Frames, Green, Rustle and Sweet Tea

Bersahabat dengan Kesederhanaan

Sahabat,

 

Pertengahan tahun 2009 saya pulang kembali dari ke tanah air setelah satu tahun tinggal di Amerika. Tentu saja kondisi Indonesia sudah sedikit banyak berubah, meskipun hanya setahun, saya bisa merasakan kemajuan pesat di berbagi bidang. Begitu pula dengan gaya hidup yang semakin syarat dengan teknologi dan trend.

 

Lalu saya berpikir, apa kemajuan yang saya peroleh selama ini? Ya saya akui pengalaman bekerja dan tinggal di luar sedikit banyak menambah ilmu dan wawasan saya tentang banyak hal. Bagaimana dengan gaya hidup dan pola pikir? Hmmm..ini satu yang menarik bagi saya. Secara tidak sadar saya telah mengubah paham-paham yang memenuhi otak saya sebelum saya tinggal di luar negeri.

 

Dulu saya berpikir untuk selalu tampil wah, ingin tampil dengan “kulit” yang mentereng, mendahulukan gengsi, brand-minded, ingin dipandang tidak dengan sebelah mata, memandang orang hanya dari “kulit”nya. Sedikit banyak saya sering terlibat persaingan kurang sehat atau sikut sana-sikut sini. Intinya kesemuanya berhubungan dengan materi dan gengsi.

 

Ketika lingkungan saya menjadi semakin bergejolak dengan hal-hal di atas, saya malah banting stir dengan satu kata: kesederhanaan. Bukan karena saya tersadar mendadak, atau tiba-tiba saya dapat hidayah di sebuah pengajian, tetapi ini semua berasal hanya dari: kebiasaan. Ya, kebiasaan saya selama tinggal di luar negeri.

 

Banyak gejolak dalam diri saya sendiri saat menghadapi kondisi lingkungan di tanah air. Tidak jarang saya menjadi stres sendiri dengan segala pro-kontra dalam pikiran saya. Maju atau mundur? Iya atau tidak? Bagaimana baiknya?

 

“Prim, kayanya lu harus ganti BB deh! Biar kita bisa BBM-an, biar gaul gitu lho… “

Saya kembalikan jawabannya pada diri saya, apa yang saya lakukan jika saya berada di luar negeri ? Handphone saya di sana biasa saja, tidak perlu bermerk wah, fitur yang sesuai kebutuhan,  jauh dari yang namanya trend, dan pastinya yang murah ! saya belum butuh BB atau yang lain saat ini.

 

“Prim, baju merk X lagi diskon lho… borong yuk ! “

Saya berpikir lagi, harga baju sangat mahal di luar sana, saya bahkan tidak sempat memperhatikan brand, yang penting nyaman dan murah atau ada diskon. Orang sana juga kebanyakan tidak sibuk dengan brand dan fashion. Tidak jarang saya pergi ke toko barang second hand, hanya untuk mendapatkan barang bagus layak pakai dengan harga murah. Lagipula baju saya sudah cukup banyak. Lain kali saja.

 

“Prim, liat deh laptopnya: Apple! Keren banget ya,pasti orangnya tajir abis, bla, bla…”

Saya berpikir, saya sudah pernah menyentuh brand itu, rasanya biasa saja, tidak membuat saya mendadak menjadi pandai dan bijaksana. Tidak penting inputnya, yang terpenting adalah sebaik apa outputnya bagi orang sekitar. Sahabat, bukan saya menjelekkan produk tersebut, hanya saja saya bisa mendapat barang dengan fitur lebih baik dengan harga yang sama. Brand-minded nyatanya lebih menyusahkan buat kantong dan hati. Saya salah satu korbannya.

 

“Males deh ngomong ma dia, kampung banget, dia kan cuma kerja jadi SPG, bla, bla”

Saya berpikir, masa sih? Di luar sana, boss berbicara dengan anak buah seperti teman, hangat dan professional, jauh dari soal diskriminasi. Tidak sedikitpun terlintas apa jabatanmu? Seberapa mahal mobilmu? Toh, manusia sama, miskin kaya sama saja. Sama makan nasi dan minum air. Apa penampilan dan materi akan melahirkan kasih sayang tulus dan persahabatan? Tidak. Saya lelah dengan kesenjangan sosial yang diciptakan dengan sengaja. Tidak melahirkan apa-apa kecuali iri hati dan kesombongan. Saya jadi malah capek hati sendiri.

