Frames, Green, Rustle and Sweet Tea

Melihat Malaikat

Sahabat, kali ini saya belajar menulis cerpen. Cerpen ini fiksi se-fiksi-fiksinya. Semoga menghibur :mrgreen:

 

Aruna, gadis belia itu tampak seperti gadis biasa kebanyakan. Sikapnya yang periang, ramah, dan lemah lembut tidak pernah menampakkan kegelisahan hatinya yang dia pendam selama ini. Tidak ada yang pernah tahu ada sebuah rahasia dalam hidupnya. Bahkan ayah dan ibunya sekalipun. Rahasia yang hanya dia simpan untuk dirinya sendiri.

Aruna, nanti malam ikut ya jalan-jalan ke mall sama anak-anak?

Nggak ah…

Kenapa?

Nanti malam hujan sangat lebat, banjir dimana-mana.

Kok kamu tahu?

Iya filing aja.


Aruna, jadi ikut lomba menulis cerpen di kampus?

Nggak, aku dah tau pasti kalah..

 

Aruna, aku sedih, hari ini aku kecopetan…hiks…

Sabar, sebentar lagi ada rejeki besar yang datang.

 

Aruna, Pak Tohar, ketua RT kita meninggal semalam!

Ya, aku sudah tahu…

Lho kamu kan semalaman tidur?

Ada yang bilang di mimpi.


Begitulah Aruna. Gadis itu terkadang membuat suatu peryataan sederhana yang menjadi kenyataan atau yang sudah dia ketahui. Bukan karena dia serorang peramal handal atau ahli nujum. Semenjak kecil Aruna mempunyai satu keistimewaan. Dia bisa melihat malaikat.

Makhluk gaib bersayap itu seolah-olah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Aruna sudah biasa melihat kehadiran mereka di mana-mana. Di rumah, di pasar, di kantor, di kampus, di rumah sakit, di seluruh tempat di bumi ini. Makhluk-makhluk itu datang pergi, terbang hilir mudik di depan matanya, seperti tidak seorangpun melihat mereka. Awalnya Aruna hanya bisa diam memandang gerak-gerik makhluk bercahaya itu, tetapi dengan berjalannya waktu, Aruna kini mampu mengetahui alasan kedatangan mereka.

Aruna kecil dulu sering melihat sekawanan malaikat yang terbang hilir mudik di udara di atas langit rumahnya. Mereka seperti berdoa dan membawa berkah-berkah dari langit. Tidak lama, awan menjadi mendung, udara menjadi sejuk  dan turunlah hujan. Malaikat menyampaikan jawaban Tuhan atas doa-doa hambanya yang menginginkan hujan. Sejak itu Aruna tahu, kapan akan turun hujan dan kapan hujan akan turun sangat lebat. Dia cukup melihat gerak-gerik malaikat yang terbang di langit.

 

Aruna sering melihat malaikat datang kepadanya atau datang ke orang lain. Memberikan cahaya rezeki yang tertulis di lembaran yang mereka bawa. Itulah malaikat pembawa rezeki. Aruna tahu apakah dia akan mendapat rezeki istimewa hari ini, atau tidak sama sekali. Kadang kala Aruna juga bisa tahu apakah nasib buruk akan menimpa dirinya, atau orang lain.

Satu kali Aruna berkata kepada temannya untuk pergi ke kampus hari ini meskipun hari itu tidak ada kelas. Ternyata teman Aruna itu melihat pengumuman bahwa dirinya adalah penerima beasiswa luar negeri yang di umumkan hari itu. Aruna sudah mengetahuinya. Hari sebelumnya dia melihat seorang malaikat datang kepada temannya tersebut dan menyampaikan cahaya rezeki kepadanya.

 

Aruna bahkan bisa melihat malaikat pencabut nyawa yang selalu mengikuti seseorang di hari-hari menjelang kematiannya. Suatu hari Aruna sedang menunggu kereta di stasiun terdekat dari rumahnya. Hari itu adalah hari senin. Banyak sekali orang lalu lalang memulai aktivitas kerja. Aruna menangis pagi itu. Niat pergi ke kampus diurungkan. Dia pulang. Pagi itu Aruna melihat banyak sekali mahluk gaib itu hilir mudik di stasiun. Dia tahu sebuah kematian masal akan terjadi dalam waktu dekat.

Esoknya Aruna membaca di koran bahwa sebuah kereta mengalami kecekaan lepas dari relnya 100 meter dari stasiun itu, banyak korban meninggal berjatuhan. Aruna hanya diam, dia tahu hal itu akan terjadi. Seandainya saja dia bisa mencegahnya, begitu pikirnya.

