itu. Semilir angin senja menimbukan riak kecil di danau itu. “Kita akan bertemu lagi suatu hari nanti” pemuda itu berbisik.

Senja merayap di ufuk barat. Pemuda itu pulang dan mengambil gambar dirinya dan danau kesayangannya  melalui pantulan kaca mobilnya.

Dia sadar bahwa air mata memang tidak akan mengubah apa-apa. Ia hanya manusia yang dengan keterbatasannya, mencoba setegar batu karang, meskipun akhirnya dia hanyalah seonggok daging lemah yang hanya bisa berdoa.

 

“Aku Kuat”

***