 

 

Sahabat,

 

Banyak hal yang kemudian saya kiblatkan pada kesederhanaan hidup yang saya alami selama tinggal di luar negeri. Kesederhanaan yang membuat saya merasa lebih nyaman, apa adanya dan tanpa kepura-puraan. Pola pikir yang banyak mengajari saya tentang hidup lebih tenang dan lapang. Membebaskan pikiran saya dari firasat dan prasangka yang membuat saya tersenyum lebih tulus dan lebih cerah.

 

Tentu tidak mudah untuk sebuah permulaan. Banyak godaan dan aral yang melintang yang membuat saya sedih dan gundah seperti contoh yang saya sebutkan di atas. Tetapi selalu focus pada tekad dan kenangan saya selama tinggal di luar negeri membuat saya semakin kuat dan kuat menjalani hidup dengan kesederhanaan. Tahun ini memang sangat sulit bagi saya dalam mengolah hati dan pola pikir, tetapi saya yakin akan lebih mudah dengan berjalannya waktu.

 

Saya bangga karena saya pernah belajar kepada sebuah kehidupan berbeda, di negeri yang berbeda, di mana saya bersahabat baik dengan kesederhanaan. Meskipun kini saya sudah jauh dari negeri itu, kesederhanaan meninggalkan jejaknya di hati saya. Dan saya berjanji akan mengenangnya terus.

 

Saya pribumi yang belajar dari sebuah perjalanan hidup di negeri orang. Bukan hanya sekedar ilmu dan pengetahuan, tetapi banyak hal yang tidak dapat dibeli dengan uang. Tuhan tidak hanya memberikan saya kesempatan luar biasa untuk tinggal ke luar negeri, tetapi  sekaligus memberikan saya kesempatan untuk belajar. Belajar hidup yang lebih baik.

 

Saya kuatkan tekad di tahun mendatang. Sadar tidak sadar, mau tidak mau, saya merasa inilah kesederhanaa yang saya inginkan, dan saya akan berjuang lebih keras untuk itu. Ada tiga poin penting yang selalu saya ingat dalam menjaga persahabatan saya dengan kesederhanaan :


  1. apakah saya sudah tulus dan apa adanya?
  2. apakah ini hanya keinginan dan gengsi atau memang kebutuhan?
  3. apakah saya menilai orang ini hanya dari penampilan dan materi semata?

 

Saya sering mempertanyakan tiga poin tersebut pada diri saya sendiri. Yup, semoga tahun depan saya bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang kuat dan tegas.

***

 

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.

 

65 responses

  1. iya… itu bagusnya kalo kita tinggal di luar negeri, kita harus bisa mencoba untuk mengambil positive habit/culture mereka untuk kita terapkan di negara sendiri.
    toh emang di setiap budaya pasti ada plus minus nya. tinggal kitanya yang harus pinter2 menyaring… ya gak… 🙂

    16 December 2010 at 4:07 AM

    • Makasih mas Arman…. saya yakin mas arman ngerti banget apa yang saya utarakan disini.. 🙂 Thanks mas, itulah satu dari banyak good habit yang saya terapkan sekarang 🙂

      16 December 2010 at 9:44 AM

  2. utamakan fungsi daripada gengsi 😀

    kalo nuruti apa kata orang, gak bakal selesai Prim… jadilah diri sendiri dengan pribadi yang kuat dan berpengaruh (semoga Oyen bisa demikian), karena kebanggaan tak terletak pada penampilan, tapi manfaat apa yang bisa kita berikan

    Cayo! 😀

    16 December 2010 at 4:10 AM

    • Thank mbak Oyen! Iya mbak saya mau jadi pribadi yang kuat dan berpengaruh, karena manfaat… 🙂 Chaiyo!