 

Aruna adalah gadis yang kuat. Dia berusaha mengahadapi fenomena ini dengan sangat dewasa. Tidak jarang dia harus menjaga emosinya, mencegah ego, dan melupakan apa yang mungkin dan akan terjadi. Dia selalu berusaha tidak terbawa oleh perasaan untuk sekedar mengungkapkan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Tidakkah semua sudah takdir, pikirnya. Tetapi Aruna hanyalah manusia biasa yang tidak selamanya kuat menahan gejolak hatinya sendiri. Hingga pada suatu hari segalanya menjadi berubah.

Aruna menemukan seorang pencabut nyawa di dalam rumahnya yang sederhana. Aruna terkejut, siapa? Ternyata malaikat itu mengikuti ibunya. Aruna  menjadi lemas dan menangis sejadi-jadinya dalam pelukan ibunya. Ibunya bertanya ada apa? Aruna hanya memandang ibunya dan berkata: Jangan pergi Ibu…

Ibu Aruna hanya tersenyum dan memeluk anak gadis satu-satunya dan berkata; Aruna, Ibu masih di sini kok…

 

Aruna bangkit mengambil tas ranselnya, dan memasukkan beberapa baju ke dalamnya.

 

Bu, kita pulang ke rumah Mbah di Jogja

Kok mendadak Run?

Nanti saja bu penjelasannya, kita naik pesawat hari ini, Aruna yang bayar.

 

Aruna masih berlinang air mata pagi itu. Pesawat pukul 2 siang memberangkatkan Aruna dan ibunya ke Jogja. Ayah sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Aruna tidak mau kehilangan Ibunya kali ini. Orang yang paling berharga baginya.

Sepanjang perjalanan di atas pesawat. Aruna tidak lagi melihat malaikat itu. Aruna sedikit lega. Dia tersenyum  sambil mengucap semua yang ada di hatinya kepada ibunya. Ucapan sayang dan terimakasih.  Aruna sadar dia tidak bisa kehilangan wanita tua di hadapanya itu.

Tetapi takdir tidak bisa di cegah. Beberapa jam setibanya di Jogja. Ibu Aruna menghembuskan nafas terakhirnya di dekapan Ibunya, nenek Aruna sendiri. Sakit jantung itu sudah merenggut nyawa Ibu Aruna malam itu.

 

Pergi! Jangan ambil Ibuku! Pergi!

Begitulah Aruna menjerit sejadi-jadinya kepada malaikat yang ternyata muncul saat itu. Malaikat yang ternyata tidak pernah pergi, malaikat yang sama yang mengikuti ibunya. Dia masih mengikuti Ibu Aruna sampai ke Jogja.

Tuhan, aku sudah membawa Ibuku sampai sejauh ini, mengapa malaikatMu masih mengikuti?

Aruna hanya terisak memeluk jasad ibunya. Malam itu Aruna mencium bau harum seiring perginya malaikat membawa roh Ibunya. Aruna sadar dia tidak mampu mengubah takdir. Sekalipun Dia mengetahuinya.

**

 

Puluhan tahun berlalu. Aruna tua telah menikah dan mempunyai 5 anak yang telah dewasa.

Sore yang hangat itu Aruna tua duduk di beranda rumah. Matanya terpejam. Bibirnya tersenyum.

Si bungsu kemudian duduk di sebelahnya.

 

Mama, aku sedih mama kini tidak bisa melihat…

Anakku, aku sudah tua, mata inipun sudah tua,  dan aku bahagia Tuhan telah menjawab doaku.

Doa apa ma?

Agar aku tidak lagi melihat malaikat.

Picture: http://www.google.com, edited by me.

 

Sahabat, kita kadang ingin mengetahui bagaimana masa depan itu, tetapi tidak selamanya mengetahui masa depan itu baik akhirnya. Jalanilah hidup ini dengan optimis, tanpa prasangka, tanpa beban, segalanya telah diatur olehNya, dan kita hanya cukup menjalaninya dengan yang terbaik yang bisa kita lakukan.

43 responses

  1. ambil nomor dulu…

    7 January 2011 at 9:49 AM

  2. kerennnnnnnnnnnnnnnnn,,,,
    gw juga gak mau…
    jadi orang yang bisa melihat masa depan..
    repot..dan gak seru..
    gak ada tantangannya… (^_^)

    7 January 2011 at 9:51 AM

    • Nah itulah put…kadang orang bilang: “coba gw tau sebelumnya…”

      Padahal semua gak akan berubah… jadi nikmati tantangan hidup dan kejutan-kejutannya… 😀