      16 December 2010 at 9:47 AM

    • WAHH KLO UDAH MBAK OYEN NONGKRONG DISINI DAN NGE-LIKE, BIASANYA PEMENANG NIH.. HEHEHE

      16 December 2010 at 9:59 PM

  3. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam K.U.M.A.T – Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.
    Akan dicatat sebagai peserta

    Salam hangat dari Markas BlogCamp di Surabaya

    16 December 2010 at 6:09 AM

    • Horeeeee!!! Makasih pakde, udah takut aja gak lolos verifikasi..heheheheh…

      Tidak berharap menang sih, yang pentik EKSIS!!!! LOL

      Salam hangat pakde.

      16 December 2010 at 9:59 AM

  4. jadi, Prim.. boleh dong tukeran Pin?
    xixi.. **Pin ATM maksudnyah.. 😛

    setuju dgn semua yang Prima tulis.
    kembalilah pada hati
    kembalilah pada isi
    bukan bungkusnya.

    sukses ya Prim..!

    16 December 2010 at 8:04 AM

    • Thanks Bundoooo….

      Hehhehehe…pin atm? wkakkakaka….

      16 December 2010 at 10:00 AM

    • aku juga mau ahh PIN nya mas.. 😛

      16 December 2010 at 9:56 PM

  5. nyengir pas bagian ini
    ““Prim, liat deh laptopnya: Apple! Keren banget ya,pasti orangnya tajir abis, bla, bla”

    ha….ha…ha…ha…ha.. bener banget…gw suka geregetan..liat ABG petantang..petenteng… bawa Apple,, padahal mah isinya cuma foto, excel ama word..sama game dah..

    hidup sederhana kedengarannya gampang,,tapi sebenarnya susah,,
    karena kita harus meredam ego, dan bersahabat dengan kata sabar dan ikhlas..
    he…he…he

    gw suka tulisan yang ini,,daripada yang waktu itu lo kasih.. 😛

    16 December 2010 at 9:13 AM

    • Thanks put… bener meredam ego adalah cara dewasa mengenal kesederhanaan juga… 🙂

      Heheheheh… gw kan bilang, gw ganti ma versi curhatan, lagi2 meneladani tulisan om NH. He’s just simply damn good in motivating. apaaaa cobaaaaa…wkakakakakka…

      16 December 2010 at 10:05 AM

      • satu lagi, huuuuaaaaaaa gw tadi malem lembur sampe jam 4 cuma buat tulisan baru ini T_T hiks2…untung pakde belum tutup toko! mata masih kriyep2 sekarang…

        16 December 2010 at 10:06 AM

      • ha….ha….ha….ha…ha..a.
        orang gila… 😀 😀 😀
        gw mah langsung molor..
        maaf yak semalem gw tinggal..
        susah emang..
        jadi putri tidur..
        jam 10 alarmnya nyala.

        16 December 2010 at 2:36 PM

  6. salut saya sobat
    kesederhanaan memang indah
    3 pertanyaan di atas
    ehm berlaku jua untukku

    16 December 2010 at 9:44 AM

  7. Iya kang, saya nih emang telat menyadari indahnya kesederhanaan…

    Nuhun kang…

    16 December 2010 at 10:08 AM

    • Sami2 🙂
      saya BW sekarang khawatir besok2 dalam beberapa hari gak sempat BW dan ngeblog 🙂

      16 December 2010 at 10:50 PM

  8. Saya mau komentar yang ringan-ringan saja …
    1. Saya juga tidak punya BB … alasannya ..?? Biar Beda sama yang lain …

    2. Saya pun (jarang) memakai baju bermerek … alasannya ??? Biar Beda sama yang lain juga …

    3. Kalau dasarnya sudah ganteng … ya ganteng saja … tidak peduli apa yang dia pegang tidak peduli apa yang dia pakai … ??? kalau ini … jelas beda dengan yang lain …

    Hahaha

    Maap Prim … (lagi terkena sindrom #42 … Nggak konek …)

    Eniwei …
    Sukses di perhelatannya pak de ya Prim …

    Salam saya

    16 December 2010 at 10:21 AM

    • Jiaaahhhhh….

      Sindrom # 42 jadi pengen beda, dari penampilan sampe komen, hahahahahah…

      Salam “salim” om… *hug

      16 December 2010 at 10:36 AM

    • HAHAHAHAHA… 😀

      16 December 2010 at 10:00 PM

    • 1. saya juga om…..tapi alesannya sayang duitnya…kebayang kalo saya pegang bb melulu, gimana anak saya ya?
      2. baju….apalagi….tanah abang punya sdh cukup.

      soal apple…tapi emang keren sih prim….(ga tahan deh…), tp belakangan jd kesulitan sendiri tuh prim…susah kalo tb2 kondisi terdesak..file jd suka berantakan kalo dibuka di tempat lain.

      semoga berhasil ya adekku yang ngakunya pemalu….kamu pasti bisa!!!

      semangat!

      trimakasih ya sudah mengingatkan saya juga nih 🙂

      20 December 2010 at 3:07 PM

  9. setuju, buat apa punya barang mewah kalau sekedar buat gengsi…

    16 December 2010 at 11:33 AM

    • tos mbak.. 🙂

      16 December 2010 at 10:13 PM

  10. salut buat pemikiran prima…

    berpikir bahwa segala sesuatu-nya dinilai dari kebutuhan yang kita perlukan….

    Ada saatnya bertindak lebih….namun jauh lebih bijak jika kita dapat berlapang2 terlebih dahulu segala sesuatunya

    16 December 2010 at 3:38 PM

    • Makasih mbak putri, kesederhanaan adalah satu ayng sulit diterapkan di negeri ini, saya saja rasanya megap2…hahahahah…

      16 December 2010 at 10:15 PM

  11. r10

    orang indonesia memang bergaya hidup mengikuti trend… saya sendiri mencoba tdk terhanyut dalam arus trend tersebut, kalau memang tidak butuh buat apa di beli / dipakai?

    16 December 2010 at 5:34 PM

    • Iya mas, kita harusnya mulai menyadari bahwa busaya itu gak nyaman di kantong, gak nyaman di hati… 🙂

      16 December 2010 at 10:16 PM

  12. Sore!!!!!!

    Ditengah-tengah harus lembur menyempatkan diri main-main dari blog satu ke blog lainnya….

    Wah di sini Hani menemukan perenungan yang luar biasa, tentang kesederhanaan 🙂
    Nice sharing.

    Sederhana itu memang indah. Ada beberapa point yang juga Hani temui ney…

    Pertama ” Han….minta pinnya dunk ” polos Hani menjawab ” hah pin? pin apaan? pin ATM? ” teman tertawa ” Ah, kamu..hari gini nggak punya BB, beli dunk…. ” begitu katanya, nyengir dech, masalahnya masih belum butuh dan buat apa gitu…..kalau butuh Ok, lah…

    Kedua, saat lagi bareng-bareng di sebuah cafe ada teman lagi bilang ” ah, elu gini2 doang beli Apple dunk ” sambil nutupin layar monitor laptop….cuma senyum dah…gini aja hasil pinjeman lunak Bunda….

    Semoga dari kesederhanaan ini kita menjadi pribadi yang luar biasa 🙂

    16 December 2010 at 5:44 PM

    • Menjadi sederhana bukan berarti menjadi “rendahan”, tetapi wujud nyata dari kebijaksanaan hati ya hani… hidup harus banyak belajar, pelan tapi pasti… 🙂

      16 December 2010 at 10:18 PM

  13. renungan luar biasa.. dan dari sini saya juga menarik kesimpulan bahwa saya lebih mementingkan menjadi diri sendiri, terbuka apa adanya dan tidak ikut-ikutan orang lain kalau itu tidak membuat saya mendapatkan kepuasan batin.

    16 December 2010 at 7:49 PM

    • Iya, peliharalah keinginan dan hati, menjadi sederhana terlihat mudah, tetapi tidak semudah itu 🙂 tetapi saya terus berusaha, semoga mas juga…

      16 December 2010 at 10:20 PM

  14. sederhana kehidupan hedonisme tersingkirkan….

    16 December 2010 at 8:10 PM

  15. kesederhanaan kita…..stuju

    16 December 2010 at 8:11 PM

    • setuju!