      7 January 2011 at 12:30 PM

  3. Sahabat tercinta,
    Dengan hormat diberitahukan bahwa berhubung BlogCamp saat ini sedang dalam proses pembaharuan maka pagelaran Kontes Unggulan Cermin Berhikmah (K.U.C.B) dipindahkan ke New BlogCamp.
    Bagi yang sudah mendaftar di BlogCamp dan yang belum mendaftar silahkan mengunjungi
    http://newblogcamp.com/kontes/kontes-unggulan-cermin-berhikmah
    Terima kasih
    Salam hangat dari Surabaya

    7 January 2011 at 10:13 AM

    • Makasih pakde infonya… belum bikin cerita nih… *berpikir (lagi)

      7 January 2011 at 12:31 PM

  4. Haiyaaaaaa…Priiiimaaaaaaa….

    Hoby-mu bikin aku mewek di pagi hari 😦
    Lalu orang2 akan bertanya kenapa aku menangis 😦

    ***
    Bagus banget prim ceritanya….sepertinya kamu berbakat nulis fiksi (langsung iri deh aku, ga pernah sukses bikin fiksi…)

    Hikmahnya juga kerreeeennnnn

    Terus menulis ya adekku…. 🙂

    7 January 2011 at 11:05 AM

    • Hahhahah… mbak devi kok bolak-balik berkaca-kaca, aku seperti jadi penjahat hati, hahahahha…

      Saya jago ngayal mbak, cuma males menuliskan, solanya apsti jadinya ntah gak sesuai harapan, wkakakaka…

      syukurlah kalo bisa menghibur, makasih mbak…

      7 January 2011 at 12:33 PM

  5. Melihat masa depan…hemh…
    hemh..

    melihat malaikat…
    Hemh..hemh…

    derajat si Aruna tinggi banget ya…. o_____o

    Biasanya org biasa yg bukan wali, cuma bisa melihat jin….terkadang syetan…

    Haha…

    Salam pendidikan bang.

    (lama ya gak mampir.)

    7 January 2011 at 11:26 AM

    • wah mas, saya gak tau apakah si aruna derajatnya tinggi apa gak, bukan saya sih yg menentukan :mrgreen:

      dan saya gak tau juga apa ada yang bisa malaikat selain nabi? well, nabi juga manusia, then nothing it’s impossible kan 😀

      salam

      7 January 2011 at 12:40 PM

  6. السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
    ——
    Lama gak mampir kakak. ^___^

    @Ngikut komen SejutaBeea aja ah..

    Ajib deh kalau ada anak yg kyk gitu(emg ada sih byk yg bisa lihat malaikat)….

    hahahaha…..
    ——

    صَلَّى اللّهُ عَلَى مُحَمَّد – صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم

    7 January 2011 at 11:29 AM

    • heheheh… latah ni ye…

      saya jujur gak tau ada yang bisa liat apa tidak, namanya juga fiksi, imajinasi tanpa batas kan… heheheheh…

      7 January 2011 at 12:43 PM

  7. empat jempol untukmu mas… hehehe…
    asik, bakalan ada traktiran nih diakhir bulan *kan dikau menang* hehehe….

    tanya malaikat gih, siapa yang bakal gondol tabungan, hehe.. 🙂

    sukses mas Prim.. 🙂

    7 January 2011 at 11:38 AM

    • Lho, lho, lho… mbak Iyha, saya belom ikut lomba itu, hihihiiihhiih….

      tadinya pengen ini, cuma kok kepanjangan gt, jadi batal deh..hahahaha

      makasih mbak…

      7 January 2011 at 12:52 PM

  8. tahu masa depan
    bisa melihat malaikat

    kadang sepintas kita ingin seperti itu
    tapi mending jadi orang biasa saja yang tetap berprasangka baik dan optimis 🙂

    7 January 2011 at 11:47 AM

    • yup, itulah hikmahnya mas… 🙂

      7 January 2011 at 12:53 PM

  9. r10

    wow kalau difilmkan rada2 mirip film tru calling, bisa melihat kematian di masa depan 😀

    7 January 2011 at 12:58 PM

    • benar sekali.. film itu keren….

      8 January 2011 at 9:41 AM

    • wah, saya belum pernah nonton film itu…ntar nyari ah.. wkakakakak… 😀

      8 January 2011 at 2:39 PM

  10. Meski bisa mengetahui apa yg bakal terjadi, tapi kayaknya nggak ada yg pengin seperti Aruna…
    Mas Prima Mau?

    7 January 2011 at 2:20 PM

    • Ya gak lha mas… hahahaahah… parno gak jelas ntar…

      8 January 2011 at 2:40 PM

  11. priiimaaaaaaa cerita diatas sukses buatku suka…
    difilm in aja ya.. tar aku cariin produser wkwkwkwkwkkk

    7 January 2011 at 8:30 PM

    • Hahahhaahh… aduh,smua jadi film, weleh2… tahnks dro…

      8 January 2011 at 2:41 PM

  12. Hmmmm…
    Cerpennya baguuus,….. 🙂

    7 January 2011 at 9:43 PM

    • Thanks ya… 🙂

      8 January 2011 at 2:41 PM

  13. waduh kalo gua sih gak mau lah bisa ngeliat masa depan. iya kalo bagus2 ya.. kalo jelek kan bisa jadi drop. hahaha. biarin lah hidup menjadi misteri, biar lebih seru…. 😀

    nice writing, btw!