      16 December 2010 at 10:23 PM

  16. wah, Prima tulisanmu membuat bunda terharu, ternyata jauh dr ortu dan tanah air membuat dirimu tumbuh dlm kedewasaan berfikir dan bertindak 🙂

    kesederhanaan memang indah, krn kita bisa jadi diri sendiri,
    tdk semua orang bisa atau mau dan mampu utk jadi diri sendiri agar diterima dilingkungannya.

    kita memang hrs tau dgn pasti , apa yg kita butuhkan , bukan apa yg kita inginkan.

    jadi, brp nih pin mu Prim….xixixixxi…… 😛

    Selamat ya Prima , semoga beruntung dlm acara KUMAT di BlogCamp ini 🙂
    salam

    16 December 2010 at 8:40 PM

    • Thanks bunda…

      Menajdi sederhana itu sulit ternyata bunda, cuma tidak ada yang tidak mungkin..

      I’ll do my best! 🙂

      16 December 2010 at 10:24 PM

  17. Kesederhanaan.. mungkin lebih lengkap bila ditambah dengan cinta dan kasih sayang terhadap sesama.. dulu ketika aku 2 tahun di Singapore.. aku tidak merasakan adanya kasih sayang disana.. masing-masing sibuk dengan dirinya dan bisnisnya.. Ingat Kawan “lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang” salam kenal

    16 December 2010 at 8:59 PM

    • Duh, ikut prihatin ya mas, hidup di singapore mungkin mirip di NYC yang sangat hectic dan berorientasi pada uang, beruntungnya saya tinggal di kota kecil di FL dan NC, di sana saya juga banyak dapat kasih sayang dari teman kerja, tetangga, teman satu agama, dan tentunya teman2 indonesia…
      salam kenal 🙂

      16 December 2010 at 10:27 PM

  18. iya yah napa diindo sini kayanya apa-apa semua diukur ama materi,brand..
    beruntung deh mas udah keluar negeri sana dan dapat pembelajaran yang sangat penting kaya gini..
    anyway.semoga menang yah mas.. 🙂

    16 December 2010 at 10:04 PM

    • Hahahah…iya mbak, saya juga ingin orang tau, bahwa tinggal di luar neegri bukan berarti berfoya-foya… 🙂
      saya gak ngarep menang,ikutan biar eksis gt lho, wkakakakaka…. *plis deh

      16 December 2010 at 10:28 PM

  19. KAU UDAH MELAMPAUINYA SEKARANG..
    AKU RASA SEMUA YANG PENTING DALAM HIDUP DAH KAMU GENGGAM..
    AKU IKUT DOAKAN SEMOGA TAHUN DEPAN KAU BISA DAPATKAN JAWABAN DAN WUJUDKAN SEMUA IMPIAN..

    SALAM..
    DARI AKU..

    OY MOGA MENANG JUGA DI ACARA KUMAT NYA PAK DE..

    16 December 2010 at 10:05 PM

    • Belum dro… hidup ini tidak henti untuk belajar…
      justru aku banyak belajar dari tulisan para blogger…

      thanks ya.. 😀

      16 December 2010 at 10:31 PM

  20. BTW SEMUA PADA TURUN SALJU DI BLOG.. TU GMANA?? HEEHE

    16 December 2010 at 10:18 PM

    • check komenku di blog ya…

      16 December 2010 at 10:29 PM

  21. Bangsa kita Indonesia tercinta ini, tampaknya agak sukar bersahabat dengan kesederhanaan. Bahkan berteman dengan keserhanaan saja enggan. Semua ingin terlihat wah dengan se wah wah nya…gak mau kelihatan dan dikatakan miskin meskipun para aktivis berkoar-koar bahwa rakyat masih miskin. Semua sdg lebay saat ini. Apa penyebab dari semua ini, adakah yang bisa menjawab???

    17 December 2010 at 12:06 AM

    • gak ngerti juga mas, padahal di luar sana orang cuek-cuek aja… mungkin karena orang indo terlalu sering memikirkan apa yang dipikirin orang, jadi semua atas dasar pikiran orang lain, padahal belum tentu baik kan… 😦

      18 December 2010 at 9:14 PM

  22. Moga sukses kontesnya.

    17 December 2010 at 12:08 AM

    • Thanks pak guru… 🙂

      18 December 2010 at 9:21 PM

  23. Keren mas…
    Zuhud (kesederhanaan) itu adanya di hati, harta yang ia miliki bukan untuk gengsi,
    tapi lebih pada fungsi, sarana untuk kepentingan dunia dan akhiratnya..

    Bukan untuk strata sosial, dianggap oleh orang lain dan sebagainya,
    tapi ia lebih memilih memikirkan apa pandangan Robbnya padanya..

    Semoga tahun depan semakin baik, dan semoga kontesnya menang..
    aamiin

    17 December 2010 at 8:38 AM

    • Hmmm…”Zuhud” ya mas… kaya nama orang 🙂
      duh, quotenya keren: memeikirkan apa pandangan robbnya padanya… T_T

      thanks mas…

      18 December 2010 at 9:31 PM

  24. mandor tempe

    Ternyata di luar negeri tidak seperti yang saya banyangkan. Bagaimana tidak, merek-merek dari luar negeri begitu terkenal dan sangat berpengaruh terhadap mode di dalam negeri.
    Ternyata di sana jauh banget dengan orang-orang di Indonesia, kesederhanaan lebih dominan.

    17 December 2010 at 9:47 AM

    • Orang indonesia konsumtif mas, orang luar mikir2, soalnya biaya lain-lain mahal, ajdi mereka punya skala prioritas, kalo bukan natal, birthday, atau thanksgiving gak bakal beli barang aneh2… 😀

      18 December 2010 at 9:33 PM

  25. Ann

    Syukurlah kalau pengalaman di US bisa membawa manfaat dan memberi pencerahan, karena banyak juga yg pulang dari luar negeri malah menjadi lebih materialistis.
    Oya, Aku itu pemakai Apple tapi bukan karena gagah2an tapi karena… (?)

    17 December 2010 at 9:52 AM

    • Hahahah…iya mas, kayanya rugi kalo malah gak ada “perbaikan diri”
      pasti mas di kasih… hahahahaha…. sotoy 😛

      18 December 2010 at 9:35 PM

  26. Yustika Muharastri

    Nice writing 🙂
    Semoga sukses di kancah per’kontes’an!

    Hehehe…
    Hidup kalo nurutin gengsi gak bakal pernah puas, pilihan yg lebih baik adlh memaksimalkan utilitas, hihihi….. 😀

    17 December 2010 at 10:28 AM

  27. wh wah sekarang ini dengan begitu banyak trend yang beredarmembuat orang2 kalap tnap memperhatikan efek dr budaya konsumtif tanpa logika itu..ckckckc mari kembali hidupsederhana..postingan yang bagus mas.. ^^

    18 December 2010 at 8:05 AM

    • Thanks kang iyan… 🙂

      18 December 2010 at 9:37 PM

  28. Akbar Adjie Pratama

    percaya or tidak itu yang selalu gw pikirin

    18 December 2010 at 9:41 AM

    • tos bar!

      18 December 2010 at 9:54 PM

  29. well, memang harus disadari bahwa bangsa Indonesia masih harus banyak belajar dari bangsa lain.

    saya juga belajar dari teman-teman bule yang kebetulan lagi ada perlu di Indonesia. mereka amazed banget waktu liat rumah yang gedenya kaya istana, dan ngeliat hape bagus berseliweran di mana-mana.

    dan saya masih ga percaya bahwa Indonesia adalah pasar terbesar Blacberry, bahkan ngalahin pasar di negara produsennya sendiri…

    19 December 2010 at 8:43 AM

    • Begitulah mbak…

      saya sendiri merasa nyaman dengan cara hidup orang bule… mereka sederhana tetapi tepat guna… 🙂

      19 December 2010 at 8:31 PM

  30. Salut buat sobat yang punya prinsip sendiri yang mengutamakan kesederhaan, tidak melupakan budaya sendiri, meski pernah melalang buana ke luar negeri. Salam persahabatan 🙂

    19 December 2010 at 12:20 PM

    • Iya mas… sebenrnya justru budaya bangsa kita nih yang agak2 bikin saya gak nyaman… gengsinya tinggi 🙂

      19 December 2010 at 8:32 PM

  31. mampir dengan membawa buku besar peserta KUMAT sambil melakukan penilaian.
    Salam hangat selalu

    19 December 2010 at 3:11 PM

    • Makasih mas iwan..

      salam…

      19 December 2010 at 8:50 PM

Leave a comment