    8 January 2011 at 2:01 AM

    • yup betul mas…. biarlah semua penuh kejutan 😀

      Thanks mas arman…

      8 January 2011 at 2:42 PM

  14. Belum sempat baca full. Nanti aja sore2an balik lagi kesini. Sukses Mas, akhirnya bikin cerita fiksi..

    8 January 2011 at 5:18 AM

    • ok, ok..ditunggu 😛

      8 January 2011 at 2:42 PM

      • Maaf Mas PriM, baru bisa menuntaskan cerita ini sekarang. Wah, takjub dengan kesabaran Aruna yang teruji hampir setiap hari, dalam jaga maupun tidurnya. Meskipun sempat kehilangan kesabaran pada saat malaikat mengikuti ibunya. Tapi si tokoh cerita yang mas PriM gambarkan, bisa melalui ini semua. Pun meski pada akhirnya dia tidak bisa melihat indahnya warna pelangi. Barangkali itu yang terbaik. Hepi ending untuk Aruna di ujung usianya.
        Bagus Mas, saya suka cerita ini. Coba ini di fb pasti udah saya jempoli dulu sebelum komentar, haha…
        Saam hangat dari kota kecil jember;

        14 January 2011 at 8:22 PM

      • Makasih mas, sudah kembali… 🙂 salam juga

        15 January 2011 at 8:54 AM

  15. cerita yang sangat menarik prims, dengan emosi yang tinggi

    salam hangat

    8 January 2011 at 9:39 AM

    • waduh…juri KCB dateng, tadinya mau sodorin ini ikut lomba, cuma dipikir2 kayanya kepanjangan… jadi batal 😀

      makasih mbak jum, lama tak bersua…

      8 January 2011 at 2:43 PM

  16. Takdir ada di tangan Tuhan, kenyataan hidup adalah jalan yang tak harus dihindari, tetapi jalan yang harus dihadapi seberat dan sehebat apapun itu

    8 January 2011 at 9:40 AM

  17. kita beruntung ya Prim, gak kayak Aruna………..
    semuanya jadi gak seru, krn udah tau gimana akhir kisah sebuah kehidupan……

    btw kisah fiksi yang sangat menarik……
    kayaknya anakku yg pinter ini, bisa deh jd penulis fiksi yg hebat 🙂
    salam

    8 January 2011 at 7:20 PM

    • makasih bunda… 🙂

      8 January 2011 at 7:38 PM

  18. Pagi…
    aku datang telat….
    karena aku bukanmalaikat 😀

    Kita memang tak bisa mengubah takdir sekalipun kita mengetahuinya, buat apa juga kita mengetahui masa depan, main ramal-ramalan..hidup ini indah, menakjubkan dengan segala kejutan yang ada di dalamnya. Yang kita harus lakukan kan hanya selalu mempersiapkan diri untuk kejutan manis dan pahitnya, dan sebijak mungkin menyikapinya.

    Semangat dan sukseskan gerakan anti malas sedunia 😛

    Hahahahhaahha

    10 January 2011 at 7:44 AM

    • semangat ya hani! 🙂

      11 January 2011 at 12:24 AM

  19. hem,,,
    bagus juga kok ya mas Prim,, 😆

    tp semoga memang fiksi beneran!! 😆

    13 January 2011 at 5:37 AM

    • 😀 semoga…

      15 January 2011 at 9:02 AM

  20. Walau kita ga bisa lihat malaikat, tapi kadang entah apa namanya feeling, firasat atau intuisi itu ada kok.. Yah, seenggaknya kadang2 hal2 seperti itu terjadi sama saya dan sumpah! menyiksa bangetttt.. Jadi memang lebih baik kita hadapi dengan sebaik mungkin.. kalo bisa selalu berprasangka baik sama Tuhan.. 🙂

    cerita ini keren banget.. seperti pernah ada komik yang intinya hampir sama.. bisa melihat masa depan seseorang, tapi ga bisa berbuat apa2 untuk mencegahnya.. 🙂

    14 January 2011 at 8:51 AM

    • bener2… kesimpulan yang baik…

      15 January 2011 at 8:56 AM

  21. Pingback: Kalimat Inspiratif « PrimeEdges

Leave a reply to Prima Cancel reply